Ngobrol Tentang Organik, Kembali Bersahabat dengan Alam
blokbojonegoro.com | Sunday, 30 June 2019 14:30
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Suasana sudut Gang Depo, Kelurahan Sumbang, Kota Bojonegoro, tepatnya di Selasar Coffe Shop Minggu (30/6/2019) tampak lain dari biasanya.
Di sana berlangsung diskusi santai tentang pertanian dengan nara sumber dari petani; Agus Salim, Peneliti dan Pengembangan Tanaman Organik; Arziku Ridho Atala dan Seniman; Dadang, serta dimoderatori oleh Alif Rafa, Founder Ehayokngopi. Diskusi tersebut, diikuti pemuda dan mahasiswa di Bojonegoro.
Agus Salim menyampaikan, ada 4 golongan kondisi masyarakat di Bojonegoro, yakni ganteng, pintar dan kaya raya; ganteng, pintar biasa saja; ganteng, nggak pintar dan nggak terlalu kaya; dan nggak ngganteng, nggak pintar dan nggak terlalu kaya.
"Mayoritas ada di golongan ke empat. Dan kebanyakan adalah kaum petani," kata Agus.
Dirinya mengajak para pemuda untuk mulai turun ke sawah dan menjalankan sistem pertanian tidak secara konvensional. Melainkan mulai kembali ke organik, dari pengolahan lahan hingga perawatan.
"Semua butuh proses. Mulai dari hal kecil bisa dipelajari dan diterapkan pasti akan ada hasilnya," kata pria yang juga menerapkan sistem pertanian organik di lahan samping sekretariat Society Education Centre (SEC) Jalan Pondok Pinang Bojonegoro itu.
Peneliti dan Pengembangan Tanaman Organik, Arziku Ridho Atala menyampaikan tentang proses pengolahan lahan, kemandirian bahan, kemandirian pupuk, serta kemandirian pasar.
"Untuk panen, tidak terlalu berbeda dengan hasil panen menggunakan pupuk kimia. Tetapi dengan proses secara organik, dari segi kualitas, harga dan kesehatan, jauh berbeda dan lebih bagus yang organik," ujar pria yang akrab disapa Jack ini.
Dunia pertanian, dari segi seni dan budaya, Dadang menyampaikan, selain persoalan sumber daya manusia, khusunya pemuda yang sudah jarang ditemui mau terjun ke sawah, ada tradisi-tradisi masyarakat juga sudah mulai jarang ditemukan di sawah. Mulai dari sebelum sebelum menabur benih hingga pasca panen, seperti sedekah bumi.
"Tradisi agraris perlu dilestarikan. Hal tersebut ditujukan sebagai bentuk persahabatan dengan alam. Kembali ke pertanian organik, menjadi upaya untuk bersahabat dengan alam," papar Dadang.
Acara diskusi berlangsung hingga tengah hari, dan dimeriahkan musik gitar akustik. Pasca diskusi ini, diharapakan upaya kembali ke pertanian organik bukan hanya selesai di mulut saja, melainkan ditindaklanjuti dengan aksi, mulai dari kelompok kecil lebih dahulu. [ito/lis]
Tag : society, education, centre, bojonegoro, pertanian, organik, pengolahan, lahan, sistem
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini