Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

BRI Fellowship Journalism 2023

Sempat Terseok Dihantam Pandemi, Anyaman Bambu Milik Parsi Tetap Bertahan

blokbojonegoro.com | Monday, 05 June 2023 14:00

Sempat Terseok Dihantam Pandemi, Anyaman Bambu Milik Parsi Tetap Bertahan

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Di tengah gempuran produksi barang berbahan baku plastik. Rupanya masih terdapat beberapa tangan terampil memproduksi anyaman berupa barang rumah tangga.

Namun merebaknya produk plastik yang tidak ramah lingkungan, kerajinan dari bambu kini kembali dikenal masyarakat. Dalam penggunaannya terkadang digunakan sebagai wadah daging, buah maupun tas belanjaan hingga lainnya. 

Sejak tahun 2021, di rumah produksi yang berada di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Pasi tampak mengerjakan anyaman berbahan baku dari bambu. 

Bahan baku berupa potongan bambu menurutnya mudah didapat, bisa ditemukan di sekitar desa atau lahan-lahan persawahan. Lanjut Parsi, sebelum menganyam besek, lampion maupun bakul dan wadah keranjang, bambu yang dipilih pun tidak terlalu muda/tua. 

Kemudian dilakukan pengeringan, lalu mulai pola anyaman. Diantara produk anyaman tersebut, menurut Pasi pola anyaman lampion dan bakul yang begitu rumit, dibandingkan lainnya. 

"Paling rumit itu bakul sama lampion, kadang kalau mau anyam lagi harus bedah dulu yang sudah jadi. Pernah ada konsumen minta 100 bakul dalam 1 minggu jadi, gak sanggup karena rumit dan memang harganya mahal," ungkap Pasi. 

Ambil Peluang Rezeki Lewat Anyaman Bambu

Tak hanya mahir menganyam, ia juga mencoba mengambil peluang rezeki yang ada. Dimana hasil anyaman yang sudah berbentuk besek maupun bakul, kemudian ia foto dan posting di sosial media group facebook serta instagram. Lalu membubuhkan kontak WhatsApp yang tertera agar mudah dihubungi. 

"Di postingan tersebut rupanya banyak netizen yang berminat memesan jenis besek. Dulu sampai kewalahan pesanan dari organisasi bahkan instansi," ucap pria asal Kalitidu. 

Selain dikenal ramah lingkungan, harga wadah rumah tangga dari bambu juga cukup terjangkau mulai dari Rp3.000 hingga Rp80.000. Dengan beragam warna dan ornamen yang tentunya menarik minat konsumen untuk meminang, tak ayal dalam satu bulan pun ia bisa meraup omzet yang cukup lumayan dari usaha anyaman wadah.

"Omzet bersih dalam sebulan naik sekitar Rp3-4 juta, sangat membantu sekali untuk kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak dan lain-lain," ujar Parsi. 

Terkendala Pengiriman dan Kurangnya Sumber Daya Manusia

Ternyata, melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) pohon bambu di sekitar desa, ditopang kreativitasnya mengolah menjadi anyaman besek, dan keuletan dalam berbisnis tidaklah cukup. Rupanya usaha yang dilakoni juga sempat terkendala pengiriman dan SDM saat pemesanan mulai bertambah. 

"Kendalanya pengiriman, kalau banyak yang pesan kadang kewalahan karena perajin juga sedikit. Solusinya menerapkan sistem pre order untuk pemesanan partai, bahkan pernah beberapa pesanan saya tolak," bebernya.

Pernah juga dia sempat tak bisa membayar cicilan KUR BRI selama kurang lebih 2 bulan. Namun berkat keuletan dan tekat yang kuat, usaha kerajinan bambu ini terus berusaha bangkit. 

"Karena sepi dan beberapa saya tolak sebab minim SDM, pengerjaan segitu banyak harus selesai cepat. Saat itu pernah gak bisa bayar cicilan KUR 2 bulan, lalu saya hubungi mantri BRI. Atas kesepakatan, ditutuplah kredit tersebut dan buka baru lagi," ulasnya. 

Bangkit Lagi Dongkrak Kearifan Lokal Sebagai Potensi Ekonomi

Setelah melalui lika-liku dan naik turun usaha karena berbagai faktor. Demi mendongkrak kearifan lokal, tak lengkap rasanya jika hanya memproduksi dan menjual wadah anyaman bambu. 

Hari-harinya bersama sang istri kini juga dilalui dengan segudang aktivitas. Termasuk memberikan pelatihan anyaman untuk ibu-ibu PKK, lembaga sekolah, organisasi dan instansi.

"Harapannya selain produksi, berbisnis juga menularkan ilmu untuk orang lain agar bermanfaat. Terutama bagi generasi muda supaya lebih kenal dengan kearifan lokal," harap Parsi kepada blokBojonegoro.com

Terpisah, Kepala Unit BRI Kalitidu, Nurhadi menambahkan wilayah binaan Unit Kalitidu terdapat dua Kecamatan. Di antaranya Kecamatan Kalitidu tercatat 18 Desa, termasuk salah satu perajin anyaman bambu yang ada di Dusun Krajan. 

UMKM memiliki peran penting bagi perekonomian desa, termasuk memberikan sumbangsih yang signifikan. Terutama dalam pembentukan produk domestik dan UMKM mampu menyerap tenaga kerja. 

"Salah satu contohnya perajin anyaman bambu di Dusun Krajan, selain memberikan peluang cuan bagi dirinya sendiri. Juga memberikan peluang usaha bagi masyarakat luas, lewat berbagai pelatihan untuk pengembangan SDM," sambung Nurhadi. 

Terkait permodalan, pihak BRI juga memberikan modal pinjaman berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kupedes maupun produk turunan. "Sehingga UMKM dapat menjadi penopang bagi stabilitas sistem keuangan dan perekonomian di desa tersebut," pungkasnya. [liz/lis]

 

 

 

Tag : Kur, BRI, syariah



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini