blokbojonegoro.com | Saturday, 17 March 2018 07:00
Reporter: -
blokBojonegoro.com - Membawa bekal ke sekolah bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan asupan makanan yang sehat dan bergizi pada anak. Selain kandungan nutrisi lebih lengkap, kebersihannya juga terjaga.
Murid-murid SD Negeri 016 Ciracas Jakarta Timur sejak awal Februari 2018 lalu punya kebiasaan baru. Setiap hari Kamis mereka diwajibkan oleh sekolah untuk membawa bekal yang terdiri dari makanan sehat.
"Sebelumnya sudah ada juga yang suka bawa bekal tapi gizinya belum seimbang, misalnya bawa nasi tapi 'lauknya' mi goreng. Juga belum ada sayur dan buahnya," kata Joko Prasetyo, guru kelas 5 di sekolah tersebut.
Selain itu, kebanyakan anak-anak juga terbiasa jajan di tukang dagangan di sekitar sekolah. Namun, menurut Joko, keamanannya belum jelas.
"Isi jajanannya yang mengandung mecin dan juga saus yang warnanya terlalu terang. Kurang sehat," ujarnya.
Sekolah SD 016 Ciracas termasuk dalam sekolah yang mengikuti kegiatan Training of Trainers (TOT), bagian dari program Gerakan Nusantara yang merupakan CSR dari PT Frisian Flag Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut, perwakilan guru dari 740 sekolah di 8 provinsi mendapat informasi tentang pentingnya gizi sehat dan seimbang, dan juga bergerak aktif pada anak-anak.
Menurut Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGM UI), Ahmad Syafiq, para guru yang sudah mendapat pembekalan itu diharapkan meneruskan ilmunya kepada guru lain dan anak didiknya.
"TOT dari Gerakan Nusantara ini adalah upaya rintisan yang dilakukan Frisian Flag Indonesia dan PKGM UI. Pendidikan gizi di SD memang perlu melibatkan guru sebagai tokoh di sekolah yang ternyata mampu membentuk sistem gizi seimbang di sekolah," kata Syafiq dalam temu media di Jakarta.
Bekal
Tidak hanya mendapatkan materi gizi, para guru di sekolah-sekolah tersebut diharapkan bisa membuat perubahan konkret. Salah satunya adalah mengajak muridnya membawa bekal.
"Sekarang setiap Kamis anak-anak wajib bawa bekal yang terdiri dari lauk-pauk, nasi, sayur, dan buah. Kalau ada yang belum sesuai dengan kategori bekal sehat, kami akan menghubungi orangtuanya. Pelan-pelan akhirnya bisa memahami," kata Joko.
Tidak berhenti di situ, saat ini menurut Joko, pihak sekolah juga memberi pemahaman kepada pengurus kantin untuk mengawasi jajanan di sekolah.
Hal serupa juga dilakukan oleh SD Negeri 03 Pondok Labu Jakarta Selatan. "Hidup sehat kami biasakan pada anak-anak, baik untuk kesehatan diri sendiri, lingkungan, dan sekolah. Misalnya anak-anak diwajibkan cuci tangan dulu di wastafel sebelum makan," kata Boriyem, Kepala Sekolah.
Ditambahkan oleh Boriyem, pesan gizi juga coba disampaikan dengan menarik dan mudah dipahami. Salah satunya dengan konsep "Pelangi di Piring".
"Maksudnya di dalam piring anak tersedia makanan yang bervariasi, berwarna-warni, bukan pakai pewarna, tapi warna alami makanan. Misalnya nasi warna putih, sayuran warna hijau, lauk pauk bisa kuning atau cokelat, dan susu warna putih," katanya.
Walau begitu, diakui oleh salah satu guru, Nurdi, tantangan agar anak konsisten dengan asupan bergizi tidak mudah. Terutama dari kehadiran pedagang makanan di sekitar sekolah.
"Kami sudah sarankan untuk jajan yang baik, menu makanan yang bergizi dan seterusnya, tapi di luar sekolah masih ada pedagang yang mencari keuntungan melalui jualan jajanan ke siswa kami. Ini tantangan buat kami untuk lebih lebih giat memberikan pembekalan pada siswa," kata Nurdi.
Syafiq mengatakan, ilmu gizi terus mengalami perkembangan. Namun, jika anak sudah memahami dasar-dasar gizi seimbang, mereka tidak akan mudah terjebak pada pemahaman gizi yang keliru.
"Pesan gizi harus terus diulang dan dibiasakan pada anak," katanya.
*Sumber: kompas.com
Tag : Pendidikan, kesehatan, asmara
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini
Loading...