Jarang Menelepon Orangtua, Berdampak Buruk Pada Kesehatan Mereka
blokbojonegoro.com | Thursday, 08 February 2018 07:00
Reporter:-
blokBojonegoro.com - Keluarga adalah harta paling berharga di dunia ini. Namun, seiring bertambahnya usia, kita semakin sibuk dengan diri sendiri dan melupakan orangtua.
Kita semakin jarang berkomunikasi dengan mereka. Padahal, jasa orangtua sungguh besar bagi kehidupan kita. Dan kita tak mungkin sanggup membayarnya.
Kurangnya perhatian pada orangtua ini, menurut sebuah riset dari University of California-San Francisco, ternyata berdampak besar pada kesehatan mereka.
Riset dilakukan selama 6 tahun dengan meneliti 1600 orang dewasa dengan rata-rata usia 71 tahun. Peneliti menganalisa rasa kesepian, penurunan fungsi tubuh, dan tingkat kematian yang terjadi pada subjek penelitian.
Hasilnya, periset menemukan bahwa 23 persen peserta riset meninggal dalam kesepian dalam 6 tahun. Sementara itu, hanya 14 persen peserta riset yang wafat dengan tingkat kasih sayang atau persaudaraan yang tinggi.
Peneliti juga menemukan bahwa 43 persen peserta riset dengan usia di atas 60 tahun merasa lebih kesepian.
Dari hasil penelitian tersebut, periset menyimpulkan bahwa kesepian memainkan peranan besar dalam penderitaan manusia, terutama pada orangtua.
Kesepian ini juga berperan pada masalah medis seperti depresi, penurunan kognitif dan bahkan penyakit kardiovaskuler.
Dilansir dari laman hellosehat, kesepian ternyata berdampak pada kesehatan mental, gaya hidup dan kondisi fisik seseorang.
Kesepian dapat membuat seseorang menjadi stres. Jika keadaan ini semakin parah, maka akan memicu depresi, fobia sosial dan kecenderungan bunuh diri.
Penurunan kognitif pada orang kesepian dapat terjadi dikarenakan interaksi sosial berpengaruh terhadap cara kerja otak dan kekuatan memori.
Inilah mengapa orang yang kesepian lebih berisiko mengalami penurunan fungsi pada sistem saraf pusat. Riset juga menyebutkan bahwa kesepian meningkatkan risiko demensia hingga 64 persen pada orang yang berusia lanjut.
Selain itu, kesepian dapat membuat seseorang kehilangan kontrol atas pikiran dan emosi sehingga kerap memicu perubahan perilaku seperti gaya hidup yang tidak sehat.
Stres juga memicu hormon kortisol yang berpengaruh pada kinerja jantung dalam memompa darah. Inilah yang nantinya akan menyebabkan gangguan aliran, sehingga memicu kondisi arterosklerosis dan hipertensi.
*Sumber: kompas.com.
Tag : pendidikan, kesehatan
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini