13:00 . Sambut Hari Kartini Pemkab Bojonegroro Gelar Lomba Masak Nasi Goreng   |   11:00 . Reuni Angkatan Awal Ponpes Attanwir yang Luar Biasa   |   09:00 . Halal Bihalal, Momen Semangat Bekerja Bersama-sama Usai Cuti Lebaran   |   21:00 . Tabrak Tiang PJU, Pemotor di Bojonegoro Terpental hingga Meninggal   |   18:00 . Gempa Lagi, Tercatat 580 Kali Gempa Sejak Maret   |   13:00 . Tradisi Lebaran, UKMP Griya Cendekia dan LPM Spektrum Unugiri Halal Bihalal ke Pembina   |   18:00 . Libur Lebaran DLH Bojonegoro Kumpulkan 490,4 Ton Sampah   |   11:00 . PKC PMII Minta Angka Diska di Bojonegoro Ditekan   |   09:00 . Hendak Mancing di Embung, Bocah SMP di Bojonegoro Tenggelam   |   07:00 . Cuti Bersama Usai, ASN dan PPPK Ketahuan Bolos akan Kena Sanksi   |   18:00 . Tenggang Rasa Berkendara   |   12:00 . Kenang Masa Sekolah, Konco Selawase Attanwir Gelar Reoni   |   11:00 . Kasat Lantas Bojonegoro: Viralkan Jika Ada Bus Ugal-ugalan, Akan Kami Tindak   |   20:00 . Kru Bus yang Adu Jotos dengan Pemudik di Bojonegoro Diamankan Polisi   |   18:00 . Puncak Arus Balik, Jalur Bojonegoro Ramai Lancar   |  
Sat, 20 April 2024
Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Ajak Siswa Membaca di Era Teknologi Informasi

blokbojonegoro.com | Thursday, 05 December 2019 10:00

Ajak Siswa Membaca di Era Teknologi Informasi

Oleh: Dra. Patmi, M.Pd*

blokBojonegoro.com - Era teknologi informasi seperti saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat. Namun di sisi lain, terjadi penurunan minat baca siswa. Perkembangan teknologi informasi yang luar biasa tidak dibarengi kesiapan mental siswa dalam menyikapinya. Yang terjadi, siswa terlena dengan kemajuan teknologi, asyik dengan handphone/gadget dan melupakan kewajiban utamanya sebagai siswa, yaitu belajar.

Kurikulum 2013 dengan gerakan literasi sekolah, mengajak seluruh komponen pendidikan untuk kembali menggalakkan literasi. Kembali mencintai literasi. Pemerintah menyadari betapa kegiatan literasi sangat penting bagi siswa. Gerakan literasi diharapkan menjadi solusi yang paling jitu dalam meningkatkan minat baca siswa Indonesia. Guru sebagai ujung tombak pendidikan diharapkan berperan aktif dalam gerakan literasi sekolah. Hal tersebut sebagaimana pengertian Gerakan Literasi sekolah (GLS). GLS  merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016:1).

Literasi tidak identik dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap pelajaran tidak lepas dari kegiatan literasi. Sebagaimana kita ketahui literasi dibagi menjadi  lima, yaitu literasi dasar (Basic Literacy), literasi perpustakaan (Library Literacy), literasi media (Media Literacy), literasi teknologi (Technology Literacy), dan literasi visual (visual literacy). Dalam tahapan pelaksanaan GLS dijelaskan: 1) menumbuhkan minat baca melalui 15  menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2016), 2) meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, dan 3) meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (Penguatan Literasi dalam Pembelajaran 2016: 15).

Tahapan  GLS yang ketiga menunjukkan bahwa literasi untuk semua mata pelajaran. Ketika semua pelajaran mengajak siswa untuk melakukan kegiatan literasi, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran siswa dalam berliterasi. Semua guru menugaskan siswa untuk membaca berbagai buku di perpustakaan. Guru juga meminta siswa membuat ringkasan dan laporan dari berbagai tulisan yang dibacanya.

Kemajuan teknologi informasi membuat sebagian besar siswa Indonesia kehilangan minat baca. Inilah faktor utama yang membuat siswa malas membaca. Mereka sibuk dengan berbagai fitur di HP yang terkoneksi internet/data, dan bahkan sulit lepas dari media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube dan Twitter. Aktivitas tersebut benar-benar menyita waktu yang justru menghancurkan masa depan siswa jika tidak dikelola dengan baik. Ponsel dengan berbagai fitur yang menarik, benar-benar membuat sebagian besar pelajar Indonesia lupa diri. Mereka telah “teracuni” teknologi. Orang tua dan tenaga kependidikan seolah tak berdaya, tidak kuasa mengekang remaja agar menjauhkan diri dari kegiatan sia-sia.

Akibat dari keasyikan remaja dengan kemajuan teknologi tidak hanya malas membaca, siswa juga jarang belajar. Apa jadinya masa depan Indonesia kalau generasi mudanya seperti ini? Harusnya mereka fokus pada pelajaran, belajar meraih prestasi. Pelajar adalah generasi penerus bangsa yang kelak akan melanjutkan estafet pembangunan. Masa depan Negara Indonesia ini ada di tangan generasi muda.

Teknologi bak pisau bermata dua. Satu sisi bisa memberikan dampak positif dan satu sisi dapat memberikan efek negatif. Jadi, tinggal bagaimana kita menggunakan teknologi secara bijak. Apakah kita akan menggunakan teknologi untuk hal yang negatif ataukah sebaliknya menggunakan teknologi untuk hal yang positif, sebagai media pembelajaran sekaligus media untuk memperluas wawasan dan keterampilan.

Retno Kurniawati, S.Pd dalam sebuah esainya yang berjudul 15 Menit Membaca Sebelum Pelajaran (Zona Ekspresi, Tahun ke-6, Edisi 11 tahun 2016: 55-56) menjelaskan ada 7 manfaat membaca, yaitu menumbuhkan minat membaca siswa, menumbuhkan minat menulis siswa, sebagai hiburan, menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan, solusi, ilmu menulis dan membentuk karakter positif.

Sejalan dengan pendapat di atas, membaca 15 menit sebelum pelajaran diharapkan dapat mengembalikan minat baca siswa. Pelan namun pasti, guru telah mengajak siswa melakukan aktivitas membaca. Agar siswa tertarik dengan kegiatan membaca, guru bisa menyiapkan bacaan yang menarik dan berkualitas, yang bisa mengalahkan daya tarik ponsel dengan berbagai fitur termasuk media sosialnya. Guru bisa juga meminta siswa untuk membaca berbagai tulisan di layanan internet. Dengan begitu siswa memanfaatkan internet untuk kegiatan yang positif. Internet dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran.

Keberadaan perpustakaan juga sangat berperan dalam meningkatkan minat baca siswa. Perpustakaan harus menyediakan berbagai bacaan yang baru dan menarik perhatian siswa, agar siswa mau berkunjung dan membaca buku. Oleh karena itu sekolah bahkan pemerintah harus menyediakan anggaran khusus untuk perpustakaan. Tidak hanya buku-buku pelajaran, tetapi juga buku pengayaan yang berguna bagi masa depan siswa. Sebagaimana slogan perpustakaan adalah jantung sekolah. Dengan hidupnya perpustakaan, aktifnya guru dan siswa di perpustakaan dapat menunjang kemajuan sekolah.

Guru bisa memberikan tugas yang membuat siswa ke perpustakaan. Misalnya membaca buku dan membuat laporan baca. Kegiatan pembelajaran tidak hanya di kelas, tetapi bisa juga dilakukan di perpustakaan. Misalnya membuat artikel di perpustakaan, sehingga mempermudah siswa dalam mencari bahan bacaan. Perpustakaan juga perlu dikemas menarik, seperti ada pemutaran film atau video. Dengan begitu siswa akan terbiasa ke perpustakaan.

Membaca memberikan banyak manfaat bagi siswa. Dengan mengetahui banyaknya manfaat bagi siswa diharapkan siswa akan menyadari betapa pentingnya membaca. Oleh karena itu guru perlu menjelaskan pentingnya membaca dan manfaat bagi siswa. Kalau perlu di dinding kelas, di berbagai sudut yang strategis oleh jangkauan pandangan siswa, ditulisi kata mutiara tentang manfaat membaca. Guru pada saat menjadi pembina upacara, mengingatkan siswa akan pentingnya membaca. Dengan begitu siswa akan tergerak dan termotivasi untuk membaca.

Kampanye literasi di tingkat siswa juga bisa digerakkan dengan sekolah mengadakan perlombaan berkaitan dengan membaca. Sehingga kegiatan membaca menjadi sesuatu yang menarik. Misalnya ada penghargaan siswa yang pinjam buku paling banyak dan sering berkunjung ke perpustakaan. Atau digelar lomba menulis puisi tentang perpustakaan, membuat kata mutiara, desain poster dan banyak cara lain agar siswa gemar membaca.

Siswa selama ini memanfaatkan internet untuk mengerjakan berbagai tugas. Siswa jarang membaca buku secara langsung, karena internet memberikan segala kemudahan. Siswa dengan mudah akan menemukan yang dicari tanpa harus membuka buku, lembar demi lembar. Selain itu, terbatasnya buku yang ada di perpustakaan menjadi salah satu faktor yang membuat siswa malas membaca buku.

Manfaat lagi membaca, siswa akan lebih terampil menulis dan berbicara. Seseorang yang kesulitan dalam menulis maupun berbicara, salah satu faktor penyebabnya adalah kurang membaca. Sehingga pengetahuannya terbatas dan berwawasan sempit. Oleh karena itu, gerakan literasi sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan minat baca siswa. Membaca 15 menit sebelum pelajaran diharapkan dapat menumbuhkan minat baca siswa. Guru pun dapat berperan aktif dalam menumbuhkan minat baca siswa dengan memberikan tugas yang mengharuskan siswa membaca buku di perpustakaan. Namun, semua pihak juga harus berperan aktif dalam meningkatkan minat baca, karena remaja adalah ujung tombak pembangunan. Maju mundurnya Negara ini ada di tangan generasi muda.

*Pengirim: Guru SMA Negeri 1 Padangan

Tag : kolom, siswa, baca, literasi digital



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

  • Monday, 19 February 2024 20:00

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG Perwakilan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12, Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina mengunjungi kantor redaksi blokBojonegoro.com (Blok Media Group/BMG), di BMG CoWorking Space, Jalan Semanding-Sambiroto, Desa Sambiroto, Kecamatan...

    read more

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat