Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Semua Ditangani Teknologi, Tugas Guru Apa?

blokbojonegoro.com | Friday, 29 November 2019 17:00

Semua Ditangani Teknologi, Tugas Guru Apa?

Oleh: Mira Ayu Setya Rini, S.Pd*

Saat ini pendidikan memang mengalami tantangan yang luar biasa. Dunia di luar tembok sekolah dan universitas telah berubah sangatlah besar. Sekarang kita dapat melakukan diskusi virtual walaupun pesertanya berada di berbagai benua. Misalnya, kini sudah muncul penyedia perpustakaan digital. Semua orang dapat mengakses dan mengunduh buku atau jurnal secara gratis. Informasi juga dapat diperoleh dengan mudah lewat berbagai sumber. Kini berkembang kelakar, semua sudah ditangani teknologi, tugas guru apa?

Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan akan terus berkembang. Perkembangan itu, harus seimbang dengan kemajuan kompetensi diri, bukan malah menjadi suatu kemunduran. Perubahan dalam fase kehidupan manusia ditandai dengan banyak hal, satu di antaranya adalah perubahan dalam era industri.

Pengertian yang lebih teknis disampaikan oleh Kagermen, dkk (2013) bahwa revolusi industri 4.0 merupakan nama kekinian otomatisasi dan pertukaran data dalam Cyber Physical System dan Internet of Things and Services (IoT dan IoS). Tjandrawinata (2016) juga menyebutkan revolusi industri 4.0 ditandai dengan teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik serta digital secara fundamental yang akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia.

Di tahun 2015 kita menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kemudian kurun waktu 2017-2018 kita dihadapkan dengan era disruption, yang mengharuskan masyarakat mengonversi dari dunia manual menuju digital. Indonesia telah berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi revolusi industri 4.0.

Irianto (2017) menyederhanakan tantangan revolusi industri 4.0 yaitu;  1) kesiapan industri, 2) tenaga kerja terpercaya, 3) kemudahan pengaturan sosial budaya, dan 4) diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja. Tantangan atau aspek teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan realisasi konsep industri 4.0 meliputi bisnis, manajemen, dan sumber daya manusia.

Berbagai gambaran tantangan itu pasti akan dihadapi oleh masyarakat termasuk peserta didik. Membutuhkan kesiapan diri untuk merespon secara cepat dan tanggap atas tantangan tersebut, agar dapat mengubahnya menjadi peluang. Beberapa peluang industri 4.0 di antaranya; 1) inovasi ekosistem, 2) basis industri yang kompetitif, 3) investasi pada teknologi, serta 4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan kewirausahaan.

Masih perlukah guru berdiri di kelas saat ini?

Bayangkan saja, peserta didik tidak lagi berjarak dengan gawai cerdasnya. Apa yang bisa dikerjakan dengan gawainya itu? Tentu saja banyak hal. Dengan gawai cerdas, menunjukkan sesuatu yang luar biasa telah bergeser. Dahulu, peserta didik mencatat di papan tulis kemudian semua teman sekelasnya menyalin ke dalam buku catatan. Saat ini, melalui gawai semuanya tampak lebih efektif. Bertanya kepada guru tidak lagi menjadi pilihan, karena google dan yahoo dan jenis aplikasi lain lebih cepat menjawab.

Hal yang perlu direfleksikan, bahwa sesuatu yang penting dalam hidup seperti tanggung jawab, kedisiplinan, rasa empati kepada orang lain, jujur, kerja keras, saling menghormati, mencintai sesama manusia, kesederhanaan, keikhlasan, dan lain sebagainya. Itu semua tidak akan ditemukan pada gawai, smart phone, laptop, atau teknologi manapun. Itu hanya ada pada keteladanan dan pembiasaan karakter. Nah, hal inilah yang diperlukan dan harus dimiliki oleh semua guru.

Keberadaan guru masih sangat diperlukan untuk berdiri di depan kelas sebagai keteladanan dan pembiasaan sikap yang baik. Guna menyongsong era revolusi industri 4.0, guru harus bermetamorfosa dan siap memanggul kedua peran itu.

Kerjasama dunia akademik dengan industri

Pola kerjasama antara dunia akademik dan industri sangat diperlukan untuk mempercepat realisasi revolusi industri 4.0. Kondisi ini perlu diperhatikan oleh dunia pendidikan terutama di negara-negara berkembang. Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dan mempersiapkan sumber daya manusia yang dimiliki. Lembaga pendidikan dapat mendongkrak itu dengan gerakan literasi.

Literasi merupakan suatu topik yang begitu banyak diperbincangkan pada saat ini. Kemampuan atau penguasaan literasi pulalah yang dapat menjadi peluru untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Pengertian literasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan atau keterampilan dalam bidang aktivitas tertentu. Gerakan literasi yang dimaksud terfokus pada triple L atau tiga literasi utama yaitu, 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia. Guru memiliki peran penting dalam pembudayaan triple L.

Fakta di lapangan menunjukkan pengguna internet yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menyatakan bahwa di tahun 2013 terdapat 71,19 juta pengguna internet di Indonesia. Data di tahun 2015 sebesar 88,1 juta orang. Di tahun 2016 sebesar 132,7 juta dan di tahun 2017 meningkat kembali menjadi 143,26 juta.

Dari data yang semakin besar ini, literasi digital sangat perlu dikuasai oleh peserta didik. Untuk diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Jadi, bukan hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, namun dibutuhkan pula suatu proses berpikir secara kritis untuk melakukan evaluasi terhadap informasi yang ditemukan melalui media digital.

Menurut Rose (2007: 43) istilah literasi teknologi dapat dimaknai sebagai; 1) pemahaman atas hasil karya inovasi buatan manusia, 2) hubungan di antara sains, lingkungan, dan teknologi, 3) kemampuan untuk menggunakan teknologi khususnya di dalam pembelajaran, pengajaran sains, dan kemampuan menemukan, serta 4) kemampuan untuk mengevaluasi dan membuat suatu keputusan.

Selanjutnya, literasi manusia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu peserta didik. Guru harus bisa memanfaatkan, mengolah data, dan menerapkan ke dalam teknologi. Literasi manusia menjadi penting untuk bertahan di era ini. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat berfungsi dengan baik di lingkungan dan dapat memahami interaksi dengan sesama manusia. Oleh karena itu, kompetensi higher order mental skills, berpikir kritis, dan sistematik menjadi sangat perlu untuk dikuasai.

Triple L akan menjadi suatu kebutuhan untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Ungkapan yang menyatakan “teknologi semakin canggih, sebagian orang menjadi pintar sebagian lagi menjadi bodoh”, sejalan dengan Aces or Duds (Kartu As atau Kartu Mati). Ibaratnya bermain remi, pada pergeseran tersebut pendidikan menjadi kartu As untuk memenangkan pertandingan atau sebaliknya menjadi kartu mati yang justru menjadi beban yang merepotkan. Guru harus siap menjadi kartu As dalam proses pergeseran tersebut. [*]

* Penulis: Guru di SMA Negeri 1 Kalitidu

Tag : Guru, teknologi, opini



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini