Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Waspadai Polaritas Interaksi Virtual

blokbojonegoro.com | Tuesday, 14 July 2020 15:00

Waspadai Polaritas Interaksi Virtual

Oleh: Fitriani*

Memasuki kehidupan normal yang baru sebagai akibat dari pandemi Covid 19, segala bentuk aktivitas masyarakat harus senatiasa dijalankan sesuai dengan prosedur atau protokol kesehatan. Salah satunya adalah aturan harus menjaga jarak 1 hingga 2 meter dan menghindari kerumunan. Ketika doktrin ini menjelma menjadi sebuah mindset dalam benak masyarakat, maka akan timbul suatu kesadaran kolektif untuk bersama-sama memindahkan segala aktivitas ke dunia virtual.

Akibatnya semua kegiatan yang lazimnya dilakukan dengan pertemuan fisik secara langsung seperti bekerja, belajar, pertemuan atau rapat, menyaksikan pertandingan olahraga dan lain-lain berangsur-angsur mulai berpindah ke dunia maya dengan memanfaatkan berbagai macam platform media sosial maupun beragam aplikasi yang siap menunjang segala bentuk aktivitas manusia di dunia virtual, sehingga pengguna layanan internet meningkat pesat saat ini.

Bagi masyarakat Indonesia, penggunaan internet bukanlah suatu hal baru karena sudah hampir satu dekade lebih masyarakat telah mengenal dan menggunakan layanan produk perkembangan Teknologi Informasi yang satu ini, bahkan melansir data yang dirilis Kemenkominfo, saat ini Indonesia menduduki peringkat 6 negara dengan pengguna internet terbanyak didunia sehingga masyarakat Indonesia tidak terlalu asing dengan proses interkasi virtual dan sudah akrab dengan pemanfaatan media sosial untuk berkomunikasi, membangun jaringan sosial, mencari informasi, hingga proses jual-beli. Namun pada masa pandemi ini konteksnya berbeda, karena interaksi melalui dunia maya bukan lagi pilihan melainkan sebagai suatu keharusan untuk menyiasati perintah social distancing agar tidak  terjadi kontak fisik sebagai bentuk upaya memutus mata rantai persebaran virus corona.

Penerapan pembatasan sosial yang mengharuskan masyarakat meminimalisir kontak  fisik secara langsung telah membawa efek domino dan menimbulkan kesenjangan-kesenjangan dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang yang mendukung bahwa budaya baru (interaksi virtual) ini harus tetap dipertahankan untuk saat ini dan pasca pandemi nanti, namun tidak sedikit pula yang mengharap bahwa pembatasan sosial dan model interaksi virtual untuk segera diakhiri. Kesenjangan yang muncul pada masa pandemi ini terlihat dalam berbagai bidang.

Pertama , kesenjangan ekonomi. Bagi sebagian warga melaksanakan aktivitas dari rumah seperti saat ini menjadi sebuah keistimewaan tersendiri, karena selain bekerja mereka juga bisa sambil menikmati secangkir kopi dari rumah, akan tetapi situasinya akan sangat berbeda dengan pekerjaan yang mengharuskan menggunakan kontak fisik seperti tukang ojek, sopir angkot, buruh bangunan dan lain-lain yang tidak mungkin mengalihkan pekerjaan mereka dari face to face ke face to screen;

Kedua, kesenjangan akses teknologi dan pengetahuan. Sebagai bahan evaluasi sistem pembelajaran jarak jauh dengan model daring telah mengakibatkan munculnya beberapa permasalahan, salah satunya adalah digital divide. Fakta yang tersaji menunjukkan bahwa sebanyak 54 persen dari total sekitar 608.000 pelajar di Papua tidak bisa mengikuti sistem belajar dari rumah karena jaringan internet, televisi, radio nyaris tidak bisa menjangkau wilayah mereka. Begitu juga untuk kalangan mahasiswa, tidak semua mahasiswa bisa mengikuti proses perkuliahan secara online (bukan karena tidak tersedianya jaringan internet) namun lebih disebabkan keterbatasan kuota internet yang dimiliki. Contoh kasus di atas menunjukkan bahwa terjadi sebuah kesenjangan dalam hal mengakses pengetahuan; Ketiga, Kesenjangan demografi. Indonesia memiliki bonus demografi berupa melimpahnya Sumber Daya Manusia di usia produktif dan hal ini oleh banyak pihak disebut sebagai modal berharga untuk menuju Indonesia Emas di tahun 2045. Seiring dengan situasi pendemi yang melanda saat ini tercipta sebuah jurang pemisah dan ketimpangan bagi generasi muda usia produktif yang tinggal diperkotaan dengan mereka yang tinggal di daerah pedalaman yang sulit terjangkau oleh jaringan internet. Bagi mereka yang tinggal di daerah urban, setiap saat mereka dapat mengakses internet serta tetap  dapat berinteraksi dan mengetahui perkembangan informasi, melihat peluang usaha, menjaga hubungan dengan relasi bisnis melalui dunia virtual. Kondisi sebaliknya terjadi di daerah pedalaman. Para generasi muda (SDM usia produktif) tidak terfasilitasi internet dan tidak dapat mengikuti perkembangan informasi sehingga menjadikan mereka semakin termarjinalkan.

Perubahan pola interaksi fisik ke ruang-ruang digital menjadi subuah keniscayaan pada masa pandemi seperti ini namun dibalik  itu semua ada sebuah konsekuensi yang harus ditanggung yaitu terciptanya sebuah kesenjangan yang semakin lebar antara kelompok masyarakat yang bisa mengakses dan terlayani oleh jaringan internet dengan kelompok masyarakat yang tidak bisa mengakses internet. Jika kembali pada fitrah kita sebagai manusia yang terlahir sebagai makhluk sosial dimana kita ditakdirkan untuk hidup bersama dan berkumpul dengan orang lain maka sesungguhnya fenomena interaksi virtual ini kurang begitu sesuai dengan pola kehidupan sosok manusia sebagai makhluk sosial, karena keintiman, keakraban, kehangatan, keceriaan tidak dapat dirasakan secara maksimal sebagaimana interaksi secara fisik. Sebagai contoh, suatu proses pembelajaran diruang kelas virtual hanya akan mempertemukan antara guru dan siswa pada layar atau screen saja dan biasanya dilakukan secara terburu-buru karena keterbatasan waktu. 

Proses pembelajaran seperti ini tanpa disertai kedekatan, kasih sayang serta penanaman moral dan karakter peserta didik dari seorang guru. Semoga bencana dan cobaan yang berupa wabah virus corona ini segera berakhir sehingga kita semua bisa melaksanakan aktivitas seperti sediakala dan terhindar dari efek polaritas interaksi virtual dan bisa sedikit meminimalisir interaksi melalui dunia virtual yang dapat mendegradasikan fungsi dan takdir kita sebagai makhluk sosial.

*Guru SMA Negeri  1 Sugihwaras, Bojonegoro

Tag : Pendidikan, covid, virtual



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini