19:00 . Viral! Korban Laka di Bojonegoro Mengeluh Dimintai Uang Polisi untuk Ambil Motor   |   18:00 . Tempat Istirahat di Lokasi Penyulingan Minyak Tradisional Bojonegoro Terbakar   |   17:00 . Libur Waisak 2025, Stasiun Bojonegoro Layani 1.545 Penumpang   |   16:00 . Membaca dan Menulis Wajah Bojonegoro   |   15:00 . Dewan Ambalan SMAN 4 Bojonegoro Gaungkan Kembali Semangat Karakter Lewat Seminar Kepramukaan   |   16:00 . Program Sekolah Rakyat Nasional, Pemkab Bojonegoro Nyatakan Siap Fasilitasi   |   18:00 . Tuntutan Hukuman Korupsi Mobil Siaga Bojonegoro Dinilai Kontraproduktif   |   21:00 . Bupati Wahono Hadirkan Drone Penyemprot Gratis untuk Bantu Petani Bojonegoro   |   20:00 . Korupsi Mobil Siaga Bojonegoro, Jaksa Tuntut 5 Terdakwa Hukuman Paling Rendah   |   19:00 . Menapak Jalur Baru Gunung Pandan via Banyu Kuning: Potensi Wisata Tersembunyi di Selatan Bojonegoro   |   18:00 . Hijaukan Hulu, Segarkan Lingkungan, Komunitas Lintas Sektor Gotong Royong di Gondang   |   17:00 . Jalin Sinergi Lewat Sepak Bola, Babinsa dan Perangkat Desa di Kepohbaru Tunjukkan Kekompakan   |   16:00 . Ikrar ke NKRI, Satu Napiter di Lapas Bojonegoro Bebas Bersyarat   |   14:00 . Harry Winarca Nahkodai Lapas Bojonegoro, Gantikan Alzuarman   |   12:00 . Kolaborasi TNI Koramil Sumberrejo Bojonegoro Bareng Warga Margoagung Lakukan Pengecoran Pondasi Musholla   |  
Tue, 13 May 2025
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Menjadikan Masjid Sarana Literasi

blokbojonegoro.com | Monday, 31 May 2021 20:00

Menjadikan Masjid Sarana Literasi

Oleh: Usman Roin *

Literasi secara kebahasaan memiliki arti kemampuan menulis dan membaca. Secara luas, literasi bisa dimaknai kemampuan seseorang dalam mengolah informasi dan pengetahuan kekinian yang hadir, kemudian dipergunakan untuk membangun kecakapan hidup (life skill). Bila “literasi” disandingkan dengan masjid, artinya masjid memiliki tempat untuk membaca literatur keislaman kekinian, kemudian bisa memproduksi secara mandiri menjadi produk karya tulis baru berbentuk buletin, majalah, hingga buku serta konten informasi berbasis digital.

Bicara masjid, melalui aktifitas literasi yang tumbuh, menurut Ahmad Yani (2018;45), hakikatnya adalah ikut mewujudkan fungsi pendididkan (tarbiyah) masjid. Tujuannya, agar umat Islam semakin cerdas memahami ajarannya secara menyeluruh (syamil) dan sempurna (kamil), yang itu memiliki korelasi terhadap pengamalan atau pemanfaatan terhadap kebaikan baik secara teologis maupun sosiologis. Apalagi dalam Tesis penulis (2020:6), terwujudnya fungsi pendidikan di masjid, masih minim di tengah dominasi fungsi peribadatan (ubudiyah) yang jamak kita saksikan.

Wujud Literasi

Bentuk dari literasi berbasis masjid, hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, literasi secara kovensional. Dalam hal literasi secara konvensional, Ahmad Yani (2018:47) menyebut dengan perpustakaan masjid. Yakni, tempat atau sarana membaca yang khusus disediakan masjid baik berupa buku, kitab (tafsir, hadis), majalah, hasil penelitian (skripsi, tesis, disestasi hingga jurnal), koran, majalah, buletin, yang berguna untuk memperkaya wawasan jemaah selepas aktifitas ubudiyah.

Dalam kaitan dengan manajemen perpustakaan masjid, sudah saatnya takmir masjid mengalokasikan pembelian buku setiap bulannya, sembari pula membuka donasi buku dari para penyumbang. Takmir masjid juga perlu memperluas jaringan kerjasama utamanya dengan Perguruan Tinggi (PT) berbasis Islam, untuk bisa mendapatkan hasil karya penelitian kekinian untuk kemudian bisa dinikmati oleh jemaah masjid. Bisa juga takmir masjid bekerjasama dengan para penerbit untuk mendapatkan hibah buku, hingga pembelian yang berdiskon, sebagai upaya memenuhi kebutuhan jemaah masjid dalam hal daya baca.

Jika hal di atas diwujudkan, artinya takmir masjid sudah siap melangkah bahwa fungsi pendidikan masjid melalui keterwujudkan perpustakaan masjid dijalankan dengan baik. Tujuannya, sebagai upaya membangun kecerdasan jemaah masjid. Oleh karenanya, terkait perwujudkan literasi konvensional, ruang perpustakaan masjid perlu disediakan utamanya bagi masjid-masjid yang memiliki luas yang mencukupi. Selain itu, penyediaan tenaga perpustakaan juga perlu dipenuhi. Bisa dengan mencari mahasiswa yang diminta menjadi marbot masjid, atau bekerjasama dengan remaja masjid dengan waktu baca yang telah ditentukan dalam melayani peminjaman atau pengembalian buku.

Ke dua, literasi digital. Dalam hal literasi digital, masjid sudah saatnya memiliki website, blog, dan akun medsos (facebook, instagram, twitter), hingga youtube. Tujuannya adalah memperkaya literasi positif digital berbasis masjid hasil olah pikir jemaah. Jika demikian, agenda program masjid akan tertata, terprogram, dan dilaksanakan tidak sekadar asal-asalan. Melainkan dipersiapkan dengan sedemikian rupa, untuk kemudian dibranding lewat akun medos yang dimiliki masjid, hingga website atau blog masjid.

Untuk mensukseskan hal di atas, Ahmad Yani (2021:48-51) mengusulkan agar masjid banyak menggelar aneka pelatihan untuk remaja masjid. Mulai dari pelatihan jurnalistik untuk melahirkan kader-kader yang trampil menulis (news, opini, features, resensi buku dan lain-lain), editing video untuk memproduksi video dengan kualitas menarik, serta desain grafis untuk mendesain flayer, spanduk sebagai informasi kegiatan masjid. Terlebih menurut Prof Richardus Eko Indrajit mengutip Maskus, dalam bunga rampai buku “Tata Kelola Teknologi Informasi” (2016:7), di ekojichannel.id, bahwa peranan teknologi informasi ketika sudah dirancang atau didesan sedemikian rupa, akan memiliki beberapa pengaruh. Salah satunya, fungsi komunikasi atau sarana individu, lembaga, perusahaan dan lainnya untuk membangun komunikasi, kolaborasi, koorporasi, hingga interaksi.

Jika demikian, histori kegiatan masjid akan terdokumentasi secara rapi. Terlebih, bila konten-konten yang dibuat dan diposting itu banyak yang melihat hingga viral dalam hal positif, bisa menjadi inspirasi masjid-masjid lain yang menduplikasi program yang sama untuk kemudian memodifikasi sesuai dengan kontek lokal wisdom masjid.
Akhirnya, literasi digital berbasis masjid adalah suatu yang urgen untuk dilaksanakan guna mengorganisir keberadaan masjid, mengutip simas.kemenag.go.id, per 31 Mei 2021  masjid mencapai 278.184 bangunan dan 327.136 musala, untuk ikut memproduksi konten-konten positif berbasis lokal wisdom. Adapun secara kovensional melalui keberadaan perpustakaan masjid, jemaah menjadi tidak sempit wawasan keislamannya dan pemakmuran masjid menjadi terwujud. Semoga!

*Usman Roin, M.Pd., adalah Alumnus Magister PAI UIN Walisongo Semarang serta Pengurus Tim Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid PD DMI Kota Semarang.

Tag : literasi, masjid, menulis, membaca



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

  • Monday, 21 April 2025 15:00

    Semarak Kartini Meriahkan Desa Tejo

    Semarak Kartini Meriahkan Desa Tejo Dalam rangka memperingati Hari Kartini, seluruh lembaga pendidikan yang ada di Desa Tejo, Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro, menggelar kegiatan Semarak Kartini yang berlangsung meriah dan penuh semangat, Senin pagi (21/4/2025)...

    read more

Lowongan Kerja & Iklan Hemat