Blok Buku
blokbojonegoro.com | Saturday, 12 May 2018 06:00
Peresensi : Muhammad Viqi Angga Setiawan
Buku "Meneguk Anggur Cinta" ini besutan Tasirun Sulaiman adalah penulis buku Seri Humor Sufistik dan Hikmah, Erlangga. Lahir 15 November 1965. Dia mulai pendidikannya di SD Ketanggungan, Kecamatan Dukuhturi, Kebupaten Tegal lalu menamatkan smpnya di SMPN 1, Adiwerna Tegal. Setelah meneruskan pendidikan di Pondok Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Tasirun sempat menjadi pengajar di almamaternya selama 4 tahun sambil kuliah di IPD (Institut Pendidikan Darussalam, saat itu) di pondok modern Gontor.
Tasirun sulaiman menulis kurang lebih 50 buku dalam kurun waktu 3 tahun,. Produktitivitas menulisnya meningkat saat mengambil kuliah S2 di ICAS, Paramadina, Pondok Indah pada jurusan Islamic Philosophy. Dia kerajingan menulis setelah di phk secara mengejutkan oleh Kiai Sontoloyo, Darut Muttaqien, Bogor tempatnya ia bekerja selama 15 tahun.
Di antara tulisannya yang sudah terbit, Book of Wisdom, 30 Sajian Ruhani Dr. Nurcholish Madjid, Kiai Sontoloyo ' Robin Hoot Bangkit Kembali, dan serial buku-buku anak, Muslim Bedstory (3 seri), Tokoh Idola (12 seri), Seri Filsafat Anak, dan Childrend' s Al-Qur'an (20 seri).
Pria kelahiran tegal ini pernah menjadi pembicara dalam Bahasa Inggris di Workshop IESCO, Introducing Modernized Curricula to Islamic Arabic School yang digelar negara-negara ASEAN.
Di dalam buku ini menceritakan tentang orang-orang sufi yang sangat cinta pada Tuhannya di zaman dahulu dan di aplikasikan zaman modern ini, Tasirun menjelaskan para sufi menyebut agama sebagai agama cinta, agam mengajarkan kasih sayang kepada sesama tanpa melihat batas pemahaman manusia.
Cinta adalah agama paling tua dimuka bumi, dan cinta itu tersimpan di dalam hati, semua agama mengajarkan cinta bukan mengajarkan kebencian dan kekerasan. Cinta dapat memberikan segalanya yang dimiliki dan paling berharga.
Cinta turun dari tempat yang agung, mulia dan suci. Cinta mampu meluluhkan hati siapapun, dan cinta tidak bisa lahir dari kesombongan dan kebencian. Para sufi merujuk pada hadist qudsi yabg menyatakan bahwa "Aku adalah kekayaan yang tersembunyi yang ingin di ketahui" itulah mengapa Tuhan juga membutuhkan manusia, manusia sebagai sebaik-baik makhluk ia lahir dari tiupan nafas cinta Tuhan. Dan kemudian cinta itu bersemayam dalam hati.
Cinta itu memberi bukan mengambil. Jadi memberi sepenuhnya kepada yang dicintai dan tak tidak berharap apapun dengan pemberian itu. Cinta adalah kekuatan, makhluk akan berevolusi dari tingkatan yang paling rendah ke tingkatan paling tinggi yang semua itu digerakan cinta. Cinta menjadi sangat penting dalam mencapai tingkatan paling tinggi karena cinta itu kekuatan dan kekayaan yang tersembunyi yaitu sumber cinta.
Para sufi menggunakan metafor anggur untuk menggambarkan dan mengungkapan cinta manusia. Anggur ada dua, anggur dunia dan anggur surgawi. Keduanya sama-sama memabukan, tapi anggur surgawi dapat membuat lalai dan melupakan sesuatu. Orang yang meneguk anggur akan hilang kesadaran dan ketidakberdayaan.
Hati ibarat cawan yang akan meneguk curahan anggur yang datang dari surga, hati harus bersih dari segala sifat-sifat kotor. Dan juga di dalam buku ini mencerikan seorang sufi yaitu Alhallaj yang sudah mabuk anggur cinta, ia digantung di tengah kota dan kakinya dipotong satu per satu, dan juga lidahnya di potong tapi ia hanya mengucapkan "Annallah. Annallah".
Dan begitulah Alhallaj sudah dirasuki anggur surgawi, ia sudah mabuk cinta dengan tuhannya.
Cinta sebagai jalan menuju kesucian jiwa. Ada 7 lembah yang dilalui untuk menggapai hakikat.
(1) Lembah pencarian
(2) Lembah cinta
(3) Lembah pengetahuan
(4) Lembah pengalihan
(5) Lembah penyatuan
(6) Lembah kekaguman
(7) Lembah penafian diri
Dan itu perjalanan yang berat dan berkelok-kelok yang dialami oleh para sufi, mereka kemudian sudah bisa merasakan kehebatan dan kedahsyatannya berada di dekat sumber kehidupan yaitu Tuhannya.
Manusia dengan beribadah kepada Tuhannya ia mengharapkan surganya,. sufi mengatakan "kalau aq beribadah karena menginginkan surgamu, maka masuklah aku kedalam nerakamu," begitulah ungkapan seorang sufi yang sudah dimabuk cinta kepada Tuhannya, ia tidak mengharap surganya Tuhannya, tapi ia selalu ingin dekat Tuhannya.
Kelebihan: buku ini juga menggunakan istilah-istilah Inggris membuat buku ini menjadi beda dan unik dengan yang lain.
Kekurangan: buku ini agak sulit dipahami karena menggunakan bahasa sufi, yang tidak mudah dicerna pikiran.
Identitas buku
Nama pengarang: Tasirun Sulaiman
Editor :Sri Hayati Asri
Sayed Mahdi
Desain cover : Siti Chaerani
Penerbit : Erlangga
Dicetak : PT Gelora Angkara Pratama
Jumlah halaman : 111 halaman
Tahun : 2009
Tag : Blok buku, resensi
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini
Loading...