Karmu, Perajin Ulek-ulek Legendaris dari Tahun 70an
blokbojonegoro.com | Wednesday, 07 July 2021 20:00
Kontributor: Maulina Alfiyana
blokBojonegoro.com - Ditengah hiruk-pikuk zaman yang serba modern kecanggihan aneka ragam mesin semakin diminati oleh masyarakat. Hal itu membuat beberapa alat tradisional mulai tergerus, salah satunya adalah ulekan.
Ulekan sendiri merupakan sepasang alat tradisional yang telah digunakan sejak zaman purbakala untuk menumbuk, menggiling, melumat, mengulek, dan mencampur bahan-bahan tertentu, seperti bumbu dapur, rempah-rempah, jamu, atau obat-obatan.
Alat tradisional tersebut biasanya dibuat dari bahan yang keras, seperti Karmu (70) salah satu pengrajin ulekan legendaris berbahan dasar akar bambu dari Desa Sarangan, Kecamatan Kanor.
Sembari mengerjakan ulekan yang hampir jadi dibuatnya, Karmu bercerita, membuat ulekan ini merupakan pekerjaan yang sudah turun-temurun digeluti oleh keluarganya sejak tahun 1972 silam.
"Sudah turun-temurun dari keluarga, sampai saat ini beberapa keponakan juga masih buat, tapi beda desa dengan saya," ujar Karmu.
Meski dimasa sekarang ulekan sudah banyak ditinggalkan dan beralih ke alat elektronik seperti blender, namun Karmu tetap mempertahankan produksi ulekan miliknya.
Sebab dikatakan, setiap hari masih banyak tengkulak yang memesan ulekan pada dirinya. Selain itu ulekan akar bambu juga terkenal ampuh membuat masakan terasa jauh lebih sedap.
"Selain tengkulak, beberapa pedagang makanan ataupun IRT juga kerap memesan ulekan. Karena konon menghaluskan dan mencampur bumbu dengan blender tentu kurang sedap. Tentu saja yang lebih sedap adalah dengan menggunakan alat konvensional yaitu cobek dan ulekan," bebernya pada awak blokBojonegoro.com.
Berbekal gergaji, parang dan alat gerendo, laki-laki kelahiran 1951 itu mengaku mampu membuat 100 hulek-hulek dalam satu harinya. Hasil ulekan buatannya pun terasa halus dan memiliki keunikan tersendiri.
Karena setiap ulekan memiliki ornamen (serat) akar bambu yang berbeda. Meski tidak mengetahui nama ornamennya, tapi ulekan buatan Karmu terlihat unik dan memiliki nilai jual.
Namun, usaha tidak selalu berjalan mulus. Selama membuat ulekan berbahan akar bambu dari dulu hingga sekarang, yang menjadi kendalanya adalah tenaga ekstra untuk mengambil akar bambu dari dalam tanah.
Bahkan dirinya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengambil akar bambu. "Jika tidak menggunakan tenaga ekstra, akar bambu tidak bisa keluar dari dalam tanah," sebutnya.
Walaupun pembuatannya harus menguras tenaga ekstra, namun harga ulekan terbilang cukup ekonomis. Dalam satu buahnya saja ulekan buatan Karmu hanya mematok harga mulai Rp4.000.
Namun meski demikian, menurut Karmu harga tersebut sudah diperhitungkan dan menjadi harga rata-rata ulekan akar bambu saat ini.
Sementara dalam memasarkan ulekan, Karmu sudah memiliki langganan tengkulak rersendiri dibeberapa pasar tradisional di Kabupaten Bojonegoro, seperti Kedungadem, Bungkal, Baureno, Sugihwaras dan Sumberrejo.
"Kalau langganan sudah ada di berbagai pasar tradisional di Bojonegoro, namun terkadang dari luar daerah bahkan provinsi ada juga yang memesan, meskipun tidak menjadi langganan tetap," tandasnya. [lin/col]
Tag : Jamu, karmu, pahit, ulekan
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini