Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (26)

6 Kali Belanda Gagal Masuk Temayang dan Gunung Pandan

blokbojonegoro.com | Thursday, 31 August 2017 12:00

6 Kali Belanda Gagal Masuk Temayang dan Gunung Pandan

Sebelum diresmikan menjadi kecamatan pada tanggal 5 Maret 1982, Desa Temayang seperti desa-desa pada umumnya. Namun pada masa agresi militer Belanda 2, desa itu menjadi tempat yang penting. Sebab, menjadi tempat dan kedudukan pemerintahan militer untuk seluruh karesidenan Bojonegoro.

Reporter: Parto Sasmito


blokBojonegoro.com - Sebagai tempat pusat pengendali pemerintahan dan militer, Desa Temayang mempunyai peranan penting dalam kedudukannya dan menentukan bagi keberhasilan perjuangan mempertahankan kemerdekaan negara dan bagsa, khususnya bagi Wehreise Brigade Ronggolawe.

Jika dilihat dari kepentingan Belanda, desa tersebut menjadi sasaran utama yang harus dihancurkan, karena wilayah tersebut menjadi potensial sebagai pusat komando.

Jalur hubungan terdekat dari wilayah pantai utara dengan daerah Nganjuk adalah Temayang dan sekitarnya dengan menembus gunung Pandan. Dari segi staregi militer wilayah tersebut sangat strategis. Bahkan, Belanda sudah 6 kali berusaha memasuki wilayah tersebut, namun gagal.

Baca juga [Penghadangan dan Serangan di Kabunan-Suwaloh]

"Dari catatan-catatan yang berhasil dikumpulkan, menunjukkan betapa gigihnya tentara Belanda berusaha menemukan unsur pimpinan pemerintahan militer karesidenan Bojonegoro, tetapi selalu mengalami kegagalan dan tidak pernah berhasil," panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe, 1984:396.

Gerakan pertama pasukan tentara Belanda pada tanggal 15 Maret 1949. Mereka melakukan patroli pertempuran ke wilayah Temayang dengan tugas mengenal medan dan menjajaki kekuatan lawan, namun tidak sampai ke pedalaman.

Di sana, mereka melakukan penggeladahan atas rumah-rumah rakyat termasuk rumah kepala desa. Tetapi tidak sampai pengerusakan dan pembakaran.

Namun, pada saat berangkat, mereka menyergap pos gerilya di Dukuh Ngabar, dan menembak mati Sersan Subardi dan Kopral Tugiono. Sedangkan dalam perjalanan kembali ke Dander, mereka membakar Rumah Dinas Perhutani yang merupakan bekas markas komando brigade setelah keluar dari Kota Bojonegoro.

Gerakan ke dua Belanda, dilakukan tanggal 27-29 Maret 1949. Kemudian gerakan yang ke tiga, dilakukan pada akhir bulan April 1949, mereka kembali tanpa membawa hasil. Pada saat memasuki Temayang, dari utara dan menuju Kedungsari untuk mengepung tempat kedudukan Komando Batalyon XVI di Dukuh Kalibedah, tidak menemukan seorang pun anggota staf batalyon.

Selanjutnya, di tengah malam menjelang Idul Fitri tanggal 14 Mei 1949, Belanda kembali melakukan operasinya yang ke-4. Mereka kembali mengepung Dukuh Kalibedah dengan menggeledah rumah-rumah penduduk. Kali ini pun juga tak berhasil menemukan pimpinan-pimpinan yang dijadikan sasaran penangkapan.

Tak lama berada di Kalibedah, pagi hari mereka sudah tiba di Temayang. Nasib buruk menimpa nyonya Dasuki dan Pak Dirah, pemilik rumah yang ditempati oleh Sersan Dasuki.

Dua orang itu ditembak mati, sedangkan Sersan Dasuki masih bisa meloloskan diri meski dalam keadaan luka parah. Para serdadu Belanda itupun membakar beberapa rumah penduduk dan segera kembali ke Dander melalui Desa Jono.

Pada gerakan operasi yang ke lima, dilakukan Belanda pada 15 Juni 1949, pagi buta mereka sudah ada di pertigaan jalan Desa Temayang.

Tampak beberapa kelompok orang perempuan melintas menjinjing keranjang dengan penerangan dari obor. Sedangkan di belakangnya, bapak-bapak memikul hasil ladangnya untuk dibawa ke pasar. Diketahui, bahwa mereka adalah penduduk yang rumahnya di pedalaman dan tidak ada tanda-tanda mencurigakan, akhirnya mereka dibiarkan terus berjalan.

Para serdadu Belanda, melanjutkan gerakannya ke desa Sumberbendo. Di sana, Serma Khambali anggota staf batalyon bagian persenjataan berhasil ditangkap dan ditembak mati di tempat. Kemudian mereka kembali ke Bojonegoro melewati desa-desa Jono dan Sampang.

Belanda terakhir memasuki wilayah Temayang, pada tengah malam menjelang tanggal 9 Agustus 1949. Tujuan mereka menyergap komando brigade dan komando batalyon. Namun usaha tersebut tidak berhasil dan tempat tujuan juga tidak tercapai.

Dalam peristiwa tersebut, korban di pihak pasukan gerilya ada 10 orang gugur, 3 orang luka berat dan 1 luka ringan. Sedangkan korban dari pihak lawan tidak diketahui. (*)

*Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, oleh Panitia Penyususunan Sejarah Brigade Ronggolawe.

Tag : sejarah bojonegoro, agresi militer di bojoengoro



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini