20:00 . Setyo Wahono - Nurul Azizah dapat Restu Kiai Pondok dan Kampung Bojonegoro   |   18:00 . Empat Kades Terdakwa Korupsi BKKD Sebut Eks Camat Padangan di Persidangan   |   16:00 . Marak Balap Liar, Polres Bojonegoro Mulai Gencarkan Patroli   |   14:00 . Balap Liar Marak di Bojonegoro, IMI: Sulit Dihilangkan   |   12:00 . Gudang Tembakau di Bojonegoro Terbakar, Kerugian Capai Rp50 Juta   |   17:00 . Meresahkan, Balap Liar Diduga Masih Marak di Bojonegoro   |   15:00 . Menepi di Jalan, Motor Milik Warga Tuban Tiba-tiba Terbakar di Bojonegoro   |   12:00 . Belasan Warga Unjuk Rasa di Kantor KPU Bojonegoro, Tuntut KPU Lebih Profesional   |   09:00 . Kisah di Balik Keripik Bronis Khas Bojonegoro, Berawal dari Ibu Tunggal Cari Uang untuk Biaya Sekolah Anak   |   21:00 . Cabup Setyo Wahono Dampingi Sekjen PBVSI Saksikan Final Livoli Divisi Utama   |   19:00 . Iniah Juara Lomba Paduan Suara PAC Fatayat NU Kanor   |   18:00 . Viral! Segerombolan Pemotor Lakukan Balap Liar di Kota Bojonegoro   |   17:00 . Menguatkan Marwah Guru   |   16:00 . Heboh..! Lomba Paduan Suara PAC Fatayat NU Kanor   |   15:00 . Syukuran Pelantikan Prabowo, 2 Politisi Gerindra Bojonegoro Bagikan 11 Ribu Paket Beras   |  
Wed, 06 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Liburan dan Konsistensi Belajar

blokbojonegoro.com | Tuesday, 02 July 2019 14:00

Liburan dan Konsistensi Belajar

Oleh: Usman Roin *

Hadirnya liburan semester kali ini tentu menyisakan pertanyaan sekaligus kekhawatiran mendalam orang tua terhadap anak-anaknya. Pertanyaan itu adalah, selama liburan apa yang akan dilakukan oleh anak-anak? Sedangkan sisi kekhawatirannya, apakah liburan mereka hanya habis di depan layar ponsel!

Dua hal di atas tentu menjadi pemikiran mendalam bagi kita “orang tua” yang respek terhadap tumbuh, kembangnya anak. Libur sekolah satu sisi menjadi bentuk solusi “istirahat” dari kejenuhan yang melanda pikiran anak. Sisi yang lain adanya liburan juga merupakan salah satu cara terbaik untuk meredakan kepenatan dari rutinitas pembelajaran. Gambarannya, seperti men-charge kembali baterai kosong untuk kemudian memunculkan semangat baru setelah keluar dari aktivitas normal.

Hanya saja, idealitas tersebut ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Jauh panggang dari api sebagaimana kata pepatah. Karena kebanyakan anak-anak memaknai liburan sekolah hanya dengan memperbanyak tidur, bermalas-malasan dan menghabiskan waktunya dengan cara bermain serta duduk manis di depan layar ponsel hingga televisi. Tentu hati kecil kita sebagai orang tua jelas tidak rela bila anak-anak hanya melakukan hal-hal tersebut. Selain kurang produktif hanya akan memunculkan kebiasaan buruk dengan tidak bisa mengisi liburan dengan tetap mengedepankan belajar.

Terkait keberadaan ponsel bagi penulis bukanlah perangkat yang benar-benar tidak diperlukan oleh anak, melainkan bagi mereka ponsel memberi manfaat selain untuk mencari informasi edukatif, juga sebagai alat komunikasi. Hanya saja, tujuan idel tersebut hanya sekian persen yang mafhum, yang tidak mafhum jauh lebih banyak. Fakta yang ada, cara instan, termudah, untuk mendiamkan anak adalah dengan mengasihkan ponsel pada mereka.

Jika demikian adanya, mengisi liburan dengan tetap belajar adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh anak. Tujuannya, agar anak (yang statusnya sebagai pelajar) terkontrol, tetap dalam nuansa belajar meski liburan, sehingga aktivitas yang kurang produktif bisa ditekan dialihkan pada hal positif.

Untuk mewujudkan hal tersebut, bagi penulis ada beberapa hal yang bisa orang tua agar anak tidak mengalami ketergantungan dengan ponsel dan tetap konsisten untuk belajar, antara lain:

Pertama, orang tua perlu memberi kegiatan produktif anak. Semisal dengan memberi tantangan menghatamkan buku baru saat liburan, sehingga waktu yang dimiliki oleh anak tidak sepenuhnya dihabiskan untuk bermain game lewat ponsel. Hal ini sebagaimana pengalaman orang tua Joko Susanto dan Jamilatun Heni Marfu’ah yang terbukukan berjudul “Kisah Inspiratif Keluarga Penulis” (2015), hingga mampu mencetak ketiga anaknya menjadi penulis cilik lewat kebiasaan memberi tanggung jawab membaca kepada anak-anaknya baik saat liburan hingga ketika sekolah aktif.

Hadirnya kegiatan produktif yang diberikan oleh orang tua tersebut, selain sebagai pengalih terhadap hal negatif juga untuk menstabilkan hingga meningkatkan potensi (yang kurang, sedang anak miliki) menjadi berkembang walau saat liburan. Tentu untuk mewujudkan hal ini, kuncinya ada pada orang tua. Yakni, orang tua perlu sedikit berusaha menformulasikan dengan memberi tanggung jawab yang kreatif agar saat liburan anak tetap dalam nuansa belajar meski bukan seketat saat sekolah aktif.

Ke dua, membuat hari tanpa ponsel. Ini memberi maksud, bahwa orang tua perlu melakukan kesepakatan bersama untuk tidak menggunakan ponsel sama sekali (off).  Pertanyaannya, lalu aktivitas apa yang tepat digunakan untuk mengisinya? Bagi penulis alternatif aktivitas seperti membaca bersama, berkebun bersama, dan membersihkan rumah secara gotong royong, adalah aktivitas tepat mengisi liburan agar tidak melulu berkonsentrasi melalui ponsel atau hanya melihat televisi. Justru semakin intens kegiatan tersebut dilakukan, akan menjadi solusi kreatif anak agar tidak kecanduang ponsel yang ia miliki, melainkan melahirkan hal-hal produktif untuk keluarga karena bisa mengajarkan kemandirian melakukan sesuatu.

Ke tiga, mengajak anak rajin ke tempat ibadah. Cara ini bagi penulis adalah kunci untuk mengimplementasikan pengetahuan baik agama, norma, maupun akhlak yang telah telah diterima oleh anak saat pembelajaran di sekolah. Juga sekaligus membimbingnya untuk mendahulukan panggilan ibadah dari semua aktivitas yang ada untuk ditinggalkan. Apalagi yang membawa madlorot besar sebagaimana game.

Jika dalam sehari lima waktu anak diajak ke masjid atau musala, tentu ketergantungan terhadap ponsel bisa dikikis. Apalagi bila di masjid atau musala tersebut terdapat kegiatan keremajaan, majelis taklim, tentu akan turut memperlama waktu anak tidak menggunakan ponsel. Hanya saja uswah agar anak rajin beribadah di masjid atau musalah itu kembali kepada orang tuanya. Karena dalam konsep pendidikan, orang tua tidak hanya memerintah, melainkan juga ikut serta melaksanakannya.

Ke empat, dengan cara meminta anak kelembaga kursus bahasa. Ini memberi maksud, bahwa konsistensi belajar selama liburan akan terwujudakan melalui aktivitas tambahan kursus bahasa baik Inggris maupun Arab. Manfaatnya, sebagai pendukung skill untuk menempuh jenjang pendidikan lanjutan yang penuh dengan tantangan di era 4.0.

Akhirnya, tidak terlalu susah untuk mewujudkan tindakan pembelajaran saat liburan. Kuncinya ada atau tidak upaya “muatan belajar” itu disisipkan dalam liburan yang kita lakukan. Jadi, selamat berlibur dan mengedukasi rencana liburan kita.

* Penulis adalah Mahasiswa Magister PAI UIN Walisongo Semarang, Pengurus Majelis Alumni IPNU Bojonegoro, dan Penulis Buku “Langkah Itu Kehidupan: 5 Cara Hidup Bahagia” serta Editor: Penulis Buku “Menjadi Guru: Catatan Sehimpun Guru Menulis”.



Tag : Liburan, konsistensi, belajar, anak, layar, hp, buku, literasi



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat