Diskusi Tentang Waktu dari Film 'In Time'
blokbojonegoro.com | Tuesday, 12 February 2019 22:00
Reporter: M. Safuan
blokBojonegoro.com - Setelah bulan Januari lalu diskusi tentang puisi, Society Education Centre (SEC) kembali mengggelar rutinan diskusi sastra. Hari ini, Selasa (12/2/2019) digelar nonton bareng film 'In Time' di Taman Bacaan Masyaraakat (TBM) Pintar, Jalan Pondok Pinang No.13 blok F, Desa Sukorejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro.
Kegiatan yang diikuti para mahasiswa itu serta penggiat sastra itu, dimulai dengan pemutaran film berdurasi 115 menit yang dibintangi Justin Timberlake dan Amanda Syfried. Film sendiri secara garis besar menceritakan tentang kehidupan di suatu wilayah, di mana setiap orang bisa melihat sisa waktu hidupnya berupa angka digital warna hijau di lengannya.
Semua aktivitas dan transaksi, dilakukan dengan cara memegang erat tangan untuk waktu hidup yang dimiliki.Semua waktu dalam kehidupan bisa dilihat dan dijual belikan dengan cara seperti itu. Bekerja dibayar dengan jumlah waktu hidup, masuk tol, makan dan minum transaksi melalui waktu.
Usai pemutaran film, banyak tanggapan dari para peserta diskusi. Aji misalnya, mahasiswa asal Unigoro itu menyampaikan, ternyata waktu seperti uang, dan waktu juga nyawa. "Waktu adalah uang, bagaimana waktu itu menjadi sumber kehidupan. Ada pula orang yang serakah ingin memiliki waktu lebih lama. Sehingga membuat orang jadi tidak teratur," paparnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Chafidz Choirul Huda. Jika ditarik di kehidupan sesungguhnya dari film itu, waktu bagaikan uang untuk kehidupan. Di mana, dalam kehidupan ini, ada orang yang bekerja demi uang hanya untuk kehidupan hari itu saja. Ada juga yang memiliki banyak uang.
"Film ini kompleks. Ada pertentangan, kelas, konsep uang, kekayaan. Di dalam dunia nyata ada jual beli pakai uang. Di film, orang bekerja, ataupun denda dan kredit, menggunakan sisa waktu waktu dalam hidupnya," ujar Chafidz.
Pemantik diskusi, Alif mempunyai sudut pandang yang berbeda. Menurutnya, antara analogi waktu dan uang dalam film dan kehidupan di Indonesia, mempunyai kesamaan. Jika di film, ada adegan transaksi berlian yang ditukar dengan waktu. Di Indonesia pada tahun 1942 menurut sejarah, uang kertas maksimal hanya 600 rupiah. Dulu jika 1000 bisa dapat 1kg emas.
"Betapa tidak adilnya, kenapa sama-sama kertas nilainya berbeda dengan emas, jika dibanding dengan mata uang Amerika," kata Alif.
Kegiatan tak hanya diisi dengan diskusi saja. Setelah semua memaparkan apa yang ditangkap dari film itu, kemudian para peserta belajar bersama untuk menuliskan sebuah karya dalam waktu 15 menit. Kemudian, masing-masing mebacakan hasil tulisan berupa opini, puisi, mapun cerita pendek.
Terpisah, Ketua SEC, Parto Sasmito menjelaskan, diskusi sastra ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Non Government Organization (NGO) di bidang pendidikan itu setiap bulan. Dan kegiatan itu, dibuka untuk umum dengan membahas berbagai bentuk karya sastra.
"Kemarin-kemarin sudah rembug cerpen dan puisi. Hari ini diskusi film. Bulan depan, kita agendakan tentang musik di Hari Musik Nasional," tutur Parto. [saf/mu]
Tag : Diskusi, film, in time, SEC, Bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini