Menembus Batas Identitas
blokbojonegoro.com | Friday, 08 November 2024 15:00
Peresensi : Choirul Anam*
blokBojonegoro.com - Penulis perjalanan (travel writer) Agustinus Wibowo meluncurkan karya terbarunya yang berjudul 'Kita dan Mereka'. Agak beda dengan buku-buku perjalanannya terdahulu, buku ini merupakan pergulatan Agus dengan identitas.
Masalah identitas dan konflik manusia. Mulai dari tembok yang memisahkan bangsa, mitos yang membentuk peradaban, hingga pertarungan ideologi dalam era globalisasi. Setiap halaman di buku ini adalah refleksi dari perjalanan pribadi penulis dalam memahami siapa dirinya.
Agustinus Wibowo kembali menyuguhkan sebuah mahakarya dalam buku Kita dan Mereka, yang dengan lihai mengeksplorasi batas-batas identitas manusia di dunia yang semakin terhubung, namun tetap terpisah. Buku ini terdiri dari 13 bab yang terbagi dalam tiga bagian utama, menyajikan perjalanan intelektual yang kaya dengan refleksi mendalam, dan gaya bertutur yang mengalir ringan namun sarat makna. Ditulis selama lima tahun dengan ratusan referensi, mulai dari buku-buku, film dokumenter, hingga artikel dan karya ilmiah, buku ini menawarkan pencerahan sekaligus tantangan bagi pemikiran kita tentang perbedaan.
Bagian pertama, Dalam Kotak-Kotak Berbeda, mengajak kita menelusuri lima bab yang membahas berbagai tembok tak kasat mata yang memisahkan manusia. Bab Tembok membuka pemikiran tentang dinding-dinding yang kita bangun di sekitar diri kita — dinding fisik, ideologis, hingga emosional. Gaya bertutur Agustinus yang santai namun mendalam membuat kita merenung tanpa terasa terbebani oleh konsep-konsep yang disampaikannya.
Lalu dalam bab Nomad, kita diajak mengenali mereka yang hidup tanpa ikatan permanen, para pengembara yang identitasnya selalu berada di antara, tanpa kejelasan batas. Pada bab Batas, Agustinus membawa pembaca menyelami konsep perbatasan yang tak hanya fisik, tetapi juga psikologis. Peradaban dan Bangsa kemudian membahas bagaimana manusia selalu mencari identitas dalam kelompok besar, namun dalam pencarian ini, kita juga sering kali terpisah dari mereka yang tidak termasuk dalam kelompok "kita."
Bagian kedua, Pertanyaan-Pertanyaan Besar, merupakan inti dari eksplorasi mendalam tentang identitas. Dalam bab Kulit, Agustinus membedah bagaimana warna kulit, sebagai penanda fisik, sering menjadi alasan perbedaan yang paling mencolok. Bagaimana prasangka terbentuk dari hal-hal yang seharusnya sepele ini, dijelaskan dengan sederhana, namun tajam.
Bab Cerita menyajikan narasi tentang bagaimana kisah-kisah yang diceritakan suatu kelompok dapat membentuk identitas kolektif, dan sering kali menjadi alat untuk membedakan “kita” dari “mereka.” Dalam bab Agama, ia dengan jernih menggambarkan bagaimana keyakinan spiritual, yang seharusnya mendekatkan manusia kepada kedamaian, justru bisa menjadi pembatas yang memperuncing perbedaan.
Bab Utopia dan Perang Suci memberikan kilasan tentang keinginan manusia untuk mencapai kesempurnaan dalam masyarakatnya, sering kali melalui jalan yang penuh darah dan air mata. Gaya penulisan Agustinus yang ringan dan mengalir menjadikan pembahasan tentang topik-topik besar ini terasa relevan dan mudah diakses oleh pembaca dari berbagai latar belakang.
Bagian terakhir, Menuju Harmoni, menawarkan harapan dan cara pandang baru tentang bagaimana kita bisa melampaui sekat-sekat perbedaan. Dalam bab Globalisasi, Agustinus mengajak kita melihat fenomena dunia modern yang semakin terhubung dan bagaimana hal ini mempengaruhi identitas kita. Globalisasi mungkin menciptakan lebih banyak kesamaan di permukaan, tetapi juga memunculkan tantangan baru dalam mempertahankan keberagaman dan identitas lokal.
Bab Tanah Air berbicara tentang ikatan emosional yang kita miliki dengan tempat asal, sementara bab Diri menutup buku ini dengan refleksi pribadi tentang bagaimana setiap individu dapat menemukan harmoni dengan diri sendiri sebelum bisa benar-benar berdamai dengan orang lain.
Kita dan Mereka bukan sekadar buku perjalanan fisik, tetapi perjalanan intelektual yang ditulis dengan kedalaman refleksi dan ketajaman observasi. Agustinus Wibowo menuliskannya dengan gaya yang mengalir dan mudah dinikmati, meski topik yang dibahas cukup berat dan penuh makna. Ditopang oleh ratusan buku referensi, puluhan film dokumenter, serta artikel dari berbagai media, karya ini hadir sebagai panduan bagi kita yang ingin memahami lebih dalam makna perbedaan dan cara menemukan harmoni di tengah dunia yang semakin kompleks.
Bagi siapa saja yang ingin melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas, buku ini adalah jendela yang membuka cakrawala baru.
*Penulis adalah Ketua PAC Ansor Balen
Judul Buku: Kita dan Mereka;
Penulis: Agustinus Wibowo;
Penerbit: Mizan (Cetakan Kedua, 2024);
Harga: 179.000;
Tebal: 667 hal;
ISBN: 9786024413385.
Tag : buku, resensi buku, novel
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini