#CeritaDesaKu
Mbok Rondo Kuning dan Desa Duyungan
blokbojonegoro.com | Thursday, 22 July 2021 19:00
Kontributor: Rizki Nur Diansyah
blokBojonegoro.com - Desa Duyungan merupakan desa yang berada di Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro. Desa ini berjarak 17 kilometer dari pusat Kota Bojonegoro. Menurut data dari Web Desa Duyungan, desa ini memiliki penduduk kurang lebih 3157 yang terdiri dari 1590 laki-laki dan 1567 perempuan.
[Baca juga: Desa Ngadiluhur Pernah Jadi Tempat Latihan Tentara Belanda ]
Sekretaris Desa Duyungan, Mukhlisin mengatakan, pada zaman dahulu, sebelum ada Desa Duyungan, di tanah ini masih berupa hutan belantara, belum ada kehidupan apapun dan belum ada orang yang berani menyentuh di tanah ini.
"Tapi anehnya, di sebelah selatan ada tambak yang besar, dalam dan airnya sangat jernih. Banyak orang yang datang ke sana untuk mandi, maka di tempat itu dinamai Tambakrejo, yang sekarang disebut Duyungan Kidul. Konon, jika mandi di tambak tersebut akan awet muda, perempuan akan semakin cantik dan laki laki bertambah ganteng," ulas Sekdes.
Suatu hari, ada orang yang tahu di tambak itu ada ikan yaitu Ikan Duyung. Tetapi tidak beberapa lama ada banjir bandang yang sangat besar hingga menyebabkan tambak tadi pada jebol, akibat kejadian itu tambaknya hilang. "Lalu menjadi kali yang sampai sekarang disebut dengan 'sawah tambak' dan 'sawah kali'," ujar Mukhlisin.
Setelah hilangnya tambak tadi lalu muncul seorang putri yang berparas sangat cantik dan memiliki kulit berwarna kuning tetapi putri tersebut sudah memiliki tiga anak, banyak yang menyebutnya Rondo Kuning.
"Ketiga anaknya tadi yang pertama bernama Sri Kunthi Endahsari, yang kedua bernama Sri Lanjar Wulandari dan yang terakhir bernama Sri Tanjung terkenalnya dengan nama Ning Palupi. Ketiga anak tadi memiliki paras yang cantik semua, tetapi masih kalah cantik dengan ibunya, Mbok Rondo Kuning," tutur Mukhlisin pada awak media bB.
Tiba-tiba, di suatu hari datanglah sebuah orang yang sangat besar badannya dalam bahasa Jawa disebut Buto. Lalu orang tadi tahu Mbok Rondo Kuning, orang tersebut lalu jatuh cinta dengan Mbok Rondo Kuning, tetapi Mbok Rondo Kuning tidak mau menerima cintanya, kemudian Mbok Rondo Kuning melarikan diri bersama dengan ketiga orang putrinya tadi, tidak tahu kemana tempat yang mau di tuju dan lari kesana kemari lalu uyung-uyungan, maka dari itu tempat tersebut dinamai dengan Duyungan.
Buto tetap mengejar Mbok Rondo Kuning, akhirnya Mbok Rondo Kuning yang bersamaan dengan ketiga putrinya tapi terpisah, anak yang pertama lari ke arah barat daya, sangat kecapekan dalam pelariannya tadi Sri Kunthi Endahsari berteduh dan sembunyi di bawah Pohon kembar yang besar, yaitu pohon asem yang berjumlah empat 'Wit Asem Seng Papat Cacahe' (dalam bahasa Jawa), maka dari itu tempat tersebut yang sampai sekarang bernama Sepat.
Berbeda dengan Sri Kunthi Endahsari, Sri Lanjar Wulandari anak yang kedua melarikan diri ke arah barat, disitu dia bertemu tempat yang sangat banyak pohonnya, yaitu alas mojo atau bisa disebut rata pohon mojo (Roto wit mojo), maka tempat tersebut disebut dengan Mojoroto.
Terakhir, Sri Tanjung yang terkenal dengan nama Ning Palupi, dia melarikan diri ke arah Tenggara, Dia lari turut kali di situ putri ketiga dari Mbok Rondo Kuning kebingungan harus kemana yang ia tuju, karena sungai itu Ngepang atau memiliki dua arah, agak lama dalam berpikir, akhirnya ia ditemui oleh orang yang sangat tua, yaitu Mbah Prantu, dan Mbah Prantu melarang Ning Palupi untuk pergi dari kali yang Ngepang itu. Oleh karena itu tempat tersebut di namakan Kalipang yang sekarang menjadi Dukuh Kalipang.
Buto tadi tetap mengejar Mbok Rondo Kuning, tetapi Mbok Rondo Kuning tidak kehabisan akal, dia tahu pengapesan Buto, lalu Mbok Rondo Kuning menyebarkan terasi dan duri ke arah Buto. Dan akhirnya Buto pun hilang dan tidak tahu ke mana hilangnya.
"Dengan demikian di Desa Duyungan mempunyai Tiga dukuh yaitu, Dukuh Sepat, Mojoroto dan Kalipan," pungkasnya. [riz/ito]
Tag : cerita, rakyat, desa, duyungan, sukosewu, bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini