Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Menyambut Kedatangan Pesan Ramadan

blokbojonegoro.com | Saturday, 04 May 2019 09:00

Menyambut Kedatangan Pesan Ramadan

Oleh: Usman Roin *

Ada yang menarik diakhir bulan April 2019 ini, yakni munculnya produk iklan menyambut datangnya Ramadan 1440 H –mulai dari minuman, perlengkapan ibadah hingga yang lainnya– yang sudah bermunculan di stasiun televisi. Maka sebagai pemirsa awampun kita akan mengerti, jika stasiun televisi sudah banyak menayangkan hal tersebut, secara lahiriyah berarti ini pesan bahwa Ramadan akan segera datang.

Bagi penulis, ketika sudah bisa mengerti bahasa pesan tersebut, tak elok jika hanya iklan produk itu saja yang menjadi tujuan untuk kita siapkan. Melainkan, ada pesan batiniyah yang justru harus dipersiapkan. Terlebih, kita sebagai muslim sudah berkali-kali diberi kesempatan bertemu dengan Ramadan. Lalu pertanyaannya, bagaimana kita memaknai datangnya Ramadan kali ini? Apakah biasa-biasa saja atau kita benar-benar mengistimewakan, mengoptimalkan dengan cara mengubah diri menjadi lebih baik!

Oleh karena itu, dibulan Ramadan 1440 H/2019 M inilah, penulis mengajak kepada pembaca, bahwa akan sangat beruntung bila kita benar-benar mengisi ramadan dengan sesuatu yang spesial. Sebab, dibulan tersebut terselip pesan batiniyah yakni, jika kita bisa memahami makna dan hakikat ramadan yang sesungguhnya. Adapun pesan tersebut antara lain:

Pertama, ramadan adalah bulan cermin diri (syahrul muhasabah). Di sini kita diingatkan seberapa bersemangat agar mampu memanfaatkan setiap menit dan detik dari Ramadan, supaya muncul indikasi ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Untuk kemudian, bisa menilai diri, apakah kita termasuk hamba Allah yang dzalimul linafsih (masih suka menganiaya diri sendiri), atau yang muqtashid (pas-pasan saja), ataukah yang sabiqum bil khairat (bergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan).

Maka, bulan ramadan adalah sarana yang tepat untuk bercermin. Hal ini sebagaimana hadits Muttafaq ‘Alaih bahwa selama ramadan setan-setan dibelenggu. Hemat penulis jika setan-setan telah dibelenggu tetapi kita masih saja melakukan dosa dan kemaksiatan, maka justru seperti itulah cermin diri kita yang sebenarnya.

Ke dua, ramadan adalah bulan limpahan rahmat (syahrur rahmah). Maka, dalam salah satu hadis Rasulullah Saw bersabda, ”Telah datang kepadamu bulan ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini. Barangsiapa tidak mendapat bagian kebaikannya, maka sungguh berarti ia telah dijauhkan dari rahmat Allah.”

Maka, di setiap bulan ramadan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihi bulan-bulan lainnya. Sehingga wajar bila ubudiyah pada ramadan berlipatganda pahala dari amal kebaikan yang secara tidak langsung memberikan semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, tak hanya itu saja karena terdapat bonus satu malam yang lebih baik dari seribu bulan bernama lailatul qadr. Maka, sungguh akan merugi jika kita  tidak memanfaatkan limpahan rahmat Allah ini.

Ke tiga, ramadan adalah bulan taubat (syahrut taubah). Salah satu hadis Rasulullah, ”Barangsiapa berpuasa ramadan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Di sabda lain,”Barangsiapa berdiri (menegakkan shalat malam, shalat tarawih) pada bulan Ramadan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yeng telah lalu akan diampuni.” Bahkan beliau berkata, ”Barangsiapa berpuasa lalu tidak berkata-kata buruk dan tidak mengumpat maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” Jadi, apa lagi yang kita tunggu!

Ke empat, ramadan adalah bulan puasa (syahrush shiyam). Kalimat ini menyiratkan makna, bahwa puasa yang sejati tidak hanya cukup dengan meninggalkan makan, minum dan berhubungan suami isteri pada siang hari. Sebab, hakikat puasa adalah totalitas, yakni mempuasakan seluruh anggota tubuh kita: akal pikiran, hati, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan anggota-anggota tubuh kita yang lainnya.

Hal ini sebagai sabda Rasulullah, ”Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang keji, maka sekali-kali Allah tidak butuh dengan puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum saja.”

Ke lima, ramadan adalah bulan al-qur’an (syahrul qur’an). Disinilah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Gambarannya, Rasul saja selalu melakukan tadarrus bersama malaikat Jibril. Inilah sejatinya teladan kepada kita semua, agar menghiasai hari untuk berinteraksi seakrab mungkin dengan Al-Qur’an. Mulai dari membaca, memahami, mengamalkan, dan mendakwahkannya. Syukur-syukur berusaha menghafalnya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Ke enam, ramadan adalah bulan infaq dan sedekah (syahrul infaq wash shadaqah). Kesempatan ramadan bukan hanya kesempatan untuk beribadah secara vertikal saja. Harus ada ibadah secara horisontal, yakni melakukan berbagai kebaikan kepada sesama. Maka, di bulan ini kita sangat dianjurkan untuk banyak berinfak dan bersedekah. Hikmahnya, ikut merasakan lapar dan dahaga agar bisa berempati kepada sesama. Apalagi, hal itu telah dicontohkan oleh Rasul dalam salah satu riwayat menyatakan bahwa, kedermawanan beliau di bulan ramadan sampai menyerupai angin yang bertiup.

Akhirnya, tak ada salahnya walau belum memasuki 1 Ramadan 1440 H kita sudah mengerti akan pesan cantik bulan tersebut. Tujuannya adalah agar kita tidak tertipu secara lahiriyah pesan menyambut Ramadan. Padahal, ada pesan batiniyah yang justru menjadi hakekat sebenarnya apa yang harus kita lakukan di Ramadan mendatang. Semoga!.

* Penulis adalah Koord. Devisi Komunikasi & Hubungan Media Majelis Alumni IPNU Bojonegoro, Mantan Ketua Umum Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Risma-JT), serta founder gurunulis.com.

Tag : ramadan, pesan, islami



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini