17:00 . Festival Geopark 2025: Kekayaan Alam hingga Kebudayaan Bojonegoro Menuju Panggung Dunia   |   21:00 . 5 Ribu Hektare Tutupan Pohon di Bojonegoro Raib, Kekeringan dan Banjir Bandang Mengintai   |   20:00 . Kemegahan Budaya dan Semangat Kolaborasi Warnai Pembukaan Bojonegoro Wastra Batik Festival 2025   |   18:00 . Dugaan Korupsi Dana Covid Rp90 M di RSUD Bojonegoro, Polisi: Masih Penyelidikan   |   16:00 . Kodim Bojonegoro Latih Kesiapsiagaan Prajurit Hadapi Bencana Banjir Bengawan Solo   |   13:00 . Kerugian Negara Dipulihkan, Penyidikan Korupsi BKKD Sugihwaras, Bojonegoro Dihentikan?   |   09:00 . Prodi BSA UNUGIRI Bojonegoro Gelar Ujian Magang Kerja MBKM   |   09:00 . Dibalik Kabel Menjuntai di Bojonegoro, Warga Tumbang dan Regulasi Masih Kosong   |   08:00 . PD IPHI Bojonegoro Kembali Layangkan Somasi ke Pengelola Islamic Centre   |   07:00 . Rawan Longsor, Babinsa Koramil Padangan dan Warga Desa Banjarjo Pasang Tanggul Penahan   |   06:00 . Menyongsong Industrialisasi Serta Peluang Membentuk Kawasan Ekonomi Khusus di Bojonegoro   |   20:00 . 260 Ibu-Anak di Bojonegoro Meninggal, Sebut Nakes Kurang Mampu Tangani   |   16:00 . Menunggu Tersangka Dua Kasus Dugaan Korupsi yang Ditangani Kejari Bojonegoro   |   15:00 . Kodim 0813 Bojonegoro Mulai Persiapan TMMD di Soko Temayang   |   18:00 . Dugaan Pungli PPPK Disdik Bojonegoro, Korban: Ingin Hidupi Keluarga Malah Tertipu Rp55 Juta   |  
Thu, 19 June 2025
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Esai Minggu

Wedang Kopi Mas Guru

blokbojonegoro.com | Sunday, 15 January 2017 08:00

Wedang Kopi Mas Guru

Oleh: Nanang Fahrudin

“Wedang kopi panas disajikan dengan cangkir putih kembang-kembang. Jian, kenapa kok rasanya beda ya. Wedang yang begini lebih terasa nikmat dibandingkan dengan wedang yang disajikan dengan gelas bening”.

Aku mengatakan itu kepada Kang Tolib sambil jegrang di warung Mak Ni. Kang Tolib yang kuajak ngobrol malah cengar-cengir sambil tatapannya mengarah ke perempuan seksi penjual rokok. Haduh ini jelas-jelas maksiat dan melecehkan teman. Wong diajak ngobrol malah matanya kemana-mana.

“Kang!” kataku sambil neblek bahunya.

“Eh, kowe ki mengagetkan saja. Jantungku ki lemah lho,” katanya sambil membetulkan posisi pantatnya seperti orang sedang menahan kentut.

“Lha kowe ki dijak ngomong malah matanya piknik kemana-mana. Hayo apa yang kubicarakan tadi,” kataku agak marah.

“Halah, kowe ki kok mudah sekali marah to. Wong begitu saja kok marah. Mbok dadi wong itu yang sabaran dikit. Masa aku harus memperhatikan dirimu dan melewatkan perempuan tadi. Kan aneh jadinya. Haha.”

“Sekarepem wes.”

“Lho. Mbok jangan mudah marah begitu. Apa kamu sekarang sudah seperti orang-orang itu. Yang mudah marah, mengumbarnya di media sosial, merasa paling benar sendiri,” kata Kang Tolib.

Aku tidak melanjutkan obrolan itu. Dan kebetulan Mas Guru lewat. Langsung saja kusapa dan kupersilahkan ikut ngopi. Bersyukur dia berkenan. Maka jadilah kita bertiga ngopi sambil ngobrol kemari kesana.

Mas Guru adalah orang yang baik. Kami mengenalnya sebagai orang yang  tidak ngetok-ngetokno ilmunya. Rendah hati. Aku dan Kang Tolib selalu senang kalau ngopi bareng dia. Selalu ada saja ada yang menarik untuk dibicarakan, dan itu berbeda ketika aku dan Kang Tolib ngobrol.  Tapi kalau diajak ngobrol, dia selalu terbuka.

“Mas Guru, menurutmu kenapa orang sekarang mudah sekali marah ya. Dan perbedaan seperti sesuatu yang mengancam kehidupan kita,”  tanya Kang Tolib sambil nyomot pisang goreng anget. Di warung, makin banyak orang yang datang. Rata-rata pegawai negeri yang korupsi waktu kerja.

“Ah sampean terlalu banyak melihat dunia dari media sosial saja. Saya juga tidak tahu, media sosial dipenuhi dengan orang-orang yang marah-marah melulu. Tapi, coba lihat juga masyarakat yang berada di sawah, pasar tradisional, warung kopi begini, kan adem ayem saja. Ya sebenarnya yang mudah marah itu yang orang-orang gede itu, yang kemudian mengajak orang-orang kecil seperti kita,” katanya.

“Tapi, di medsos kan tidak semua orang gede. Banyak wong cilik juga seperti kita ini. Tapi mereka juga sering marah-marah,” kataku. Wedang kusruput lagi dikit.

“Ya, medsos macam fesbuk memang unik. Fesbuk adalah produk dari modernitas, yang seharusnya mengarahkan manusia kepada kesetaraan dan kebebasan sebagaimana watak modernitas. Tapi kenyataannya, fesbuk malah membawa orang pada kepicikan berpikir, pemutlakkan identitas, dan sangat yakin bahwa dirinya adalah paling benar. Akibatnya orang mudah tersulut emosinya, meski gara-gara kabar tak benar. Yang penting marah dulu,”

“Dan orang-orang yang marah itu seakan-akan yakin bahwa Tuhan juga marah kepada orang yang dimarahi. Sehingga, mereka meyakini telah menjadi wakil Tuhan untuk marah.  Saya ingat wejangan Gus Mus. Begini kata beliau. Bahwa kita seringkali merasa ketika kita marah, Tuhan juga sama marahnya. Jadi kita menyamakan diri kita dengan Tuhan. Padahal kita adalah ciptaannya yang sama-sama keciiiiilllll banget. Kita hanya sama-sama makhluk Tuhan”.

“Terus gimana Mas Guru?” tanya Kang Tolib.

“Apanya yang gimana,” kataku. Entah kenapa aku selalu bengkerengan kalo sama Kang Tolib. Tapi ya kami tetap cengengas cengenges gitu. Mungkin gaya persahabatan kami model begitu. Lebih asyik.

“Ya ndak gimana-gimana. Kita perlu pandai-pandai menjaga diri. Jangan ikut-ikutan marah. Tidak perlu ngeshare apa-apa di fesbuk yang berujung pada kebencian. Biarkan mereka begitu. Kita berdoa saja semoga semua baik-baik saja,”  kata Mas Guru.

Aku dan Kang Tolib beradu tatap. Aku tahu apa yang dipikirkan Kang Tolib. Pasti dia minta wedang kopinya dibayari Mas Guru. Jian kurang ajar banget kok pancen.

-----------------------------------------

Penulis beralamat di kakisepasang@gmail.com

Tag : esai minggu, wedang kopi, media sosial



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

  • Saturday, 31 May 2025 08:00

    Warga Ngantulan Adakan Kerja Bakti

    Warga Ngantulan Adakan Kerja Bakti Agar saluran air menjadi lancar, warga Dusun Ngantulan RT.21/RW.006, Desa Bulu, Kecamatan Balen mengadakan kerja bakti yang dimulai pukul 07.00-10.00 Wib, Jumat (30/5/25)....

    read more

Lowongan Kerja & Iklan Hemat