Blok Buku
Moga Bunda Disayang Allah
blokbojonegoro.com | Saturday, 29 September 2018 06:00
Peresensi: Ilma Arizza
Novel "Moga Bunda Disayang Allah" besutan Tere Liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa india yang berarti “untukmu”. Tere liye lahir dan besar dibedalaman Sumatera, pada tanggal 21 mei 1979, dia anak keenam dari tujuh bersaudara. Dia terlahir dari keluarga petani, tere liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP, di SDN2 dan SMN2 Kikim Timur, Sumatera selatan, kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bander lampung, setelah itu ia meneruskan ke Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Ekonomi.
Novel ini menercitakan seorang yang bernama Melati yang berusia 6 tahun, seorang gadis yang memiliki bola mata hitam seperti buah leci, rambut ikal mengombak, giginya kecil-kecil bagai gigi kelinci, dan pipinya tembem seperti donut. Gadis ini adalah anak orang kaya yang bernama Tuan HK dan nyonya HK rumahnya yang berada di lereng perbukitan, tetapi ia buta dan tuli sejak berusia 3 tahun. Ia tidak bisa melihat ataupun mendengar, yang ada hanya gelap, hitam, kosong. Melati hanya mendengar senyap, sepi, sendiri, tak ada nada.
Sepuluh kilometer dari rumah besar,mewah lereng perbukitan tadi, dengan waktu yang sama. seorang pemuda yang tidur terlentang diatas ranjang dirumah yang tepatnya dilantai 2 yang ruangannya berukuran 6x9 meter. Ruangan yang perabotannya hanya ada ranjang kayu kusam yang ditiduri oleh pemuda tersebut, wajahnya yang jauh dari rapi. Jika dilihat sekilas wajahnya menyeramkan seperti preman. Kumis melintang, rambut gondrong yang sudah berbulan-bulan tidak keramas.buku-buku yang berserakan diruangan yang berukuran 6x9 meter tadi, baju-baju, celana kumal bergelantung didinding.
Seorang pemuda yang berusia 27 tahun yang biasa dipanggil Karang oleh ibu-ibu gendut yang tingal bersama tersebut. Kecintaan Karang kepada anak-anak, dan ia sampai membuat taman bacaan untuk anak-anak. Tapi karena kejadian 3 tahun terakhir ini membuat Karang frustasi, yang setiap hari minum-minuman keras.
Melati yang buta dan tuli yang setiap hari mulutnya selalu menggerung, tangannya selalu meraba-raba. Setiap tangannya menemukan barang akan dilemparkan, apapun itu. Padahal sudah panggilkan beberapa dokter yang ahli tetapi tidak ada perubahan, jika saat tangannya dipegang Melati akan marah, dia akan melempar apapun, menjambak-jambak. Bunda dan ayahnya sedih, padahal sudah dipanggilkan doter spesialis tetapi tetap saja tidak ada bedanya. Bunda menulis surat untuk dikirimkan kepada Karang, yang katanya orang-orang dia adalah seorang yang sangat mencintai anak-anak lebih dari apapun. Bunda mengirim surat sampai 7x berturut-turut tetapi tidak respon, akhirnya bunda memilih untuk datang kerumah Karang. Ternyata Karang sekalipun tidak pernah membuka surat dari bunda tersebut, tetapi bunda memohon kepada Karang untuk membantu anaknya.
Karang yang tidak memperdulikan walaupun sudah didatangi untuk dimintai bantuan, ibu gendut terus meminta agar Karang membantu bunda HK yang anaknya buta dan tuli. Awalnya Karang tetap saja keras kepala tidak mau membantu Melati, tetapi tidak tahu pagi-pagi sekali ia datang ke rumah bunda HK. Bunda HK senang sekali melihat Karang mau membantunya. Karang mau membantunya tetapi dengan beberapa syarat yang harus disetujui. Akhirnya tuan HK dan juga Bunda HK setuju, mereka tidak akan protes apa yang telah dilakukan Karang kepada putrinya.
Karang meminta untuk tinggal seminggu di rumah Melati, yaitu untuk membantu melati. Karang mengajarkan Melati untuk makan menggunakan sendok, tetapi Melati menolaknya ia marah dan melemparkan apapun yang dipegangnya. Karang tetap memaksanya agar makan menggunakan sendok, tatapi Melati tidak mau karena melati tidak tahu itu sendok atau apapun, Melati tidak mengenali semuanya. Karang memegang erat tangan Melati yang berusaha menari benda yang akan dilemparkan, karena tangannya diengkeram oleh Karang maka ia tidak bisa mendapat barang, Melati sangat marah. Karang melarang melati makan karena tidak memakai sendok, melati diseret lalu melati duduk dan memegang kakinya, tuan HK dan juga nyonya HK sangat kasihan melihat anaknya disiksa seperti itu, tapi karena sudah berjanji tidak akan protes maka mereka diam saja.
Sudah lima hari tetapi tetap tidak ada perubahan, malah perlakuan karang yang membuat tuan HK untuk mengakhiri perjanjiannya dengan Karang, Tuan HK sangat marah. Ia menyuruh istrinya untuk mengusir Karang, istrinya tidak berani akhirnya ia sendiri yang mengusir Karang. Karang harus pergi sebelum tuan HK berangkat ke bandara. Karena ternyata ada perubahan akhirnya Karang tidak jadi pergi, Karang berusaha mempelajari Melati agar dapat mengenal dunia dan seisinya. Novel ini seru untuk dibaca, memberi pelajaran bagi pembaca. Sayangnya, banyak bahasanya yang tidak baku dan banyak kata yang diulang-ulang.
Identitas novel :
Pengarang : Tere liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2016
Jumlah halaman : 306 hlm
*Mahasiswa STIKes ICSada, anggota LPM V Kampus Ungu
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini