Jejak Sang Penyebar Islam (10)
Kiyai Tameng Jati yang Masih Misterius
blokbojonegoro.com | Saturday, 17 June 2017 17:00
Kontributor: Muhammad Qomarudin
blokBojonegoro.com - Jika kita mendengar kata Malo, otomatis sebagian orang akan berfikir tentang beberapa destinasi wisata yang berada di sana, salah satunya adalah wisata budaya Wali Kidangan. Namun, selain Wali Kidangan ternyata di sana ada salah satu makam penyebar islam, yang banyak masyarakat sekitar belum mengetahuinya.
Masyarakat Desa Sudah memanggilnya Kiyai Tameng Jati, yang mempunyai nama Abdurrohman Hadi. Makamnya berada di Desa Sudah Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Jika anda dari perempatan Malo mengarah ke utara sekitar satu kilometer, lalu belok ke barat sekitar dua kilometer. Desa Sudah, tepat berada di barat Desa Rendeng tempat Wisata Edukasi Gerabah.
Salah satu penjaga makam yang sekaligus adik dari Juru kunci makam tersebut, Fathul Mu'in mengatakan, dengan adanya makam ini, banyak masyarakat sekitar yang selalu datang untuk berziarah, namun banyak masyarakat yang tidak tahu siapa Kiyai Tameng Jati sebenarnya dan berasal dari mana.
"Masyarakat hanya sekadar mengetahui kalau beliau adalah salah satu penyebar islam pada zaman dahulu di desa ini dan sekitarnya," ungkapnya.
Dibandingkan dengan masyarakat sekitar, banyak penziarah yang bersal dari luar kabupaten, bahkan luar Provinsi Jawa Timur, yaitu dari Jawa Tengah dan Jawa barat. Dengan banyaknya peziarah yang datang ke makam Kiyai Tameng Jati, Fathul Mu'in bingung, karena banyak peziarah yang berasal dari luar daerah, sehingga ia mempunyai keinginan untuk mengetahui siapa sebenarnya Kiyai Tameng Jati.
Bersama dengan teman-temanya, Fathul Mu'in mencari sumber-sumber dari masyarakat sekitar, namun banyak yang tidak mengetahui. Kemudian, ia beserta teman-temanya mendapatkan informasi dari seseorang yang sudah tua yang dirasa mengetahuinya, tetapi hanya sekilas saja. Laki-laki tua tersebut mengatakan, bahwa Kiyai Tameng Jati berasal dari barat, yaitu Ngrabek Arab.
"Nama orang tua tersebut adalah Mbah Kasmani, namun beliau sekarang sudah meninggal sekitar beberapa bulan yang lalu, Mbah Kasmani dulunya adalah seorang yang sangat suka menyendiri atau bisa disebut tirakat," lanjut Mu'in panggilan akrabnya.
Mbah Kasmani dulu bercerita, kalau Kiyai Tameng Jati tidak sendirian dalam menyebarkan agam islam yang dibantu dua sahabatnya, yaitu Kiyai Sepet Jati dan Kiyai Dimar Jati. Namun, Mbah Kasmani tidak menjelaskan siapa nama asli Kiyai Sepet Jati dan Kiyai Dimar Jati.
"Setelah berhasil mengislamkan masyarakat Sudah dan sekitarnya, Kiyai Sepet Jati dan Kiyai Dimar Jati Lelono (pindah) ke barat, untuk menyebarkan islam lagi, namun entah ke barat mana," ujar Mu'in yang menyampaikan cerita dari Mbah Kasmani.
Mbah Kasmani juga tidak tahu persis bagaimana cara penyebaran islam kepada masyarakat di sini, namun katanya, ketiga penyebar islam tersebut mempunyai kelebihan masing-masing. Kalau Kiyai Dimar Jati berperan dalam bidang dakwah. Kiyai Sepet Jati bisa disebut panglima perang, ketika perang beliau selalu di depan sendiri. Sedang, Kiyai Tameng Jati mempunyai kelebihan indra keenam, yang mana ketika akan ada perang beliau sudah mengetahuinya.
"Kiyai Tameng Jati sendiri tidak mempunyai keturunan," lanjut Fatkhul Mu'in, kepada blokBojonegoro.com.
Selain itu, Fatkhul Mu'in juga menceritakan, tentang pernah ada kiyai asal Pondok Pesantren (Ponpes) yang pernah ziarah ke sini, bersama puluhan jemaahnya naik tiga bus mini, namun ia lupa tidak bertanya siapa nama kiyai itu dan dari pondok mana.
Kiyai tersebut mengatakan, besok pada waktu yang akan datang, sejarah dari Kiyai Tameng Jati akan terungkap. Ketika dikasih tahu tentang hal itu, Fatkhul Mu'in merasa senang, sehingga tidak sempat menanyakan bagaimana kiyai tersebut bisa mengetahuinya.
"Karenanya, saya langsung dimarahi masyarakat, karena tidak menanyakan kepada kiyai tersebut, kok bisa seperti itu," katanya.
Fatkhul Mu'in sangat heran, ketika rombongan tersebut berziarah ke makam Kiyai Tameng Jati, karena jauh-jauh datang ke sini. Kemudian, ia bertanya kepada sopir kiyai itu. Kok bisa datang ke sini? dan dijawab, sebenarnya Pak Kiyai sudah meminta diantarkan ke sini sekitar 2 tahun yang lalu, namun tidak dituruti oleh para jemaahnya, karena kiyai tersebut hanya berfirasat kalau di Malo ada makam-makam orang-orang hebat, salah satunya adalah di Desa Sudah.
"Setelah sekitar 2 tahun tersebut, para rombongan jemaah baru mau ke sini," kata Fatkhul Mu'in, menirukan sang sopir.
Ketika baru sampai di utara jembatan Malo, lanjut Fatkhul Mu'in bercerita, sopir itu berkata kepada kiyai, "Pak Kiyai sudah ketemu satu makam walinya," sambil menunjuk plang nama dari Wali Kidangan. Akan tetapi kiyai tersebut tidak mau, karena ingin berziarah ke makam leluhur yang lebih tua dulu, yaitu makam Kiyai Tameng Jati.
"Otomatis penyebar islam yang paling tua di Malo adalah Kiyai Tameng Jati," ucap Fatkhul Mu'in saat berada di rumahnya.
Setelah itu, sopir tersebut memberitahu catatan-catan penyebar islam di Kecamatan Malo kepada Fathul Mu'in, yang ternyata ada tiga makam penyebar islam yang sangat hebat, yaitu Kiyai Tameng Jati, Kiyai Zakariya dan Wali Kidangan.
Kiyai tersebut juga sempat bertanya kepada Mu'in tentang kondisi makam yang sudah ada perubahan, yang dulunya hanya sebuah gundukan tanah, namun sekarang sudah ada renofasi, seperti sudah dibuatkan bangunan cungkup kecil untuk tempat makamnya dan beralaskan keramik.
Ketika ditanya tentang hal tersebut, sontak Mu'in langsung kaget, dan bertanya balik kepada kiyai tersebut. "Njenengan pun bakdo ten mriki to yi (Anda sudah pernah ke sini Pak Kiyai)," tanya ayah satu anak ini, namun kiyai tersebut menjawab bahwa belum pernah ke sini sama sekali.
Oleh karena itu, Mu'in berfirasat, bahwa kiyai tersebut bukan kiyai sembarangan, karena bisa mengetahui makam Kiyai Tameng Jati, padahal tidak pernah datang sebelumnya ke Malo.
Untuk Haul sendiri, rencananya Mu'in ingin mengadakannya, karena kesulitan dari segi pendanaan dan juga kesulitan ketika ingin membuat proposal pengajuan dana, lantaran masih bingung tentang sejarah Kiyai Tameng Jati sendiri.
"Sehingga kami hanya mengadakan tahlil di tempat makam Kiyai Tameng Jati bersama masyarakat yang percaya kepada beliau setiap malam Jumat pahing saja," pungkasnya kepada blokBojonegoro.com. [din/mu]
Tag : jejak penyebar islam di bojonegoro, penyebar islam di bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini