Ngabuburit Bareng Media, Ulas Perjalanan 125 Tahun EMCL di Indonesia
blokbojonegoro.com | Thursday, 27 March 2025 13:00
External Engagement & Socioeconomic Manager EMCL, Tezhart Elvandiar memaparkan tentang perjalanan 125 tahun EMCL di Indonesia
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Di momen Bulan Suci Ramadan 1445 Hijriyah, Operator Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) mengajak awak media di Kabupaten Bojonegoro ngabuburit bareng, Rabu (26/3/2024). Ngabuburit Bareng Media Bojonegoro, diikuti puluhan wartawan dari berbagai media di Kota Migas, sebutan Kabupaten Bojonegoro.
Dalam kesempatan ini, External Engagement & Socioeconomic Manager EMCL, Tezhart Elvandiar memaparkan tentang perjalanan usaha industri migas yang dilaksanakan EMCL di Indonesia yang sudah berjalan selama 125 tahun.
"Awal hadir di Indonesia dengan industri pembuatan pelumas gemuk untuk kendaraan tradisional zaman dulu yakni andong. Pada tahun 1912 mulai eksplorasi di bisnis hulu migas di Sumatera. Selanjutnya terus berkembang hingga sekarang menjadi operator Lapangan Banyu Urip yang ada di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur," ujar Etang, sapaan akrab Tezhart Elvandiar.
Di Kabupaten Bojonegoro, EMCL hadir pada tahun 2005 dengan menadatangani kontrak dengan pemerintah untuk pengelolaan Lapangan Banyu Urip. Berdasarkan data geologis, Mobil Cepu Ltd (MCL) pada saat itu memperkirakan minyak mentah yang ada di lapangan tersebut sekitar 450 juta barel minyak, sehingga mengajukan produksi sekitar 165 ribu barel per hari (BPH), dan puncak produksi 2 tahun.
Realiasasinya, seiring berjalannya waktu dan pengembangan fasilitas produksi di Lapangan Banyu Urip, berdasarkan data geologis di lapangan tersebut diperkirakan ada 1 miliar barel minyak yang bisa diproduksi, sehingga pada tahun 2008 EMCL kembali mengajukan kontrak ke pemerintah untuk bisa produksi lebih dari 200 ribu barel per hari, mulai 185 ribu, 200 ribu, 220 ribu, dan paling tinggi 235 ribu per hari, dengan puncak produksi sampai 5 tahun, menjadikan Lapangan Banyu Urip menyumbang sekitar 25% dari total produksi minyak nasional.
"Produksi maksimal di Lapangan Banyu Urip adalah 235 ribu barel per hari, sudah tidak bisa ditingkatkan lagi karena fasilitas yang ada lapangan tersebut kapasitasnya hanya mampu produksi di angka 235 ribu barel per hari," kata Tezhart.
Untuk mempertahankan jumlah produksi, EMCL merencanakan pengeboran 7 sumur lagi di Lapangan Banyu Urip. Pada tahun 2024 lalu 2 sumur baru sudah dibor dan produksi, yakni Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) Blok Cepu dengan produksi 14 ribu barel per hari. Sedangkan 5 sumur lainnya rencananya dilakukan pengeboran pada tahun 2025.
Selain di Lapangan Banyu Urip, pada tahun 2019, EMCL melakukan pengembangan eksplorasi di Lapangan Kedung Keris yang masuk Desa Leran dan Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Di lapangan tersebut, awal diperkirakan mampu produksi 4.000 barel per hari. Saat ini berjalan sangat baik dengan produksi lebih dari 10 ribu sampai 21 ribu barel per hari, yang minyaknya dialirakn ke Central Processing Facility (CPF) di Lapangan Banyu Urip di Kecamatan Gayam.
"Sejak 2008 di Lapangan Banyuurip telah berkembang dengan fasilitas seperti Central Processing Facility (CPF), minyak dari lapangan tersebut dialirkan lewat jalur pipa darat sepanjang 72 kilometer, selanjutnya pipa lepas pantai di Kecamatan Palang Kabupaten Tuban sejauh 23 kilometer, dan sampai di kapal alir muat terapung (Floating Storage and Offloading/FSO) Gagak Rimang. Total produksi hingga saat ini, sudah lebih dari 690 juta barel minyak, dari total 1 miliar minyak yang ada di Lapangan Banyu Urip," ujar Tezhart.
Menurut Tezhart, sejak tahun 2008 hingga 2023, Total investasi total investasi di Lapangan Banyuurip mencapai Rp 57 triliun atau sekitar 4 miliar dolar AS. Dari total produksi lebih dari 660 juta barel minyak, kontribusi terhadap pendapatan negara dalam bentuk penerimaan pemerintah dan pajak mencapai Rp 442 triliun atau sekitar 29,5 miliar dolar AS.
Semetara itu, melalui Program Pengembangan dan Pelibatan Masyarakat (PPM), EMCL berfokus pada tiga pilar utama yakni pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Program ini mencakup wilayah Bojonegoro, Tuban, dan Blora dengan dampak nyata bagi masyarakat.
"Salah satu program kesehatan yang diinisiasi EMCL adalah penyediaan air bersih. Sejak tahun 2008 hingga 2023 telah menyediakan akses air bersih bagi 10.156 kepala keluarga di 40 desa di Tuban, Bojonegoro, dan Blora. Selain itu, EMCL telah membangun lebih dari 10.000 sambungan rumah, 119.503 meter jaringan air bersih, serta 56 menara tandon air," kata Tezhart dalam sesi sharing di acara ExxonMobil Cepu Limited-SKK Migas Ngabuburit Bareng Media Bojonegoro.
Para awak media tampak antusias mengikuti pemaparan yang disampaikan oleh Tezhar. Salah satu peserta, M. Yazid mengaku banyak mendapatkan wawasan tentang usaha industri hulu migas yang dilaksanakan EMCL. "Kita jadi paham bagaiamana perjalanan EMCL di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bojonegoro dan wilayah operasinya. Jumlah produksi minyak, penerimaan negara dari Lapangan Banyu Urip, dan juga penerima manfaat dari program kemasyarakatan yang telah dilaksanakan oleh EMCL sebagai operator Lapangan Banyu Urip," kata wartawan dari Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA, yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bojonegoro itu. [ito/red]
Foto bersama awak media dalam acara ExxonMobil Cepu Limited-SKK Migas Ngabuburit Bareng Media Bojonegoro.
Tag : Perjalanan 125 Tahun EMCL di Indonesia, ngabuburit, media, bojonegoro, emcl, skk migas
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini