Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Penggunaan Media Sosial Ternyata Memperburuk Gangguan Tic pada Remaja dan Dewasa Muda

blokbojonegoro.com | Thursday, 03 March 2022 07:00

Penggunaan Media Sosial Ternyata Memperburuk Gangguan Tic pada Remaja dan Dewasa Muda

Reporter: -

blokBojonegoro.com - Sebuah studi kecil terhadap remaja dan orang berusia awal dua puluhan menunjukkan adanya kaitan antara waktu yang dihabiskan di media sosial dengan tingkat keparahan tics.

Tic merupakan gerakan maupun ucapan kompulsif, yang seringkali berulang dan biasanya dimulai pada masa kanak-kanak.

Salah satu diagnosis untuk gangguan tic kronis adalah sindrom Tourette, lapor Insider.

Gerakan berulang tersebut dapat berupa kedutan hingga gerakan kepala, beberapa ucapan yang perlu diulang beberapa kali.

Gelombang tiba-tiba dari meningkatnya kasus tic pada remaja sejak awal pandemi membingungkan para ilmuwan di seluruh dunia, mendorong dilakukannya penelitian jurnal medis.

Upaya terbaru untuk memahami peningkatan prevalensi tic adalah dengan mengaitkannya dengan media sosial.

"Mengingat ada penigkatan dalam penggunaan media sosial selama pandemi serta gangguan tic di klinik kami, kami menyelidiki apakah ada korelasi antara kedua hal ini," jelas spesialis gangguan gerakan di University of Florida, Jessica Frey.

Pandemi Covid-19 memperparah gangguan tic pada remaja dan dewasa muda

Dalam studi ini, 20 orang berusia 11 hingga 21 tahun menyelesaikan survei tentang waktu yang mereka habiskan di media sosial, frekuensi dan tingkat keparahan tic, serta kualitas hidup.

Sebagian besar (90%) peserta mengatakan mereka membuka media sosial lebih sering selama pandemi Covid-19, dan 85% mengklaim perilaku tic mereka meningkat lebih sering.

Setengah dari remaja mengatakan bahwa media sosial berdampak negatif pada gangguan tic mereka.

Peneliti pun melaporkan hubungan signifikan antara peningkatan keparahan tic. Namun, mereka tidak menemukan hubungan antara penggunaan media sosial dengan frekuensi tic.

Hasil studi ini akan dipresentarikan pada Pertemuan Tahunan American Academy of Neurology pada April mendatang.

Sementara itu, peneliti berencana mendaftarkan 60 peserta lagi dan mengeksploarsi asosiasi media sosial dan gangguan tic secara lebih lanjut.

*Sumber: suara.com

 

Tag : pendidikan, kesehatan



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini