18:00 . Gagal Move On di Ultah ke 1 D'Konco Cafe   |   13:00 . 11 Parpol Terima Dana Hibah Senilai Rp2.6 Miliar, PKB Terima Rp619,7 Juta   |   21:00 . Inovasi Mahasiswa UNUGIRI, Desa Kendung Melek Media   |   20:00 . Kalah 3-1 Atas Persela, Coach Persibo: Inilah Sepak Bola   |   19:00 . Persibo Bojonegoro Dihajar 3-1 Persela, Merosot Urutan Ketiga   |   18:00 . Bagikan Spirit Produktif Menulis, Arusgiri dan Griya Cendekia Unugiri Gelar Bedah Buku   |   17:00 . Polres Bojonegoro Dirikan 1 Posyan dan 2 Pospam Selama Nataru 2024   |   16:00 . Ops Lilin Semeru 2024, Polres Bojonegoro Terjunkan 255 Personel Gabungan   |   15:00 . Brave to Speak Up, Ajak Gen-Z Asah Kemampuan Bahasa Inggris dan Kepedulian Lingkungan   |   09:00 . PEPC Zona 12 Ajak Stakeholder Tingkatkan Kebersamaan dan Gaya Hidup Sehat   |   21:00 . Doa dari Ponpes Attanwir Saat Resepsi D'Konco Cafe   |   20:15 . Parkir D'Konco Cafe Penuh Sesak Saat Ultah ke 1   |   20:00 . Undangan Foto Bersama di Photobooth   |   20:00 . Ponpes Sabilunnajah, Faraza Perkasa dan Persibo   |   18:00 . Perluas Pasar, Mahasiswa Unugiri Dampingi UMKM Punya Legalitas   |  
Sun, 22 December 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Jejak Sang Penyebar Islam (8)

Islam di Ngasem, dari Raden Hasaniman Sampai K.H. Abdul Syakur

blokbojonegoro.com | Saturday, 03 June 2017 17:00

Islam di Ngasem, dari Raden Hasaniman Sampai K.H. Abdul Syakur

Reporter : Sutopo

blokBojonegoro.com -
Benarkah Raden Hasaniman adalah seorang tokoh penyebar Agama Islam pertama di Kecamatan Ngasem? Menurut dari cerita yang berhembus di masyarakat bahwa islam pertama kali ada di daerah tersebut, berkat seorang yang bernama Hasaniman. Konon merupakan keturunan Betoro Katong dari Ponorogo.

Makam Raden Hasaniman berada di Desa/Kecamatan Ngasem. Tepatnya,dari balai desa menuju arah timur ada perempatan lurus, setelah ada jembatan belok ke kiri, akan ada pemakamam umum yang dikelilingi pohon jati, di situlah terlihat gubuk kecil dan sekelilinya berdekatan dengan makam para masyarakat umum.

Menurut keterangan salah satu keturunan dari Raden Hasaniman, Fahmi menjelaskan, Mbah Eyang Kakung Raden Hasaniman memang sebagai penyebar islam pertama di wilayah Nagsem. "Malah beliau tidak sendirian masih ada dua lagi yang saat itu menemaninya berjuang, mereka tidak lain adalah saudara kandungnya yaitu Raden Jayaniman dan Raden Cakraningrat, " kata Fahmi.

Sebenarnya, pesan dari Mbah Kakung (Hasaniman.red), tidak memperkenankan jejak perjuangan beliau diceritakan secara menyeluruh, namum karena ada orang yang bertanya biasanya hanya sekilas saja.

Mengenai cerita tetang Raden Hasaniman, lanjut Fahmi, selain merupakan anak dari Betorokatong atau Mudhakhoir dari Ponorogo, dari 9 bersaudara di antaranya adalah Bupati Madiun bernama Lancursari.

"Dulu menurut cerita pada masa belanda sembilan bersaudara itu menentukan jalan hidup mereka masing - masing, yang pertama yaitu Lancursari, ikut Belanda menjadi Bupati Madiun, sedangkan yang tiga di antaranya, Raden Hasaniman, Jayaniman, Cakraningrat, memilih hidup dengan rakyat kecil, lari ke Ngasem ini," beber pria kelahiran 1965 itu.

Selanjutnya, karena meraka berbeda paham, akhirnya mengirim sebuah surat kepada Lancursari untuk menyatakan perang. Hal itu di setujui oleh sang bupati Madiun. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kematian pada Lancursari.

"Karena hal inilah Mbah kakung Raden Hasaniman, mewanti-wanti agar tidak membeberkan sejarah saat perjuangan di tanah Ngasem ini," kata pria yang akrab disapa Paimen itu.

Penyebaran islam di Ngasem berlangsung secara sembunyi-sembunyi, konon pada waktu itu masyrakat masih belum mengenal islam atau masih Golongan Abangan. Peninggalan yang masih ada waktu itu sebuah musala di dekat makam, terbuat dari kayu beratap belarak (daun kelapa) namum karena tidak terawat akhirnya roboh dan tak berbekas hingga saat ini.

Menurut cerita turun temurun waktu itu, Raden Hasaniman mempunyai kehebatan luar biasa diantaranya bisa terbang menggunakan udeng (surban tutup kepala). Kala itu bertepatan setelah beliau membajak sawah dengan hewan ternak atau ngerakal, karena di rumah tak ada makanan bergegaslah beliau keluar dan terbang menggunakan udeng tersebut.

"Untuk karomah yang terlihat menurut cerita, jika ada pesawat melintas di atas makam beliau biasanya berbelok arah menghindari atas makam, bahkan burungpun akan terjatuh. Selain itu jika ada orang yang berani bertingkah aneh-aneh atau tak sewajarnya di makam, biasanya jadi gila," kata Fahmi, menceritakan kisah karomah Raden Hasaniman.

Mendirikan Pondok Pesantren Pertama di Ngasem

Di Kecamatan Ngasem sebenarnya lebih tersohor terkait pejuang islam lain yaitu Abdul Syakur. Konon menurut kabar K.H Abdul Syakur lebih mentereng namanya dibanding Raden Hasaniman. Walau menurut cerita keberadaan mbah Syakur masih setelah Hasaniman. Kelahiran K.H Abdul Syakur bin Abdul Jabar adalah sekitar tahun 1911, di Desa Nglingi, Kecamatan Ngasem.

Menurut penuturan Anwar Sadt, yang merupakan menantu mbah Syakur, waktu itu di daerah Ngasem, masyarakatnya masih Abangan namun sangat hebat-hebat, bahkan jika mengajak mereka untuk salat jumat misalnya, beliau (K.H Abdul Syakur) harus meladeni tantangan untuk adu kekuatan atau bertarung terlebih dahulu.

Sehingga, Mbah Syakur berpikiran bahwa dirinya juga harus lebih hebat daripada mereka, dan pada akhirnya memutuskan untuk menimba ilmu di salah satu Pondok Pesantren di Sidosermo Surabaya. Selain itu juga banyak sekali pondok pesantren yang dijadikan pencarian ilmu oleh beliau.

"Di antaranya ada Pondok Termas Pacitan, Pondok Abudzarin Kendal, Dander, Bojonegoro, Al Mustofa Kalitidu, Bojonegoro," kata Anwar.

Setelah menuntut ilmu dikira cukup, akhirnya pada tahun 1965 mendirikan pondok pesantren di Desa Nglingi yang saat ini bernama Yayasan Asy Syakur. Tidak cukup sampai di situ, beliau juga merupakan pasukan Hisbullah perwakilan dari Bojomegoro pada masa perlawanan jepang yang dipimpin Hasyim Ashari di Surabaya Tahun 1948.

"Karena Mbah Syakur mempunyai karomah yaitu kekebalan tubuh, maka pada saat itu menjadi benteng di belakang tentara atau pasukan perang sehingga merekapun juga kebal senjata dari perlawanan Jepang. Kalau tidak ada Mbah Syakur mungkin bisa mati semua pasukan perang dari Indonesia," lanjut dia.

Jejak beliau di Kecamatam Ngasem sangatlah banyak dan ada sebuah tradisi yang hingga saat ini masih dipegang teguh oleh pengikutnya yaitu pengajian rutin di wilayah desa yang masih minim agama di Kecamatan Ngasem. Kegiatan ngaji biasanya diisi dengan permasalahan bab wudhu, salat dan lain-lain.

"Hingga saat ini, tersebar di 55 tempat, Se kabupaten Bojonegoro dan Tuban," kata Anwar mengisahkan sebagian peninggalan ajaran Abdul Syakur.

Peninggalan - peninggalan lain atau jasa-jasa mbah Syakur adalah pendiri organisasi Nahdlatul Ulama pertama di Kecamatan Ngasem. peninggalan lain seperti Pondok Pesantren yang mengabadikan namanya beliau Asy Syakur hingga saat ini masih berdiri megah pendidikan Paud, RA sampai Madrasah Aliyah untuk non formal TPQ, Diniyah dan lain lain.

Diketahui, K.H Abdul Syakur setelah meninggal dimakamkam tepat di barat Masjid Pondok Asy Syakur dan bisanya jika masyarakat setempat mau melakukan ziarah ke makam Wali Songo, terlebih dahulu mampir ke makam Mbah Syakur baru dilanjutkan ke Wali-wali. [top/ito]

Tag : asy, syakur, ponpes, islam, ngasem, nglingi, penyebar



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat