Bahasa Persahabatan di Lapangan: Cerita Yoga, Bilal, dan Farah di Turnamen Futsal Tuli Jatim

Reporter: M. Anang Febri

blokBojonegoro.com - Lapangan KLA Futsal Bojonegoro dipenuhi energi semangat yang berbeda. Turnamen Futsal Tuli Piala Antar Klub se-Jawa Timur menjadi ruang pertemuan berharga bagi komunitas tuli dari berbagai daerah. Ajang ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga wadah persahabatan dan kebanggaan untuk tampil setara di lapangan.

[Baca Juga: https://blokbojonegoro.com/2025/09/28/futsal-tuli-jawa-timur-ramaikan-bojonegoro-momentum-persahabatan-dan-semangat-setara/]

Di tribun penonton, dukungan hadir dengan cara yang unik. Alih-alih suara lantang, penonton tuli menyemangati pemain dengan tepuk tangan khas, mengangkat tangan tinggi dan menggoyangkan jari, disertai senyum serta ekspresi wajah penuh antusias. Sesekali hentakan kaki dan tepukan berirama menambah nuansa pertandingan, membuat atmosfer semakin hangat.

Salah satu pemain muda asal Bojonegoro, Yoga, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Saya ikut pertandingan ini senang sekali, baru pertama kali melihat teman-teman tuli kumpul di Bojonegoro. Semoga acaranya lancar dan sukses. Tadi sudah dua kali tanding, lawan Madura dan Surabaya, hasilnya Bojonegoro menang 5-1 lawan Surabaya. Tinggal dua kali pertandingan lagi," ungkapnya penuh semangat dengan bahasa isyarat, Minggu (28/9/2025). 

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua yang hadir. "Untuk teman-teman semua yang sudah datang ke sini, saya sangat bahagia dan saya ucapkan terima kasih," ujarnya singkat, namun sarat makna.

Cerita berbeda datang dari Bilal, pemain asal Ponorogo yang kali ini memperkuat tim Tuban. Ia mengaku baru pertama kali ikut turnamen futsal tuli sebesar ini.

"Biasanya saya futsal umum, jadi pengalaman ini sangat berharga," jelasnya usai membawa tim Tuban menang 3-0 atas Kediri.

Bilal ternyata bukan sosok baru di dunia futsal tunarungu. Ia pernah memperkuat tim nasional Indonesia dalam turnamen internasional.

"Sebelumnya saya pernah ikut seleksi dan mewakili Jawa Timur, lalu main di turnamen futsal tunarungu luar negeri sekitar tahun 2020. Tapi kalau di tingkat Jawa Timur seperti ini, saya baru pertama kali ikut, dan kali ini dipinjam tim Tuban," kenangnya.

Tak hanya pemain, penonton juga punya cerita sendiri. Farah, penonton tuli asal Gresik yang kini tinggal di Lamongan, datang khusus ke Bojonegoro bersama empat rekannya.

"Saya datang untuk menonton turnamen futsal tuli Jatim, wow acaranya meriah sekali. Ini pengalaman pertama saya jadi penonton futsal tuli, saya sangat mendukung semua tim. Harapan saya, teman-teman tuli sukses dan maju," ungkapnya penuh ekspresi. 

Farah pun punya tim favorit. Dia datang khusus mendukung Lamongan karena dia bersekolah di Lamongan.

"Walau sebenarnya saya kurang paham olahraga karena fokus kuliah, saya tetap bangga bisa hadir dan memberi semangat," tambahnya.

Dukungan itu menjadi energi tambahan bagi TLFC (Lamongan) yang membawa 12 pemain. Ruslan, pembina tim, mengakui persiapan timnya cukup terbatas. 

"Anak-anak kami rata-rata juga bekerja, jadi latihan hanya bisa seminggu sekali. Tapi dengan adanya turnamen ini, saya berharap futsal tuli di Jawa Timur makin maju, ada bimbingan lebih lanjut, dan bisa lebih maksimal di event berikutnya," jelas Ruslan kepada blokBojonegoro.com usai memantau pertandingan. 

Dari senyum Yoga, pengalaman internasional Bilal, sorak hangat Farah, hingga tekad Ruslan membina tim, turnamen ini menunjukkan bahwa futsal bukan hanya soal menang atau kalah.

Lebih dari itu, olahraga menjadi bahasa persahabatan yang menyatukan, menguatkan, sekaligus membuka jalan baru bagi komunitas tuli untuk berkarya dan berprestasi. [feb/mad]