16:00 . Hadir di PPDI Bojonegoro, Cantika Wahono Sampaikan Program Kartu Disabilitas Wahono - Nurul   |   12:00 . Crafter Ungkap Manfaat Gunakan QRIS BRI Bagi Pelaku Usaha   |   09:00 . Sabrina Al Solusi Segala Permasalahan Nasabah BRI   |   20:00 . Selama 2 Tahun, Puluhan Desa di Bojonegoro Tunggak Pajak Rp7,3 Miliar   |   18:00 . Pejalan Kaki di Bojonegoro Meninggal Usai Dihantam Truk Box   |   15:00 . STIE Cendekia Bojonegoro Adakan Cultural Camp, Mahasiswa Internasional Belajar Batik dan Tari Thengul   |   21:00 . Blusukan di Pasar Tradisional, Cawabup Nurul Azizah Akan Tingkatkan Daya Saing   |   18:00 . Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Iklan Media di Pemkab Bojonegoro, 2 Pejabat Diperiksa Polisi   |   16:00 . PKKM 2024, Dorong Peningkatan Kualitas Madrasah dan Inovasi   |   22:00 . Setyo Wahono dan Nurul Azizah: Jalan Baru Menuju Pendidikan Berkualitas untuk Bojonegoro   |   20:00 . Blusukan di Pasar, Wahono-Nurul Sapa Pedagang   |   19:00 . Tradisi Slametan Warga Ngelo, Awali Pembangunan Instalasi Air Bersih   |   16:00 . Hoaks Akun WhatsApp Mengatasnamakan Asisten I Setda Bojonegoro, Masyarakat Diminta Waspada   |   13:00 . Ingin Mandiri dan Bermodalkan KUR BRI, Parno Jualan Pentol Sambil Investasi Properti Kos   |   08:00 . Menilik Penguatan Peran Tri Pusat Pendidikan   |  
Sun, 06 October 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Blok Cerita Pendek

Perempuan Dalam Ingatan

blokbojonegoro.com | Saturday, 05 August 2017 09:00

Perempuan Dalam Ingatan

Prolog

Dalam ingatanku, kau tetaplah sama

Gadis cilik berjuluk Ayako yang pandai menari dan berpuisi

Masaku telah usai

Tak ada keperkasaan yang tersisa selain penyesalan, dosa serta air mata

Ayako-san, sembah sujud kuhaturkan agar engkau mau berbalas maafku

Dunia menolakku

Tuhan pun tak mengizinkan aku berjalan menemuinya

Tiada tempatku pulang selain ampunan darimu

Ayako-san, apapun pintamu akan kuwujudkan untuk memohon ampunmu

Sekalipun melepaskan engkau dari kenangan yang memasungmu dalam pikiranku...

Penulis: Yoru Akira

blokBojonegoro.com - Setiap perempuan terlahir untuk menanggung derita. Bagi kaumnya, keluarga, juga negara. Semua penderitaan itulah yang menjadikan mereka tumbuh. Kokoh serupa batang kelapa. Tak mudah goyah meski angin menerpa. Sekalipun ribuan purnama telah sirna.

Begitu pun Rukmini. Belum genap 13 tahun usianya saat dia menanggung derita bagi kaumnya. Juga bagi bangsanya. Penderitaan itu, semakin lekat saat dia harus bergumul dengan rasa malu sepanjang hidup. Berbagi tubuh dengan dendam dan sakit hati. Menjadikan malam-malam panjangnya serupa renjana.
Siapa yang sangka, derita itu merengut mimpinya menjadi seorang penari. Mimpi yang dia pupuk dengan kegigihan dan ketelatenan menguap di rimba belantara Borneo. Remuk berserakan serupa batin serta jiwanya. Menjadikan dendam semakin lekat. Menghitam bagai darah yang dia tumpahkan malam itu. Sebagai titik balik kehidupan Rukmini.

Kini, lelaki muda itu bersujud di kaki Rukmini. Memohom ampun atas kesalahan leluhurnya. Mengungkit masa lalu yang ingin Rukmini kubur bersama tulang belulangnya kelak. Mungkin sebab inilah yang menjadikan Tuhan belum juga mengirimkan malaikat pencabut nyawa. Masih ada hal yang belum tuntas. Masih ada dendam yang harus terbayar. Meski dengan air mata cucunya sekali pun. Rukmini tak peduli. Sebab perempuan terlahir untuk menanggung penderitaan.

"Eyang, tolong beri kesempatan dia untuk menjelaskan!"

Penjelasan lemah diantara isak tangis cucunya tak menggoyahkan keputusan Rukmini. Wanita itu masih bersikeras di atas kursi rodanya. Tak ada maaf bagi masa lalu yang telah mencoreng wajah serta nama baik keluarga.

"Buk, tolong maafkan dia. Bukan perkara apa-apa, tapi..."

"Supaya batinku lega katamu? Kau juga menanggung derita, Nduk. Akibat perbuatan leluhurnya."
Tegas Rukmini menyela pembicaraan anaknya.

"Pintu keluar masih terlihat. Silahkan Anda keluar sebelum saya berbuat tidak sopan!"

"Ayako-san, saya..."

"Tidak ada yang bernama Ayako di sini. Silahkan pergi dari rumah saya!"

Wanita dalam kursi roda itu mendorong tubuh cucu yang menghalangi jalannya. Tanpa berkata sepatah pun, Rukmini meninggalkan ruang tamu rumah joglonya. Tak ada niat berdamai dengan dendam masa lalu.


Keping Ingatan I

Semesta Kenzo

Kyoto, Juni 2017


Aku menanggung dosa, Ken. Kami-sama tak akan memaafkan kejahatanku. Kau harus menemukannya Ken. Aku ingin mati tanpa menanggung beban.

Permintaan lelaki tanpa daya itu, membuat Kenzo mengerutkan kening. Sudah satu minggu Ojii-san  dirawat di rumah sakit. Lelaki menjelang satu abad itu selalu membicarakan hal aneh tentang "dia". Sementara Kenzo tak pernah tahu, siapa "dia" yang dimaksud kakeknya. Dokter pun tak mengizinkan Kenzo berbicara lebih banyak kepada Ojii-san. Bagaimana caranya mencari tahu sosok "dia".

Penuturan dokter kembali terngiang. Kondisi kesehatan Ojii-san semakin buruk. Alat-alat yang menempel di tubuhnya bukanlah jaminan memperpanjang umurnya. Apalagi tubuh itu sudah terlalu rentan. Hampir satu abad usianya. Harusnya Ojii-san mendapat kebahagiaan di penghujung usianya. Bukan pemikiran yang membebaninya.

"Sensei, apa yang harus saya lakukan untuk menolong, Ojii-san?"

Pertanyaan itu akhirnya meluncur juga dari mulut Kenzo. Saat ini, mereka sedang berada di ruangan Dokter Izumi untuk membicarakan kondisi Ojii-san. Ayahnya baru bisa ke rumah sakit nanti malam karena urusan bisnis.

"Apapun yang bisa membahagiakan kakekmu, Ken."

"Bagaimana caranya? Sedangkan Izumi Sensei  tak mengizinkan saya berbicara lebih lama dengan Ojii-san."

Dokter Izumi mengurut keningnya. Pria yang sudah lama menjadi dokter keluarga Himura itu tak bisa berbuat banyak. Kondisi pasiennya sedang tidak stabil. Namun dia juga harus mencari hal yang mampu meringankan beban pikiran Tuan Himura. Semakin lelaki itu memikirkan hal yang berat, kondisi tubuhnya akan semakin lemah.

"Apakah orang tuamu tak pernah membicarakan tentang hal ini, Ken?"
Kenzo menggeleng lemah menjawab pertanyaan Dokter Izumi. Kalau saja otousan  ataupun okaasan  mengetahui rahasia yang disimpan kakek sampai saat ini, Kenzo tak perlu pusing memikirkan tentang "dia".

"Dokter, izinkan saya berbicara dengannya. Saya akan berusaha untuk setenang mungkin berbicara dengan Ojii-san."

"Baiklah, kita tunggu sampai kondisinya lebih baik. Kau tahu, sedikit saja dia berpikir berat tekanan darahnya langsung meningkat."

"Arigatou gozaimasu, Sensei . Saya akan memanfaatkan dengan baik kesempatan dari, Sensei."

* * *

Pikiran Kenzo masih dipenuhi tentang Ojii-san. Kaleng softdrink yang menemaninya sudah tandas sejak satu jam lalu. Sosok "dia" yang disebut Ojii-san masih menganggu pikirannya. Bahkan dia tidak peduli berapa lama waktu yang dia lewatkan hanya untuk melamun di taman kota. Terik matahari musim panas juga seolah membuatnya tak peduli.

"Shumimasen, ima nanji desuka ."
Pertanyaan seorang perempuan membuat Kenzo tergagap. Lelaki belum genap seperempat abad itu melirik alroji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Dia semakin tergagap saat menyadari saat jam telah menunjukkan pukul 02.00 siang.

"Pukul 02.00, Nuna," kata Kenzo pada perempuan yang masih menunggu jawabannya.
Mata perempuan itu melotot. Kalau diperhatikan, dia bukanlah penduduk lokal. Err, perempuan berkulit kuning langsat dengan hidung mancung mungil. Mengingatkan Kenzo pada perempuan dari tenggara. Mungkin Malaysia atau Indonesia.

"Arigatou gozaimasu . Saya permisi, Tuan."

"Hai, douzo ."

Selepas kepergian perempuan itu, tangan Kenzo bergerak meraih tas di samping kirinya. Dengan cekatan, dia meraih kamera Nikon dan membidikkannya ke arah punggung perempuan itu. Entah mengapa, dia punya firasat jika akan ada pertemuan selanjutnya. Cepat atau lambat.

* * *

Lelaki itu menggosok telinganya yang hampir tuli. Naoki-san, editor tempat dia bekerja sebagai fotografer untuk sebuah majalah, baru saja berteriak melalui speaker handphonenya. Ya, dia tahu mengapa wanita itu berteriak padanya.

Lelaki itu baru saja mengumumkan jika dia belum berangkat menemui seseorang yang dijadwalkan bertemu dengannya hari ini. Katanya, salah satu reporter sebuah majalah dari Indonesia. Dia sepupu sahabat karib Naoki-san. Berhubung hari ini ada rapat yang tak bisa dihindari, Naoki-san meminta anak buahnya untuk menemui orang itu. Yah, Naoki-san sudah berjanji untuk menjadi guide selama berada di Jepang. Bagaimanapun wanita itu tak ingin mengecewakan sepupu sahabatnya.

"Himura Kenzo, jangan mengacuhkan perkataanku. Cepat berangkat sekarang juga!"

Tanpa membalas teriakan Naoki-san, Kenzo bergerak meninggalkan tanam kota. Tanpa tergesa dia menyusuri trotoar jalanan Kota Kyoto yang tak pernah sepi.

Caffe tempat yang ditunjuk Naoki-san tidak jauh dari sini. Pikir Kenzo, dia bisa berjalan malas-malasan. Lagi pula dia merasa tidak perlu pusing memikirkan janji Naoki-san. Ini bukan salahnya. Sampai akhirnya, Kenzo sampai di sebuah caffe yang disebut Naoki-san.

"Dan, bagaimana aku bisa menemukannya. Bagus Kenzo, sama halnya kau mencari jarum dalam tumpukan jerami."

Lelaki itu tak kehabisan akal. Dia membuka aplikasi chatting dan mengirim pesan kepada Naoki-san. Detik berikutnya Kenzo mendapat pesan dengan format .jpg dari editornya itu. Sesaat, darah Kenzo berdesir. Sosok yang dimaksud Naoki-san duduk tepat di hadapannya. Bersambung...

Catatan kaki:

  - Ojiisan (Bahasa Jepang) : Kakek
  - Sensei : gelar kehormatan yang diberikan kepada guru, dokter, politikus atau tokoh yang mempunyai wewenang. Dapat juga diberikan kepada seseorang yang telah mengusai tingkat tertentu dalam seni mapun keterampilan lainnya
  - Otousan (Bahasa Jepang) : Ayah
  - Okaasan (bahasa Jepang) : Ibu
  - Arigatou gozaimasu        : Terima kasih banyak.
  - Shumimasen, ima nanji desuka: Permisi, jam berapa sekarang?
  - Arigatou gozaimasu        :Terima kasih banyak
  - Hai, douzo            :Ya, silahkan.


*Cerita bersambung ini ditulis Yoru Akira, nama pena dari Sumartik. Aktif menulis cerpen dan puisi. Penulis tinggal di Tuban.

Tag : perempuan, dalam, ingatan, cerpen, blok



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat