4 Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet dengan Pasangan di Era Digital
blokbojonegoro.com | Saturday, 19 October 2019 07:00
Reporter: -
blokBojonegoro.com - Ladies, pernahkan Anda melihat pasangan yang sedang berduaan di sebuah cafe atau restoran, namun masing-masing dari mereka sibuk melihat ke layar handphone? Atau bahkan ini sering terjadi dalam kehidupan Anda sendiri dan pasangan?
Alih-alih menghabiskan waktu berduaan untuk membicarakan hal-hal berkualitas, Anda dan pasangan malah asik dengan ponsel masing-masing. Yang satu sibuk scrolling feed Instagram, satu lagi sibuk dengan game online. Jika sudah begitu, ini pertanda yang tidak sehat bagi hubungan Anda, Ladies.
Di era digital sekarang, hal ini memang bukan sesuatu yang mengherankan lagi. Saat ini dunia digital memainkan peran yang cukup signifikan dalam kehidupan asmara seseorang. Kehadiran internet dan media sosial bisa mempermudah seseorang terkoneksi, sebaliknya keduanya juga bisa menimbulkan efek buruk bagi sebuah hubungan.
Tentu Anda tak ingin hubungan asmara jadi hambar atau malah berakhir gara-gara kebiasaan Anda main ponsel kan? Karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko buruk yang ditimbulkan dari kebiasaan Anda menghabiskan waktu di dunia maya. Melansir Time, cara-cara ini dipercaya bisa membuat kehidupan asmara Anda jauh lebih aman dan juga sehat.
1. Kurangi aktivitas di media sosial
Beberapa ahli percaya, mengurangi aktivitas di internet dan media sosial bisa membuat hubungan asmara jauh lebih romantis. Bahkan, sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Academy of Management Best Paper Proceedings, menyebut penggunaan teknologi secara konstan bisa mengganggu kesehatan mental para pasangan.
Penelitian itu dibuktikan dengan fenomena phubbing (phone snubbing) yang bisa merusak momen kebersamaan antar pasangan. Bagi kamu yang belum familier, phubbing adalah sebuah istilah yang mengacu pada tindakan acuh seseorang dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada ponselnya, ketimbang berinteraksi dengan sesamanya.
Istilah ini mulai dikenalkan oleh agensi periklanan AS, McCann, dan pada 2017 silam sebuah studi menyebut phubbing menimbulkan depresi pada pasangan yang telah menikah.
2. Bijak saat memamerkan kemesraan di media sosial
Belakangan ini, media sosial jadi ajang pamer kemesraan bagi sebagian pasangan. Semua dilakukan demi menyabet gelar ‘couple goals’ yang diimpikan semua orang. Sayangnya, kebiasaan memamerkan hubungan di media sosial bisa berdampak buruk pada pasangan.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Psychology of Popular Media menyebut, memamerkan kemesraan yang berlebihan di media sosial terkait dengan tingkat kepuasan hubungan yang lebih rendah.
Sedangkan penelitian lain menemukan fakta yang sebaliknya. Alih-alih membuat hubungan makin renggang, mengunggah konten hubungan asmara di media sosial justru bisa meningkatkan perasaan kedekatan dengan pasangan, menurut hasil studi yang dilakukan pada 2013.
Mungkin kedua dari teori ini bisa jadi benar, tergantung seberapa porsi kita dalam 'memamerkan' kemesraan dengan pasangan kepada orang-orang.
Dengan demikian, kunci dari semua ini adalah bijak dalam mengunggah potret kemesraan bersama pasangan. “Anda harus cermat memilah konten apa yang layak untuk diunggah ke media sosial. Jangan membuat pasangan Anda malu,” kata Robert Weiss, ahli psikoterapis asal California.
3. Buat aturan yang tegas mengenai
Di era digital sekarang ini, mengirim chat dengan pasangan merupakan elemen penting dalam sebuah hubungan. Kebiasaan mengirim pesan dipercaya bisa membuat komunikasi tetap berjalan lancar.
Beberapa pasangan biasanya suka mengirim pesan secara berkala, sedangkan pasangan lain ada yang mengirim pesan dengan intensitas yang jarang. Menurut Robert Weiss keduanya tidak masalah selama pasangan menetapkan aturan ini di awal hubungan.
“Itu tergantung pasangan Anda. Yang paling penting, jangan pernah sampai putus melakukan komunikasi,” lanjut Weiss.
4. Waspada micro-cheating di media sosial
Micro-cheating merupakan fenomena yang paling ditakuti para pasangan di era digital. Konsultan sekaligus Psikolog asal Australia, Melanie Schilling mendefinisikan micro-cheating sebagai rangkaian aksi (yang sebetulnya) kecil, namun sudah cukup mengindikasikan bahwa seseorang sudah terfokus, baik emosional atau fisik kepada orang lain di luar hubungannya.
Menurut Dr Martin Graff, psikolog University of South Wales, beberapa tindakan sepele di media sosial yang sudah dikategorikan sebagai micro-cheating; seperti mengirim emoji merayu ke orang lain selain pasangan, hingga memberi like pada unggahan foto atau video.
Untuk meminimalisir micro-cheating, Robert Weiss menyarankan Anda dan pasangan untuk melakukan komunikasi terbuka dan pemahaman yang baik soal media sosial.
“Saling memberi kepercayaan kepada pasangan bisa membantu mengurangi prasangka-prasangka buruk akan micro-cheating. Pastikan untuk melakukan komunikasi yang baik jika menemukan gejala-gejala micro-cheating,” tutup Weiss.
*Sumber: kumparan.com
Tag : pendidikan, kesehatan
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini