Menyingkirkan Takutnya Bermimpi
blokbojonegoro.com | Monday, 17 July 2017 15:00
Oleh: M. Zaenal Abidin*
Berbagai hasil dan produksi hari ini adalah khayalan dan mimpi kemarin. Terlebih Jika kita mau memikirkan sejenak, melihat sekeliling, menyaksikan bangunan-bangunan megah, kapal-kapal besar dan pesawat-pesawat terbang. Apalagi, hadirnya benda-benda yang ada di sekitar kita, mulai telepon, komputer, fax, televisi, kamera dan radio, maka kita dapati bahwa semua yang kita nikmati hari ini adalah sebuah mimpi dan khayalan orang lain.
Bermimpi bagi penulis adalah titik tolak kesuksesan apapun, dan faktor utama untuk menghasilkan apapun, serta merupakan suatu paling indah dalam alam khayal dan mimpi kita. Hebatnya lagi mimpi, ia pun tak memiliki batasan. Apalagi Francis Bacon pernah mengatakan, ”khayalan mampu merakit alam semesta”.
Dengan demikian, adanya kemampuan yang cukup dalam diri seseorang, belumlah tentu bisa menghantarkannya kejenjang kesuksesan dalam bidang yang akan kita geluti. Sebagai contoh Muhammad Ali, salah satu petinju legendaris yang mendunia. Dalam suatu wawancara di televisi, beliau ditanya tentang metode yang mampu mengantarkannya menjadi seorang excellent dalam dunia tinju. Jawabannya adalah, ”saya telah mempelajari semenjak lama, bahwa kemampuan besar seseorang tidaklah cukup, akan tetapi dirinya harus memiliki khayalan dan mimpi”.
Tentang mimpi sendiri, kebanyakan dari kita masih takut untuk mengkhayalkan sebuah impian-impian yang besar. Apalagi kita sering mendengar omongan orang Jawa yang mengatakan, “Nak ngimpi ojo duwur-duwur, ceblok ngunu loro” (kalau bermimpi jangan tinggi-tinggi, jatuh itu sakit).
Bagi penulis, ungkapan itu pun tidak salah. Mungkin sebenarnya mereka itu bukannya takut untuk bermimpi yang tinggi, tetapi lebih tepatnya bisa dikatakan mereka selalu berhati-hati dan penuh pertimbangan saat akan melakukan sesuatu. Padahal sebuah impian yang tinggi itu penting, asalkan seimbang dengan ikhtiar/usahanya. Impian yang besar diumpamakan semangat penggerak yang bisa memotivasi seorang. Sebagaimana Goethe pernah mengatakan, “Janganlah memimpikan impian-impian kecil, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk memotivasi seseorang”.
Perihal mimpi sendiri, itu adanya bukan di saat kita tertidur saja, tetapi juga harus ada saat kita tersadar, dan itu merupakan salah satu yang memang kita butuhkan. Kita perlu membebaskan khayalan-khayalan kita dari ikatan apapun, karena khayalan adalah merupakan awal segala sesuatu. Bahkan Walt Disney pernah mengatakan, ”apa yang mampu kita impikan, maka kita mampu mewujudkannya”.
Oleh karena itu, beberapa impian atau pemikiran-pemikiran baru yang redup bahkan bisa-bisa padam sebelum mampu diproduksi bagi penulis penyebabnya dua hal:
Pertama, terdapat orang-orang yang menghambat untuk mewujudkan cita-cita kita. Artinya, ada sebagian manusia yang juga berusaha mengkritik mimpi-mimpi kita hanya karena cemburu semata. Biasanya mereka mengkritik mimpi-mimpi itu tanpa dasar, hanya berdasarkan penilaian dan keyakinan pribadi mereka semata, tanpa memperhatikan penilaian dan keyakinan kita.
Walaupun nasehat atau kritikan mereka semua itu jujur dari dalam hati, namun terkadang menyebabkan berbagai penyakit yang membuat pupus mimpi-mimpi kita. Maka pada porsi ini, mengabaikan dan menghargai atas kritikan adalah jalan untuk tetap melanjutkan cita-cita yang kita impikan.
Ke dua, penghalang untuk mewujudkan mimpi-mimpinya adalah dirinya sendiri. Robert Choler dalam bukunya Quwwat Al-Afkar mengatakan, ”satu-satunya tempat yang membuat mimpi-mimpimu menjadi mustahil ada di dalam pemikiran dirimu sendiri”. Wujudnya, kita mungkin sering mendengar ungkapan ini ”Ah mimpi kali yaa..” dari orang lain.
Bahkan, dari diri kita sendiripun ternyata juga pernah mengucapkan ungkapan itu. Kelihatannya ini hanyalah hal sepele namun disadari atau tidak, ternyata ungkapan tersebut terkadang juga bisa menjadikan turunnya sebuah motivasi yang ada pada diri kita. Jadi, semua orang pastinya punya mimpi dan beda orang beda juga impiannya.
Selain itu, sebuah impian tidak akan terwujud kalau hanya sekedar terus diimpikan, tanpa adanya sebuah realisasi dari kita. Tidak baik juga kita berlama-lama hanya memikirkan bagaimana mewujudkan mimpi. Justru selangkah demi selangkah kita kerjakan, itu sudah lebih baik dari pada kita tak melangkah sama sekali. Jadi, sebuah impian itu perlu tindakan (action).
Maka bagi penulis, bacalah bismillah, kerjakan mulai sekarang dan jangan kita tunda lagi. Sebab, sekali kita menunda untuk mengerjakan akan semakin tertunda pula terwujudnya impian-impian kita di masa depan.
*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
IKIP PGRI Bojonegoro dari Balen
Tag : mimpi, impian, ikip, kolom
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini