Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Inilah Wisata Religi Bojonegoro yang Belum Banyak Diketahui

blokbojonegoro.com | Wednesday, 06 June 2018 06:00

Reporter: Muhammad Qomarudin

blokBojonegoro.com - Kabupaten Bojonegoro adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tuban di utara, Kabupaten Lamongan di timur, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi di selatan, serta Kabupaten Blora (Jawa Tengah) di barat. 

Kabupaten yang identik dengan luapan Sungai Bengawan Solo tersebut, ternyata mempunyai potensi yang sangat luar biasa. Selain terkenal dengan penghasil minyak dan kualitas kayu jatinya, Bojonegoro ternyata juga mempunyai wisata religi yang harus anda kunjungi saat berada di Kota Ledre.

Seperti, Wali Kidangan, makam penyebar agama Islam yang berada di atas bukit Dusun Kidangan, Desa Sukorejo Kecamatan Malo tersebut adalah makam dari seorang tokoh yang dikenal oleh masyarakat Bojonegoro sebagai ulama besar dari Kesultanan Pajang. 

"Wali Kidangan juga dikenal dengan nama Syekh Mukodar, adapula yang menyebutnya Pangeran Kumbang Ali-ali atau Pangeran Narasoma. Keistimewaan lokasi wisata ziarah ini adalah pemandangan alam yang masih asri dan udara yang sejuk," terang Sekretaris Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro

Selain itu ada juga, makam wali Gotong, makam yang terletak di Dukuh Gotong, Desa Tinawun Kecamatan Malo ini juga sebagai penyebar Islam di Desa setempat dan memiliki nama asli Syekh Zakaria. Namun, penduduk sekitar lebih mengenalnya sebagai Mbah Sinare dan konon, Beliau adalah seorang sultan dari kerajaan Pajang yang uzlah (menyendiri) di Dukuh Gotong.

Di timur Bojonegoro ada makam Sunan Blongsong, makam tersebut terletak di Desa Blongsong, Kecamatan Baureno tersebut menurut cerita adalah seseorang yang pertama kali menyebarkan agama islam di daerah sekitar Blongsong. Sunan Blongsong pertama kali datang ke daerah itu sekitar pada tahun 1600an yang sebelumnya berasal dari kerajaan Mataram.

"Ada juga Mbah Malang Negoro yang terletak di Desa Ngasinan, Kecamatan Padangan. Berdasarkan kepercayaan warga setempat, Makam Mbah Malang Negoro merupakan makam dua orang pengikut Pangeran Diponegoro ketika sedang terjadi Perang Jawa pada tahun 1925 – 1930. Dua orang tersebut bernama Kyai Hasan Wirodikromo dan Panglima Perang Tanggono Puro," ujar Ridwan.

Selanjutnya ada Makam Buyut Dalem yang terletak di Desa Kadipaten Kecamatan Kota. Buyut Dalem atau Pangeran Raden Aryo Dalem adalah salah satu Adipati Bojonegoro pada tahun pemerintahan 1614-1619. Makam Buyut Dalem di Kalangan Pacar Setiap Rabu Wage, di tempat tersebut selalu diadakan sebuah ritual untuk mengganti cungkup makam Pangeran Aryo Dalem yang terbuat dari alang-alang.

Tak hanya itu saja, di Desa Wotan Ngare, Kecamatan Kalitidu ada Petilasan Angling Dharma. Konon, dulu adalah kolam pemandian, tempat Setyowati bertemu Prabu Angling Dharma yang menjelma menjadi burung Meliwis Putih. Belum diketahui secara pasti apakah sang Prabu menetap di Bojonegoro sampai akhir hayat atau tidak. Sampai saat ini masih menjadi perdebatan perihal letak makam Prabu Angling Dharma.

Bahkan, ada Makam Bupati Rajekwesi yaitu Raden Adipati Djojonegoro yang terletak di Desa Mojaranu, Kecamatan Dander. Menurut sejarahnya, Raden Adipati Djojonegoro menjabat sebagai Bupati Rajekwesi pada tahun (1825-1827). Selain itu, sebenarnya juga masih banyak lagi wisata religi yang ada di Bojonegoro, Namun, tidak sembarang tempat bisa dijadikan sebuah wisata.

Ridwan juga menjelaskan, selain ada makam penyebar Islam maupun petilasan, di Kota Ledre juga ada beberapa tempat ibadah yang bisa dijadikan sebagai wisata. Seperti halnya adalah Klenteng Hok Swie Bio yang merupakan tempat ibadah Tri Darma yang terkenal dengan ornamen kepala naganya dan di dominasi warna merah. Selain bentuk yang unik, kelenteng ini juga dihiasi dengan ornamen bebatuan di sepanjang dinding yang menggambarkan kepala naga dengan tubuh berwarna biru.

"Kelenteng ini banyak didatangi para peziarah setiap harinya, terlebih saat memasuki hari raya imlek," lanjutnya kepada blokBojonegoro.com.

Di Bojonegoro juga ada Masjid dengan kubah emas yang beradi di Desa Dander, Kecamatan Dander atau yang biasa disebut masjid Al-Birru. Masjid tersebut dibangun oleh keluarga besar Santoso, putra-putri dari Bapak Santosa Hardjosuwito dan Ibu Pertiwi sebagai wujud rasa syukur keluarga besar Santosa kepada Allah SWT serta persembahan bakti cinta kasih kepada orang tua mereka.

Selain masjid Albirru, ada Masjid Agung Darusslam yang merupakan masjid kebanggaan warga Bojonegoro yang terletak di sisi barat alun-alun Bojonegoro, tepatnya di Jalan Hasyim Asyari, Kauman, Kecamatan Kota. Yang mana arsitektur bangunan tersebut memadukan empat gaya, yaitu India ,Cina, Timur tengan dan Eropa.

"Masyarakat meyakini bahwa masjid ini memiliki akar sejarah bagi Bojonegoro. Salah satu tokoh Laskar Diponegoro yang mempunyai sebutan Patih Pahal mewakafkan sebidang tanahnya untuk dibangun masjid pada tahun 1825," imbuhnya.

Menurut Sekretaris Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, wisata religi tidak harus berbau islam dan bisa ada pada semua agama, sepertihalnya Candi borobudur yang termasuk sebuah wisata religi lantaran ada sentuhan rohaninya.

"Pokoknya yang berbau kerohanian dan memounyai arsitektur yang indah, serta mempunyai makna yang mendalam," ungkap Ridwan.

Ia juga berharap, dengan adanya tempat tersebut masyarakat bisa menjaga keletarianya. Sebab, jika benar-benar bisa diolah dengan bagus bisa mendatangkan sebuah rezeki (Pertumbuhan ekonomi).

"Salah satunya bisa dimanfaatkan menjadi wisata, sehingga akan menambah positif kesejahteraan masyarakat, lantaran banyak wisatawan yang berkunjung," tutupnya kepada blokBojonegoro.com.[din/lis]

Tag : wisata, religi, bojonegoro



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini