Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Jalan Lurus Kang Samin (9)

Antara Bumi dan Langit

blokbojonegoro.com | Sunday, 04 June 2017 06:00

Oleh: Muhammad A. Qohhar

blokBojonegoro.com -
Cahaya matahari mulai tampak dari ufuk timur. Masih remang. Kabut menggelayut putih di tepian Bengawan Solo. Dingin, tetapi tidak seperti bulan sebelumnya yang lebih parah. Sebab, sudah ada hujan yang membuat bumi bertambah hangat. Sementara itu, embun bening berayun di ujung rumput teki yang tumbuh subur di tanah lempung.

Laki-laki paruh baya duduk sendirian di atas kayu mahoni kering serangkulan orang dewasa di tepi bengawan. Ia menghadap ke timur, menikmati cahaya pagi yang menerobos dari sela-sela dedauan. Mulutnya komat-kamit menyebut nama Tuhan yang menciptakan seisi dunia ini.

"Ya Rohman ya Rokhim."

Sesekali ia mengamati lalu lalang perahu nelayan melaju kencang di atas air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Dari kejauhan, rombongan "manusia perahu" perlahan mendekat. Namun, tidak lama setelah itu berhenti. Sekitar lima perahu membentuk formasi melingkar, masing-masing perahu berisi dua orang, seorang bertugas mengemudi dengan dayung dan satu lagi memegang jala sambil berdiri.

"Byurrr... byur... byur... byur... byur."

Suara jala ditebar oleh nelayan secara bergantian. Mereka mengepung ikan tawes, jambal atau jenis lain di bengawan dari berbagai sisi. Jala selebar kurang lebih empat sampai lima meter melingkar itu terbuka sempurna. Beberapa menit didiamkan, nelayan yang berada di ujung perahu kecil atau biasa disebut tembo itu mulai menarik pelan jala sampai pada ujung terbesar.

"Wowwww... ! Banyak juga ikan yang didapat untuk sekelai tebar."

Dari jarak beberapa puluh meter, Kang Samin yang sejak tadi duduk sendirian di bibir bengawan dapat melihat ikan terperangkap di jaring. Tampak kecil, tetapi kelihatan warna putih-putih menempel di jaring nelayan. Untuk urusan mecari ikan, warga Dusun Kendal, Desa Kabalan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, memang jagonya. Sehingga, cukup familier mereka disebut sebagai manusia perahu, karena hidupnya berkelompok di atas perahu hingga beberapa hari tidak pulang ke rumah.

"Kang, sendirian ya...?" tanya Kang Sabar mengagetkan Kang Samin.

"Alahhh hemmm, kamu Sabar. Ia, setelah turun dari surau tadi kesini langsung, mencari udara segar di tepi bengawan," jawab Kang Samin sambil menoleh ke belakang.

Kang Sabar yang baru datang langsung duduk di samping sahabat karibnya itu. Kayu mahoni sepanjang tiga meter itu dipakai duduk bersama. Suasana hening. Sebab, dua orang yang umurnya terpaut sekitar lima tahunan itu sama-sama melihat tingkah manusia perahu yang sudah kembali bersiap menebar jala ke bengawan dari atas perahu.

"Mereka itu luar biasa ya kang? Cukup konsisten berburu rezeki dari Allah dengan mencari ikan. Walaupun puasa, mereka tetap semangat bekerja dengan jalan masing-masing." Kang Sabar memulai pembicaraan.

"Benar. Allah memberikan rezeki dimana saja, asalkan hambanya mau berusaha, pasti akan ada jalan untuk meraihnya. Termasuk manusia perahu itu," jelas Kang Samin.

Kang Samin mencontohkan lagi, namun perbedaannya seperti langit dan bumi. Yakni, penambang pasir manual yang masih tetap menjalankan aktivitas ketika puasa. Ia tidak bisa membayangkan dan menjamin, air tidak masuk ke salah satu bagian tubuh. Sebab, dengan menyelam, kemungkinan air masuk lebih sangat tinggi.

Oleh karena itu, perbedaan sama-sama mencari rezeki di bengawan, antara nelayan dan penambang pasir cukup berlawanan. Ia melihat nelayan bisa tetap puasa dan jauh dari hal yang membatalkannya, tetapi penambang pasir manual dengan cara menyelam di air cukup dipertanyakan jika tetap berpuasa. Karena, menjamin tidak meminum, air masuk ke hidung atau loba lain, akan cukup sulit. Apalagi dengan durasi yang cukup lama.

"Kita wajib mencari atau berburu rezeki dari Allah, dan tidak boleh berpangku tangan. Namun, harus juga diingat jalan yang cukup sedikit risikonya jika harus bersinggungan dengan membatalkan puasa," terang Kang Samin.

"Wehhh, iya ya kang." Kang Sabar manggut-manggut. [mad]

*Penulis: reporter blokMedia Group (blokBojonegoro.com dan blokTuban)

 

Tag : samin, kang, tanah



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini