Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Pancasila sebagai Moralitas Kepemimpinan

blokbojonegoro.com | Friday, 01 June 2018 23:00

Pancasila sebagai Moralitas Kepemimpinan

Penulis: Imam Nafi'

Indonesia adalah Pancasila, 73 tahun Ideologi ini mengikat persatuan nurani Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar yang melandasi Persatuan bangsa, adalah hasil kerja keras dari keberanekaragaman pemimpin pada saat itu. Oleh karena itu, maka sudah sepatutnya kita harus memahami sekaligus memaknainya secara utuh dan sesuai.

Sejarah mencatat, bahwasanya Lahirnya Pancasila tidak lepas dari sebuah ide untuk memperjuangan kemerdekaan, yakni “Hak Berbangsa dan Bernegara tanpa Penindasan.” Sebagaimana saat kelahirannya, bahwa Pancasila bukan produk perenungan di ruang kosong, maka agar dapat menyelami kedalaman untuk memahami makna Pancasila, ia juga harus diletakkan dalam Perspektif Ruang, Waktu, dan Permasalahan Konkrit yang dihadapi Bangsa Indonesia (juga untuk saat ini).

Pancasila yang dicetuskan oleh para pemimpin terdahulu, merupakan jalan tengah dari semua unsur yang berbeda-beda. Berbagai usaha dari kelompok masyarakat yang ingin mengubahnya menjadi ideologi lain pasti akan gagal. Sejak dulu, mulai dari Islamisasi ala Kartosoewirjo, PKI oleh Aidit, dan lain sebagainya pada akhirnya menemui jalan buntu.

Panca Azimat ini digali oleh Founding Father Bangsa Indonesia, Ir. Soekarno mempunyai gagasan menyeluruh, Dalam pidato 1 Juni 1945 itu, Bung Karno mengajukan 5 prinsip, yakni (1) Kebangsaan Indonesia; (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan; (3) Mufakat atau demokrasi; (4) Kesejahteraan sosial; dan (5) Ketuhanan yang Maha Esa.

Namun, Era modern saat ini Refleksi terhadap nilai-nilai Pancasila sudah menjadi hal yang sangat langka. Hal ini, dapat dilihat dalam contoh kehidupan sehari-hari. Yang paling ironis sekarang ini adalah menjadikan Pancasila hanya sebagai hiasan dinding yang tak memiliki makna. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa. Dengan demikian, yang terjadi adalah mentahnya nilai-nilai Pancasila dalam sanubari para Pemimpin Bangsa.

Sebagai contoh, di setiap ruangan para pejabat tingi ada simbol Burung Garuda yang selalu mengawasi segala aktivitasnya, namun dengan tanpa merasa berdosa mereka berani manandatangani “perjanjian” korupsi yang jumlahnya milyaran rupiah. Di lain kesempatan ada yang dengan rajin membacakan Lima sila Pancasila secara lengkap dan tegas, baris berbaris didepan bawahannya.

Namun, Pancasila kini telah kehilangan eksistensinya sebagai perekat kekuatan moral dan pemersatu bangsa. Dan lagi, berbagai tantangan yang kembali muncul akhir - akhir ini, yakni isu Radikalisme, kasus - kasus Separatisme, yang menjadi pemicu munculnya tindakan Terorisme dapat menjadi catatan penting bahwa Bangsa ini perlu sosok seorang Pemimpin yang Pancasilais.

Para Pemimpin yang tidak terlalu berambisi mengejar jabatan demi kepentingan Pribadi. Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan teguh mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa Religiusitas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan dalam setiap aspeknya, bersikap Toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya.

Maka, dalam momentum peringatan Hari lahir Pancasila ini, hendaknya kita semua mulai berbenah diri, meniti jalan baru kehidupan, merajut kembali tenun kebangsaan, dan tidak lagi mengabaikan nilai moralitas Pancasila sebagai pandangan hidup. Inilah yang kita harapkan kepada setiap calon pemimpin yang akan memimpin Bangsa ini ke depannya.

*Penulis adalah Wakabid Media dan Informasi DPC GMNI Bojonegoro

Tag : pancasila, hari, arti



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini