Kisah Pemuda Bojonegoro Terima Beasiswa LPDP Double Degree di Malaysia
blokbojonegoro.com | Thursday, 09 May 2024 20:00
Reporter : Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Bagi Yahya Fuad pemuda asal Desa Pagerwesi, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan, tetapi tindakan.
Rupanya stigma buruk yang dikatakan bahwa orang desa tidak mampu bersaing dengan orang kota besar, bahkan skala Internasional, tentu stigma tersebut harus diubah dan yakin bahwa orang desa bisa berkontribusi di kancah internasional.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, Alumnus S-1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel ini memiliki impian untuk mengejar pendidikan di Timur Tengah. Namun terhalang oleh dinding ekonomi dan jarak yang menjadi kekhawatiran orang tua.
"Dulu emang target bisa S-2 jalur beasiswa, setelah lulus S-1 selama 3.5 tahun dan Alhamdulillah mendapatkan predikat cumlaude. Saya langsung daftar S-2," kenang Yahya Fuad, kepada blokBojonegoro.com.
Lolos Beasiswa Lewat Program LPDP Double Degree
Beruntungnya, ada program beasiswa baru dari Kementerian Agama kala itu berupa Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB). Dimana program pendanaan ini bersumber dari LPDP BIB Kementerian Agama Republik Indonesia. Skema beasiswa double degree, atau lulus dengan dua gelar dari kampus dalam dan luar negeri lewat Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI).
"Di Indonesia Universitas Islam Sunan Ampel jurusan Ekonomi Syariah, lalu di Universiti Utara Malaysia (UUM) Double Degree Master in Islamic Finance and Banking," ungkap Pemuda asal Trucuk.
Kepada blokBojonegoro.com, ia bercerita awalnya mengikut seleksi beasiswa LPDP harus melewati beberapa tahapan. Pertama berupa berkas administrasi, lalu psikologi dan psikotes hingga wawancara yang mana harus dilalui kurang lebih 2 bulan dan dinyatakan sebagai penerima beasiswa.
"Setelah dinyatakan lolos, ada kelas pendalaman bahasa inggris selama 2 bulan. 1 bulan online dan 1 bulan kedua offline di Jakarta namanya English Preparation Program (EPP)," cerita Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.
Tiba di Malaysia Rasakan Kultur Berbeda
Yahya sapaan karibnya mengaku, baru tiba di Malaysia dan mulai studi di Universiti Utara Malaysia (UUM) sekitar bulan Mei. Setiba di Malaysia, ia merasakan kultur yang berbeda dan cukup unik.
"Kalau di Malaysia itu kultur mosaik, pengaruh Tionghoa, India dan Melayu asli. Suku Melayu merupakan kelompok etnis terbesar, dan bahasa Ibu Melayu," ujarnya.
Berharap Ciptakan Kolaborasi Internasional dan Ubah Stigma Buruk Anak Desa
Pemuda asal Trucuk ini berharap, usai mendapatkan beasiswa double degree ini bisa menciptakan kolaborasi internasional. Dan berharap agar dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan tepat waktu. Terlebih kini, ia harus melalui penelitian dengan dua topik yang berbeda di dua kampus yang berbeda.
"Di Indonesia 1 tahun berupa tesis, di Malaysia 1 tahun penelitian berupa papper. Motivasi utama adalah keluarga, dan kunci utama doa orang tua," imbuhnya.
Meski begitu, Fuad mengaku ini merupakan langkah yang baik untuk menambah pengalaman dan jaringan. Dengan mengikuti program double degree ini juga berharap memiliki peluang kolaborasi internasional di bidang riset dan akademik.
"Sehingga dapat membangun peluang kolaborasi internasional nantinya, terutama di bidang riset dan akademik. Stigma buruk yang dikatakan orang desa tertinggal, orang miskin tidak bisa kuliah itu tidak ada. Selagi masih ada doa dan usaha," bebernya. [liz/mu]
Tag : Pemuda bojonegoro, mahasiswa, beasiswa
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini