21:00 . Diduga Membegal, Pria di Bojonegoro Nyaris Diamuk Warga   |   12:00 . Tinjau Uji Peningkatan Kapasitas Produksi, Ditjen Migas Kunjungi Lapangan Banyu Urip   |   09:00 . Fenomena Pernikahan Dini di Malang; Potret Kompleksitas Sosial yang Mendesak Solusi   |   21:00 . Dorong Siswa Bojonegoro Raih Pendidikan Kedinasan, Yayasan Mannah Sosialisasi Program MASE   |   18:00 . Pj. Bupati Bojonegoro Buka Langsung Seminar CAPD dan Resmikan Instalasi Dialisis   |   16:00 . Satpol-PP Bojonegoro Akui Tak Bisa Menindak Dugaan Toko Modern Ilegal   |   13:00 . Persibo Lengah Sedikit, Persela Bisa Menyalip   |   12:00 . RSUD Bojonegoro Luncurkan Instalasi Dialisis, Pasien Bisa Cuci Darah di Rumah   |   09:00 . Mahasiswa KKN Pintar 26 Desa Ngeper Berikan Pelatihan BUMDes Se Kecamatan Padangan   |   07:00 . Melawat ke Persipal, Pertaruhan Persibo   |   20:00 . Jelang Konfercab, 3 Kader Berebut Kursi Ketum PC PMII Bojonegoro   |   18:00 . KKN 13 UNUGIRI Sukses Gelar Program "English Fun" di Desa Sumberharjo   |   17:00 . Ayo...! Ikuti Duta Pemuda Pelopor 2025   |   15:00 . KAI Daop 8 Operasikan 8 KA Tambahan, 3 Kereta Melintas di Bojonegoro   |   13:00 . Siapkan Lebih Awal, Dinpora Sosialisasikan Pemuda Pelopor untuk Target Nasional   |  
Wed, 11 December 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Jiatun, Empat Puluh Tujuh Tahun Jualan di Pasar

blokbojonegoro.com | Saturday, 07 April 2018 12:00

Jiatun, Empat Puluh Tujuh Tahun Jualan di Pasar

Kontributor: Apriani

blokBojonegoro.com - Meski sudah berusia sekitar 68 tahun, ia tetap berjualan di Pasar Kota Bojonegoro, setiap pagi ia berangkat pukul 08.00 WIB dan pulang sekitar pukul 21.00 WIB. Ia adalah Jiatun warga Kelurahan Klangon, Kabupaten Bojonegoro.

Ia bukanlah warga asli Bojonegoro, namun ia sudah tinggal berpuluh-puluh tahun di Bojonegoro, tepatnya sekitar empat puluh tujuh tahun lamanya.

"Saya asli Jombang, suami saya juga asli Jombang, dulu di sini ikut sama keluarga suami, itu sekitar tahun 1971," terang wanita yang berjualan nasi tersebut kepada blokBojonegoro.

Ketika datang ke Bojonegoro di tahun 1971, kala itu ia baru memiliki anak satu yang usianya sekitar tiga bulan. Ia datang ke Bojonegoro untuk mencari nafkah sebagai penyambung hidup dengan cara berdagang di pasar.

"Dulu jualan kacang ijo dan es degan di pojokan timur-utara gerbang pasar sana yang sekarang di pakai jualan bakso, yang jualan tidak seramai seperti sekarang," tutur ibu empat anak tersebut.

Selama ia berjualan di depan gerbang pasar, ia sempat tau proses pembangunan pasar, yang telah dibangun tiga kali. Kemudian di tahun 1973 ia mulai berpindah lokasi sedikit ke barat dari lokasi awal ia berjualan.

Bersamaan dengan ia pindah lokasi, ia juga berganti jualan, ia berganti jualan nasi rawon, dan dulu harga nasi rawon masih Rp50 per porsi. Dalam perjalanannya saat jualan ia mengalami sebuah tantangan karena kala itu suaminya masih suka menghambur-hamburkan uang.

"Tapi alhamdulilah hasil jualan masih bisa digunakan untuk menyambung hidup dan menyekolahkan anak-anak, tapi suami saya sekarang sudah meninggal," ucap syukur wanita yang telah menjanda sejak tahun 2008.

Di tahun 1973, anak keduanya sudah lahir, dan berusia sekitar lima bulan. Dan ketika ia berjualan anak-anaknya dititipkan kepada ibu mertuanya. 

Ia memiliki empat anak, dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Anak pertama perempuan lulusan SMEA,  yang kini telah memiliki tiga anak, kemudian anak kedua lulusan SMP, memiliki empat anak, anak ketiga lulusan STM 2 yang kini juga telah memiliki empat anak, dan anak yang keempat lulusan SD memiliki 3 anak.

Sekitar tahun 2000.an ia mulai pindah lokasi lagi lebih ke barat, timur gerbang tengah pasar, dengan berjualan nasi pecel. Harga nasi pecel adalah Rp6.000 per porsi, dan es teh harganya, Rp3.000, dan jika ingin tambah lauk, maka harganya akan tambah juga. Ia berjualan biasanya dibantu dengan anak keduanya.

"Buka warungnya kan 24 jam, jadi kalau malam diganti anak saya, kadang kalau sudah capek tapi anak saya ditunggu lama tidak ke sini saya pulang, warung dititipkan sebelah," terangnya.

Penghasilan yang ia dapat sehari-hari tidak menentu, karena ia ikut arisan setiap minggunya. Bagi dirinya, berjualan sudah menjadi aktifitas hariannya. Meski kerutan di wajahnya semakin bertambah seiring usianya yang semakin menua, ia tidak pernah merasakan lelah, dan selalu bersemangat untuk mencari rupiah.

Menurutnya pasar sekarang ini lebih ramai saat pasar malam, jika dibandingkan dengan pasar pagi ataupun sore. "Kalau malam ramai banyak yang bungkus, apalagi saat bulan Ramadan, pasti banyak yang bungkus untuk sahur," tutupnya. [ani/ito]

Tag : Warung, jualan, makanan



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat