Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Santri Attanwir dan Budaya Anti Libur di Tahun Baru

blokbojonegoro.com | Wednesday, 01 January 2020 09:00

Santri Attanwir dan Budaya Anti Libur di Tahun Baru

Penulis: Imron Nasir Salasa

Pondok Pesantren Attanwir yang terletak di Desa Talun Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terlahir dari sebuah musala yang terbuat dari kayu jati yang dibangun pada Tahun 1925 M, oleh H. Idris dan dipersiapkan untuk anak angkatnya, H. Sholeh, yang masih belajar di Pondok Pesantren Maskumambang Gresik.

Tahun 1933, H. Sholeh mulai merintis kegiatan mengajar anak-anak di musala yang telah dipersiapkan.

Dimulai dari mengajar membaca Al-Qur’an, tulis menulis huruf arab, cara-cara beribadah dan sebagainya.

Waktu mengajar sore hari mulai selesai salat Ashar hingga Isya’ setiap hari. Kegiatan ini dilakukan seorang diri dengan penuh ketelatenan, keuletan dan kesabaran serta keikhlasan.

Seiring berjalannya waktu pondok ini mempunyai ribuan santri dan ribuan alumni yang sudah menyebar ke berbagai penjuru Indonesia.

Kini pondok tersebut mempunyai beberapa lembaga pendidikan formal seperti: Roudlotul Athfal (RA), Madarasah Ibtida’iyah (MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir.

Sedangkan unit Pendidikan Non Formal diantaranya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Majelis Ta’lim, KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) dan Jam’iyyatul Qurro’ Wal Huffadz.

Dan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) tersedia sarana prasarana seperti Asrama Santri, Ruang perpustakaan, Ruang Multimedia, Laboratorium Komputer, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA dan lain sebagainya.

Lembaga yang paling besar di sini adalah lembaga sekolah di tingkatan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang membeludak siswa barunya di tiap tahun.

Setiap tahun ajaran baru siswa yang mendaftar di tingkatan MTs selalu melonjak terbagi sekitar 10 kelas putra dan 12 kelas putri. Di sekolahan MTs dan MA kelas Putra dan Putri selalu dibedakan. Kelas 1 (VII) dan 2 (VIII) MTs memulai jam pelajaran pada siang hari yaitu pukul 13.00 sampai 17.00 WIB. Hal inilah yang membuat menarik dan unik dari pondok pesantren Attanwir ini.

Selain itu hari libur dari lembaga formal pondok pesantren Attanwir juga berbeda dari sekolah pada umumnya yaitu pada hari Jum'at.

Ketika semua siswa di sekolahan lain pada hari minggu merasakan har libur maka siswa-siswi Attanwir harus masuk sekolah. Hal ini membuat beberapa anak yang bersekolah di Attanwir tentu merasa berbeda dan tidak jarang dari mereka diejek oleh teman-temannya yang bersekolah di sekolahan umum.

"Minggu-minggu kok sekolah," ejekan ini sudah sering didengar oleh telinga anak-anak yang bersekolah di Attanwir.

Tidak hanya itu, Pondok Pesantren Attanwir juga memasukkan siswa-siswinya ketika tahun baru.

Jika tahun baru identik dengan liburan tengah semester, berbeda dengan siswa-siswi Attanwir, mereka harus sekolah lagi. Bukan mereka tidak punya hari libur, tapi jadwal ujian semester di Attanwir biasanya lebih awal dari sekolah pada umumnya.

Tidak sedikit siswa-siswi Attanwir merasa sedih menyaksikan teman sebayanya berlibur di tahun baru dan merayakan gegap gempitanya.

Di tanggal 1 Januari, pagi-pagi benar mereka harus bangun dan berangkat sekolah, bersimpangan dengan teman sebaya yang berpenampilah bebas tanpa seragam sekolah untuk berlibur dan bermain.

Penulis juga merasakan pengalaman yang serupa ketika menjadi santri Attanwir dulu.

Bukan tanpa alasan, seperti yang didawuhkan (dikatakan) oleh para Ustadz Attanwir bahwa "Lebih baik kita gunakan kegembiraan tahun baru untuk menuntut ilmu." Dawuh para Asatidz ini selalu menghibur hati para santri dan selalu terngiang hingga kini dan nanti meskipun siswa-siswi itu telah menjadi alumni.

Dilihat dari manfaatnya, budaya anti libur di tanggal merah oleh Pondok Pesantren Attanwir ini memiliki banyak kebaikan.

Beberapa diantaranya adalah agar siswa-siswi terhindar dari perilaku tidak baik di setiap tahun baru, mulai dari huru hara dan tentu ramainya pergantian tahun itu juga rawan kejahatan.

Selain itu, tentu para asatidz ingin siswa-siswi memanfaatkan tahun baru untuk kegiatan yang positif seperti mencari ilmu, intropeksi diri untuk terus menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

Semoga budaya ini selalu dipahami dengan baik oleh para siswa-siswi atau santri dan seluruh Wali Santri Pondok Pesantren Attanwir sebagai misi mewujudkan Amar Ma'ruf nahi Munkar.

*Sumber: http://mai.attanwir.or.id

Tag : attanwir, tahun baru, santri, siswa, sekolah, pesantren



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini