19:00 . Diduga Tak Netral, PMII Bojonegoro Minta Ketua Bawaslu Mundur   |   17:00 . Beredar Foto Ketua Bawaslu Bojonegoro Berkaos PDI-P, Benarkah?   |   16:00 . Kembangkan Potensi, PEP Sukowati Gelar Pelatihan Pengolahan Herbal   |   15:00 . 5 Tersangka Korupsi Mobil Siaga Bojonegoro Segera Disidang   |   06:00 . Gelar Muskab, Setyawan Mubayinan Kembali Terpilih Jadi Ketua Pengkab TI Bojonegoro   |   21:00 . Muhammadiyah Bojonegoro Serukan Pilih Cabup yang Bersedia Dengar Suara Rakyat   |   19:00 . Dipindah ke Lapas Bojonegoro, Napi Teroris Dikawal Ketat Densus 88 AT Polri   |   16:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z, Acara untuk Generasi Muda Bojonegoro   |   14:00 . Tim PkM Dosen UNUGIRI Berikan Pendampingan P5 dan PPRA di Lembaga Pendidikan   |   13:00 . Wujudkan Lansia Bermartabat, PD 'Aisyiyah Bojonegoro Gelar Lokakarya Kelanjutusiaan   |   12:00 . Tim KKN 44 UNUGIRI Observasi di Desa Grabagan   |   06:00 . Menilik Pasukan Kopi Rakyat Jelita Pada Kompetisi Nyethe Rokok Kenduri Cinta 2 Wahono-Nurul   |   21:00 . Barisan Muda Bangga Bojonegoro Siap Menangkan Wahono-Nurul   |   20:00 . Setyo Wahono ajak Ketum PP.Ansor, Addin Jauharudin Bermain Fun Badminton   |   19:00 . Empat Kades Terdakwa Korupsi Pembangunan Jalan di Bojonegoro Dituntut 5 Tahun Penjara   |  
Sat, 23 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Laporan dari Tiongkok (4)

Berburu Rumah Makan Indonesia di Tiongkok

blokbojonegoro.com | Wednesday, 04 October 2017 06:00

Berburu Rumah Makan Indonesia di Tiongkok

Pengirim: Didik Farkhan Alisyahdi*

blokBojonegoro.com - Disela-sela mengikuti The 22ND Annual Conference And General Meeting Of The International Association Of Presecutors di Beijing 11-15 September 2017 lalu, saya menyempatkan diri berburu rumah makan Indonesia di Tiongkok. Maklum selama konferensi lidah saya belum bisa sepenuhnya menerima menu lokal. Jadi selalu kangen rawon dan pecel.
 
Hasil perburuan, ternyata tidak banyak orang yang menjual makanan asli Indonesia di daratan Tiongkok. Lebih banyak rumah makan Thailand atau Malaysia. Saya hanya menemukan dua rumah makan Indonesia di Beijing dan satu rumah makan di Shanghai.
 
Ketika di Beijing saya menemukan rumah makan "Nom Nom" dan Resto Padang. Karena keterbatasan waktu, saya hanya sempat makan di Nom-Nom di daerah Liu Dao Kou, distrik Hai Dian. Sementara Resto Padang yang berada daerah San Li Tun di distrik Chao Yang, saya hanya sempat lewat saja.
 
Rumah makan Nom-nom menempati sebuah komplek ruko. Tempatnya kecil hanya bisa menampung maksimal 20 orang. Kalau di Indonesia lebih cocok disebut depot. Karena kelasnya diatas warung, tapi dibawah rumah makan.
 
Di kalangan WNI di Beijing depot Nom-nom sangat terkenal. Terutama mahasiswa asal Indonesia. Dapat dipastikan mereka pernah makan di sana. Maklum disamping enak, harga makanan di Nom Nom cocok dengan kantong mahasiswa. Lebih murah daripada Resto Padang.
 
Saya dan rombongan tahu tempat itu juga karena info sang guide kami, Agris. WNI yang baru saja lulus dari University Of International Business And Economics (UIBE) Beijing. Dia dan teman-teman kuliahnya asal Indonesia adalah pelanggan tetap rumah makan Nom Nom. 
 
Saat saya dan rombongan delegasi Persatuan Jaksa Indonesia (PJI) tiba di depot Nom Nom sekitar jam 16.00. Ternyata tempatnya penuh. Ada sekitar 12 mahasiswa lokal (Tiongkok) selesai menikmati makanan. Begitu saya dan rombongan mau masuk mereka tahu diri dan langsung "bubar". 
 
Bagi saya dan rombongan begitu ketemu masakan Indonesia rasanya langsung nafsu. Bisa dibilang "kemaruk".  Semua menu yang ada langsung dipesan untuk makan bareng-bareng. Mulai dari Soto ayam, bala-bala, ayam geprek, ayam kremes, sampai cap jai dipesan.
 
Rumah makan khas Indonesia itu ternyata dikelola suami istri pasangan gado-gado asal Indonesia dan Singapura. Si istri namanya Cicik bersuamikan warga negara Singapura. Mereka bersatu padu mengelola rumah makan itu. Mereka dibantu dua adik Cicik dari Indonesia. Pasangan itu sehari-hari turut memasak dan melayani pembeli.
 
Saat kami makan, datang sepasang mahasiswa. Si cowok tampang Indonesia sementara si Cewek tampang Lokal. Benar, si cowok rupanya mahasiswa S2 asal Bandung lagi nraktir pacarnya yang asli Mongolia. Saya godain mereka, "Lagi pamer masakan Indonesia ya Mas," kata saya sambil tertawa.
 
Setelah makan di Nom-Nom kami sempatkan lihat Resto Padang. Karena habis makan, saya tidak mampir karena masih kenyang. Hanya lewat saja. Tempatnya lebih berkelas dibanding Nom-nom. "Yang makan di sini orang kelas menengah atas atau businessman yang sedang meeting," kata Agris.
 
Perburuan rumah makan khas Indonesia kembali saya lakukan ketika mampir ke kota Shanghai. Ya, kebetulan kami memilih pulang ke Jakarta lewat rute Beijing-Shanghai-Jakarta. Kami ingin merasakan kereta "cepat" Beijing-Shanghai.
 
Meski hanya sehari di Shanghai, saya dan rombongan langsung menanyakan tempat rumah makan khas Indonesia. Dengan bekal info dari google saya menemukan alamat Rumah makan Bali distro. Ya namanya memang Bali bukan Indonesia Distro. Mungkin pemilihan brand ini karena Bali lebih terkenal dibanding Indonesia.
 
Melihat rumah makan Bali Distro ini, menurut saya sudah katagori kelas Restoran papan atas. Lumayan mewah dan ikonik. Di dalamnya banyak dipajang benda-benda antik se-indonesia. Tapi paling dominan benda-benda khas Bali. Sesuai namanya.
 
Di lantai bawah khusus digunakan untuk cafe Bali. Sementara untuk tempat makan ada di lantai dua. Saat naik tangga lantai dua saya melihat foto dan tanda tangan mantan presiden SBY ditempel di dinding Bali Distro. Saya tidak tahu apakah tanda tangan itu "diteken"  saat peresmian atau saat Pak SBY mampir makan di sini.
 
Makan di Bali distro suasana memang dibuat se-Indonesia mungkin. Musik yang diputar juga lagu-lagu Indonesia. Ada suara padi, Dewa 19, Coklat, Pinkan Mambo dan semua lagu band terkenal Indonesia diputar terus non stop sampai Resto tutup.
 
Soal menu? Wow....semua masakan Indonesia ada. Lengkap. Mulai dari yang populer di Jawa: soto ayam, sate, pecel, nasi uduk, nasi goreng, gado-gado, penyetan, mi godok, lontong sayur, tahu telor, ote-ote, bakwan jagung. Khas bali: ayam atau bebek betutu, empek-empek Palembang atau Batagor Bandung tersedia. Ayo mau pesan semua lagi? Ngga lah he he.
 
Semua pegawai di Bali Distro yang perempuan berkebaya. Yang laki-laki pakai pakaian Bali. Ada pegawai lokal, tapi mayoritas mahasiswa Indonesia yang kuliah di Shanghai ambil part time. Sehingga penampilan pelayan Bali Distro sangat terpelajar.
 
"Saya asal Wonogiri, saat ini menempuh S1 di sini. Sengaja kalau malam ada waktu kosong saya ikut kerja di Bali Distro," kata Suprobo Dewi ketika mengantar pesanan makanan kami sambil menjelaskan tiga temannya yang malam itu kerja juga semuanya mahasiswa.
 
Dari Suprobo Dewi itu saya tahu informasi kalau malam sebelumnya Bali Distro penuh tamu. Ada rombongan 40 Polisi Indonesia yang sedang studi banding ke Shanghai. "Tempat ini jujukan dan tempat berkumpulnya WNI yang berada di Shanghai," jelas Suprobo.
 
Bagaimana rasa masakan Bali Distro? Wow...semuanya enak. Semua yang kami pesan habis tidak tersisa. Bahkan kami tambah pesanan untuk dibungkus. Di Bawa ke Hotel. Untuk apa? Untuk sarapan pagi. Kemaruk memang di negeri orang ketemu makanan Indonesia, he he (Kang DF).
 
*Pengirim: Kepala Kejaksaan Negeri Surabaya

Tag : kang df, didik farkhan, kejari surabaya



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat