Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Nyadran, Tradisi Jawa Masih Lestari di Sarangan

blokbojonegoro.com | Thursday, 15 August 2019 23:00

Nyadran, Tradisi Jawa Masih Lestari di Sarangan

Kontributor: Maulina Alfiyana

blokBojonegoro.com - Bagi masyarakat Jawa, kata Nyadran sudah tidak asing lagi didengar. Karena tradisi tersebut merupakan bagian dari budaya warisan nenek moyang orang Jawa.

Nyadran sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu "Sraddha" yang artinya keyakinan. Tradisi tersebut adalah salah satu prosesi adat Jawa dalam bentuk kegiatan tahunan di Bulan Ruwah (Sya’ban). Dari mulai bersih-bersih makam leluhur, bagi-bagi makanan, dan acara selamatan atau disebut kenduri.

Seperti halnya yang dilakukan warga Desa Sarangan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Kamis (15/8/2019) malam. Ratusan warga tampak antusias berbondong-bondong menghadiri tradisi Nyadran di samping makam leluhur desa atau orang Jawa biasan menyebutnya dengan 'Cungkup'.

Beberapa warga ada yang membawa berbagai macam masakan yang ditaruh dalam wadah dari anyaman bambu, tak lupa diberi alas daun pisang sebagai piring yang nantinya akan dihidangkan di pinggir makam dalam ritual Nyadran.

Sampainya di lokasi, warga duduk berjajar di atas tikar yang telah disediakan. Berkumpul bersama dalam suasana sederhana, dilanjut pembukaan, tahlil, pengajian dari kiai desa, dan yang terakhir berdoa. Setelah itu baru warga menyantap dan saling bertukar makanan serta dibagikan kepada siapapun yang datang.

"Tradisi nyadran masih digulirkan di Desa Sarangan pada setiap tahunnya dan ada ritual yang masih sama seperti sediakala. Namun yang disayangkan di beberapa tempat lain, nyadran telah mengalami perubahan bahkan dihilangkan," jelas Nur Syam, salah satu tokoh agama Desa Sarangan.

Mbah Kiai Nur, sapaan karibnya menjelaskan, bahwa Nyadran juga merupakan bentuk lain untuk menjaga tradisi leluhur dan internalisasi kearifan lokal yang kini semakin terkikis perkembangan zaman, serta wujud syukur masyarakat kepada Tuhan yang maha kuasa.

Salah satunya, dibagikannya makanan yang telah mereka bawa kepada handai taulan atau siapapun yang datang dalam ritual tersebut, merupakan bentuk lain dari rasa syukur itu.

"Melalui ritual Nyadran ini kita berharap akan memetik rasa kekeluargaan kepada sesama masyarakat dari berbagai latar belakang kepercayaan golongan tertentu, berkumpul dalam kegembiraan dan menanggalkan perbedaan," tambahnya kepada blokBojonegoro.com.

Sementara Fuad, salah satu pemuda Desa Sarangan yang juga merupakan panitia nyadran mengatakan, sebelum ritual nyadran dimulai, terlebih dulu diawali dengan bersih-bersih area pemakaman leluhur yang akan dibuat Nyadran.

"Para pemuda dan orang tua kompak dalam tradisi Nyadran ini, memikul segala teknis untuk memenuhi kepentingan bersama," ujar Fuad.

Seperti yang diketahui Nyadran dalam lingkungan masyarakat Jawa merupakan budaya dan banyak memiliki nilai-nilai sosial kemasyarakatan terutama dalam kebersamaan, maksud dan tujuan, bergotong royong saling membantu menuju kebaikan bersama.

"Sekarang sudah jarang pemuda yang mau ikut andil dalam melestarikan budaya nenek moyang, padahal ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dalam berbagai tradisi tersebut, salah satunya ya Nyadran ini," tandasnya. [lin/ito]

Tag : tradisi, nyadran, bojonegoro



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini