Menumbuhkan Partisipasi Pemilu
blokbojonegoro.com | Wednesday, 24 April 2019 17:00
Oleh: UsmanRoin *
Mengawal kelancaran pemilu itu perlu. Tujuannya, agar pesta demokrasi yang dibangun bisa berjalan secara efektif. Guna mewujudkan hal itu, tentu netralitas penyelenggara pemilu (KPU, Bawaslu pada semua tingkatan) disinilah diperlukan. Artinya, secara hukum penyelenggara berpihak atau tidak terhadap paslon, realitasnya bisa kita kroscek di lapangan.
Untuk menghasilkan jalannya pemilu agar efektif, peran masyarakat (sebagai pemula atau pemilih lama) sangat ditunggu-tunggu. Artinya, masyarakat tidak hanya sekedar mencoblos lalu kemudian selesai, melainkan juga ikut mengontrol hingga melaporkan melalui cara-cara yang arif kepada pihak berwenang, bila ditemukan indikasi kecurangan baik disengaja atau tidak. Jika tidak dilaporkan, tentu tabiat perwujudan pemilu bersih dan bermartabat hanya slogan semata.
Guna meningkatkan kuantitas partisipasi pemilih, yang perlu ditumbahkan adalah edukasi pemilu kepada stakeholder dan masyarakat pada umumnya. Mulai dari siapa yang disahkan dalam daftar calon tetap (DPT) maupun perihal aturan pencoblosan. Sehingga partisipasi masyarakat itu tidak menjadi nihil akibat banyaknya suara yang tidak sah.
Untuk menyukseskan hal di atas, tentu penyelenggara pemilu harus aktif. Utamanya memberikan sosialisasi secara masif, baik melalui forum-forum yang menghadirkan banyak orang atau tokoh masyarakat sebagai representatif perwakilan. Sehingga pendewasaan edukasi perihal pemilu menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dalam memilih calon yang dipilihannya.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, tentu yang utama pemilih harus melek informasi dahulu. Artinya, berbagai calon baik eksekutif mapun legislatif yang maju harus diketahui dahulu profilenya. Kendalanya adalah, minimnya informasi terkait profile tersebut yang terkadang menjadikan masyarakat salah pilih. Bisa akibat politik uang yang menuntut “Calon pemilih” hanya fokus pada satu pilihan, hingga minimnya para calon sendiri (baik legislatif maupun eksekutif) grass root ke bawah. Alhasil, kebingungan masyarakat akan siapa yang dipilih nyata terjadi sebelum bahkan pasca pencoblosan. Maka safari politis dengan memanfaatkan ketokohan adalah modal jitu memperluas profile “Calon” yang maju, hingga kemudian partisipasi masyarakat memilih meningkat.
Bisa juga, untuk menambah keyakinan pemilih, alat peraga kampanye (APK) diperbanyak jumlahnya. Utamanya dikantong-kantong zona dimana ia ditetapkan daerah pemilihannya. Oleh karena itu, agar APK bernilai efektif bagi penulis haruslah unik, punya berbagai ragam bentuk yang bisa dibagikan oleh calon pemilih, dan bukan sekali pakai. Melainkan, memiliki kegunaan yang lama karena senantiasa digunakan di rumah. Sehingga saat pemilu berlangsung, masyarakat sudah fokus siapa yang harus dipilih lewat APK yang dipunyai.
Partisipasi masyarakat juga akan terwujud bila kaum milenial mau memberitahu sosok pemimpin yang dipilih. Terlebih, visi dan misi serta janji kampanye relatif bisa dilihat pada medsos (WA, IG, Facebook, Twitter dan lainnya). Persoalannya adalah, mau atau tidak kaum milenial yang melek teknologi, untuk membagikan seraingkaian info kepada calon pemilih, hingga keinginan untuk memilih terhadap para calon oleh masyarakat (sebagai calon pemilih) menjadi meningkat. Hal itu sekaligus mengurangi kegelisahan antara calon pemilih dengan yang akan dipilih. Sehingga pilihan yang dijatuhkan setidaknya pemilih sudah paham bagaimana track recod pilihannya.
Selain itu, untuk menumbuhkan partisipasi masif, maka penyelenggara pemilu juga bisa memiliki cara kreatif mendisain tempat pemungutan suara (TPS) semenarik mungkin. Justru hiasan yang ditampilkan akan menambah rasa senang pemilih untuk berbondong-bondong hadir. Bisa juga ide kreatifitasnya dengan cara memberikan oleh-oleh melalui kupon undian untuk para pemilih. Sehingga, partisipasi masyarakat “Walau karena undian” namun setidaknya bisa melupakan tensi politik antar pendukung calon yang lagi tegang karen sama-sama menginginkan kemenangan.
Oleh karena itu, tingginya animo masyarakat untuk menyalurkan hak pilih inilah yang perlu dijawab dengan berbagai mekanisme, agar tidak membingungkan saat penyelenggaran. Tujuannya agar perjalanan pencoblosan tidak salah prosedur melainkan berjalan sesuai dengan mekanisme yang perundang-undangan yang ada. Untuk itu, melek informasi bagaimanapun perlu disampaikan kepada masyarakat luas terkait kepemiluan dan tetebengeknya, supaya keberadaan pemilu bukan hanya fokus pada bagaimna rangkaian pemilu terlaksana, melainkan juga mengedukasi masyarakat menjadi cerdas sebagai pemilih. Tentu, itu membutuhkan partisipasi kita bersama.
*Penulis adalah Koord. Devisi Komunikasi & Hubungan Media Majelis Alumni IPNU Bojonegoro asal Kecamatan Balen, founder gurunulis.com, serta Mantan Ketua Umum Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT).
Tag : Pemilu, bojonegoro, partisipasi, pemilih
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini