20:00 . Laga Perdana Liga 2, Persibo Bojonegoro Taklukan Gresik United 2-1   |   19:00 . Live : Sanggrahan Bersholawat   |   18:00 . Alhamdulillah...! Groundbreaking Masjid Attanwir Resmi Dilakukan   |   17:00 . Undangan di Groundbreaking Masjid Attanwir   |   16:00 . Ribuan Santri Sambut Undangan Groundbreaking Masjid Attanwir    |   15:00 . Tari Thengul Bojonegoro Buka Liga 2 Indonesia   |   14:00 . IDFoS Indonesia Gelar Rembug Jejaring Usaha Ayam Petelur   |   10:00 . MI Bahrul Ulum 1 Bulu Tampilkan Kreasi dari Daur Ulang Sampah jadi Kostum Unik   |   08:00 . Sanggrahan Bersholawat Bersama Ust. Ridwan Asyfi - Fatihah Indonesia   |   15:00 . Negara Tidak Boleh Mengurangi atau Merampas Hak Asasi Warganya   |   22:00 . Pemred bB dan bT Raih Juara Lomba Karya Jurnalistik SKK Migas - KKKS Jabanusa   |   19:00 . Jadi Nominasi Juara, Karya Pemred bB Dipajang di Malam Penganugerahan Lomba Karya Jurnalistik   |   18:00 . Galang Dukungan, Bacabup Setyo Wahono bersama PCNU Bojonegoro Konsolidasi dengan MWC NU   |   17:00 . Selama Agustus 2024, SKK Migas – KKKS Realisasikan Pengeboran 107 Sumur   |   16:00 . Tergabung di Grup 3, Berikut Jadwal Persibo Bojonegoro di Liga 2 2024/25   |  
Sun, 08 September 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Sempat Tak Digaji, Perempuan Asal Bojonegoro Kini Sukses Buka Toko Kelontong

blokbojonegoro.com | Friday, 19 July 2024 08:00

Sempat Tak Digaji, Perempuan Asal Bojonegoro Kini Sukses Buka Toko Kelontong

Reporter : Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Yati (44), lahir di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur pada tahun 1980 silam. Keterbatasan ekonomi membuat Yati hanya bisa menamatkan pendidikan jenjang sekolah dasar (SD).

"Saya ini cuma lulusan SD. Sekolah SMP hanya kelas satu, enggak sampai lulus," ungkap ibu satu anak kepada blokBojonegoro.com.

Karena kenyang menjadi buruh, Yati sudah bekerja keras sejak usianya masih remaja. Mulai dari bekerja di warung makan, toko kelontong, buruh pabrik, hingga menjadi pengasuh bayi.

Seiring bertambahnya usia, Yati tidak hanya membatasi diri bekerja di Kabupaten Bojonegoro yang dekat dengan rumahnya. Ia mulai mencoba mencari peruntungan di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Puluhan tahun menjadi buruh di berbagai macam bidang membuat Yati merasakan berbagai pengalaman pedih, salah satunya tidak digaji oleh pemberi kerja.

"Bahkan saat jadi pengasuh bayi selama beberapa bulan, saya tidak digaji sama sekali," kenang Yati.

Bekerja di perantauan bukan hal yang ingin dilakukan Yati seumur hidupnya. Melainkan hanya sebagai batu lompatan untuk memperkaya pengalaman dan mengumpulkan modal agar kelak bisa membuka usaha kecil-kecilan sendiri. Pengalaman buruk tidak digaji oleh pemberi kerja menjadi titik balik Yati, akhirnya mantap pulang ke kampung halamannya.

Tak berselang lama setibanya di kampung halaman pada tahun 2007 silam, Arifin (44), suami Yati mendapat panggilan pekerjaan sebagai buruh bangunan di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Yati ikut suaminya ke Tuban.

Jatuh Bangun, kala itu datang pertama kali ke Tuban, pasutri ini mengaku tidak punya apa-apa. Beruntung, ada orang baik yang menolong mereka. "Bos suami saat itu orang Surabaya, punya rumah di Tuban dan tidak ditempati, terus disuruh menempati saya dan suami tanpa perlu membayar uang sewa," ujar Yati.

Tahun-tahun awal kepindahannya ke Tuban merupakan ujian kehidupan berat bagi Arifin dan Yati. Selain harus hidup dalam keterbatasan ekonomi, pasutri ini juga dilanda gelisah karena tak kunjung dikaruniai buah hati. Sebagai upaya melipur diri, Yati menyibukkan dirinya dengan bekerja.

Lima tahun usai kedatangannya di Tuban, pasutri ini dikaruniai seorang bayi perempuan. Yati memutuskan berhenti bekerja untuk merawat sang bayi.

"Waktu anak sudah TK, saya mulai buka usaha kecil-kecilan tapi gagal. Hitungannya yang bisa dibilang berhasil saat buka warung kopi dan jual gorengan mulai tahun 2018 silam, tapi itu juga cuma dua tahun,” jelas Yati.

Yati berhenti membuka usaha warung kopi karena melihat potensi yang lebih menjanjikan pada sektor usaha lain. Saat buka warung kopi, ia juga menjual rokok. Bahkan terus merambah kulakan sembako dan lain-lain sampai sekarang toko penuh. 

"Terus ada Mantri BRI (petugas penyalur kredit) yang menawarkan untuk pinjaman modal. Saya awalnya menolak, tapi terus mantri ini datang lagi meyakinkan dan saya akhirnya mau mencoba (program Kredit Usaha Rakyat atau KUR),” imbuhnya.

Yati sendiri menjadi nasabah KUR BRI pertama kali pada tahun 2022 silam, saat itu ia mengambil pinjaman modal usaha dengan nominal terendah dengan jangka waktu paling singkat. Pinjaman modal usaha ini ia gunakan untuk memperbanyak barang dagangan di toko kelontongnya.

Tahun 2024 ini merupakan periode kedua Yati mengikuti program KUR BRI. Ia memutuskan kembali mengambil KUR BRI untuk mengembangkan usaha toko kelontongnya agar semakin lengkap. Kini, toko kelontong Yati semakin lengkap dan ramai pembeli. 

"Hasil dari bisnis toko kelontong itu lebih dari cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Yati bahkan bisa membangun rumah secara bertahap di desa," pungkasnya. [liz/mu]

 

Tag : Usaha, perjuangan, pedagang, toko kelontong



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat