Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Petani di Tlogohaji Jalankan Program Pengendalian Hama Tikus yang Ramah Lingkungan

blokbojonegoro.com | Thursday, 05 August 2021 12:00

Petani di Tlogohaji Jalankan Program Pengendalian Hama Tikus yang Ramah Lingkungan

Reporter: Parto Sasmito

blokBojonegoro.com - Hampir 2 tahun hama tikus merusak tanaman petani di Desa Tlogohaji, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro. Tidak hanya padi, tapi juga tanaman lain seperti tomat, kacang hijau, kedelai, maupun tembakau.

Pembina Kelompok Tani Organik Guyup Rukon Makmur Desa Tlogohaji, Mutohar Hadip menjelaskan, meledaknya hama tikus disebabkan tidak memadainya jumlah hewan predator yang secara alamiah bisa mengendalikan populasi tikus, seperti ular dan burung hantu. Ular yang menjadi predator utamanya banyak yang punah karena diburu oleh sebagian petani untuk menambah penghasilan yang terus merosot .  

"Sistem rantai makanan yang disediakan alam sudah terputus dan berdampak pada rusaknya keseimbangan lingkungan," kata Hadip yang akrab disapa Ngadi.

Dampak hama tikus, kata Ngadi, berkurangnya hasil panen secara drastis, karena serangan hama tikus, terutama saat musim walikan hampir 25 % -50 %(selain faktor kurangnya pasokan air). Masalah ini tentu berdampak pada kemerosotan pendapatan petani.

Selain itu, untuk menjaga agar tanaman petani tetap panen, petani menjaga  tanamannnya saat malam hari, bahkan pernah ditunggui sampai subuh. Padahal siangnya habis kerja dan esoknya lagi harus bekerja lagi. Tentu saja mengurangi waktu istirahat dan waktu bersama keluarga.

Hampir tiap malam petani melakukan penjagaan di lahan, terutama pada saat benih baru disemai. Berangkat habis isyak pulang tengah malam untuk memastikan tanaman tidak dirusak oleh tikus.

"Dampak yang paling dirasakan, tentu saja pengeluaran petani membengkak karena serangan hama tikus; biaya untuk membeli obat tikus dalam 1 musim paling tidak 2 kali ngobat, plastik, pemberian pupuk tambahan akibat kurangnya anakan padi, pembelian senter dan biaya jaga di sawah," ulas Ngadi.
 
Berbagai upaya, sebelumnya telah dilakukan oleh para petani, seperti membasmi tikus dengan obat. Secara umum petani menggunakan obat untuk membasmi tikus. Harga obat tikus bervariasi antara 5 ribu – 15ribu per botol.

Pada awal-awal pengobatan memang banyak yang mati, bahkan seroang petani bisa ngobati puluhan sampai ratusan ekor. Tapi lama kelamaan cara ini tidak ampuh lagi. Umpan banyak yang tidak dimakan, dan tikus tetap merajalela. "Bahkan menimbulkan masalah baru, sebagian hewan peliharaan warga mati, seperti kucing, ayam, dan burung hantu," imbuhnya.

Selain obat tikus, petani juga menangkal dengan memagari pembenihan dan lahan dengan plastik. Paling tidak dalam ¼ Ha lahan menghabiskan plastik. Tapi itupun juga tidak bisa menangkal secara efektif. Plastik seringkali dilubangi dan tikus dengan leluasa merusak tanaman padi.

Percobaan yang sudah berulangkali menemukan kegagalan, sehingga membuat sebagian kecil petani berinisiatif membuat pagupon atau rumah burung hantu. "Paling tidak di belakang SD Tlogohaji 1 ada sekitar 7-8 pagupon. Dan beberapa orang yang memasang pagupon merasakan hasilnya," ujar Ngadi.

Menurut Ngadi, burung hantu sebagai musuh alami tikus tersedia cukup banyak,tinggal di bangunan kosong, plafon rumah dan hinggap di antena warga. Kadangkala petani menemukan anakan burung hantu yang mati karena jatuh dari pohon. Hal ini disebabkan tidak ada tempat yang nyaman bagi burung hantu untuk berkembang  biak.
 
Melihat kondisi tersebut, kelompok tani organik Guyup Rukun Makmur bekerjasama dengan Pemerintah Desa Tlogohaji untuk mengedalikan hama tikus yang ramah lingkungan, yakni dengan program pengadaan pagupon burung hantu.

Kepala Desa Tlogohaji, Mualim mengatakan, realisasi kerjasama telah dilakukan dengan menggunakan anggaran dari APB Desa dengan target 22 buah pagupon yang sudah mulai dipasang.

"Kami dari desa juga sudah merencanakan tahun ini. Sehingga anggaran yang sudah kami siapkan kami perbantukan untuk pengadaan rumah burung hantu tersebut," kata Mualim kepada blokBojonegoro.com.

Tantangan ke depan, adalah mempertahankan dan memperbanyak populasi burung hantu dan perlindungan satwa predator hama dengan pembuatan perdes dan sosialiasi ke masyarakat, memperbanyak pagupon baik secara mandiri ataupun kerja sama dengan pihak lain yang mendukung.

"Kemarin ada 22 unit, tersebar di empat wilayah kasun. Harapan ke depan, dengan pengadaan  rumah burung hantu, hama tikus di wilayah Tlogohaji bisa berkurang dan hasil pertanian bisa lebih maksimal," harap Kades.

Tag : petani, organik, tlogohaji, sumberrejo, rbh, pagupon, burung, hantu, pemdes



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini