Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Kisah Sumartini Pembudidaya Buah Naga di Tanah Osing, Sukses Berdayakan Masyarakat Sekitar

blokbojonegoro.com | Tuesday, 03 September 2024 21:00

Kisah Sumartini Pembudidaya Buah Naga di Tanah Osing, Sukses Berdayakan Masyarakat Sekitar

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Budidaya buah naga telah menjadi pilihan bagi sejumlah petani di Banyuwangi, Jawa Timur. Dibanding bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI), justru budidaya buah naga lebih menjanjikan.

Sumartini asal Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi bisa bernafas lega. Lantaran dirinya merasa tak sia-sia sudah menjatuhkan pilihan budidaya naga, rupanya berkebun buah naga juga memberikan hasil yang lebih dibanding bekerja sebagai pekerja migran.

Bermodal Perkebunan Seluas 0.75 Hektare Budidaya Buah Naga

Bermodalkan luas perkebunan 0.75 hektare dan sebagian sewa di lahan milik warga sekitar. Sumartini mulai melakukan budidaya buah naga, mulanya budidaya buah naga dilakukan secara konvensional sejak tahun 2013. Namun seiring berjalannya waktu dan bertambah keahlian dan ilmu budidaya buah naga, wanita asal Sumbermulyo tersebut mulai melakukan tanam buah naga secara mulai organik di tahun 2015.

"Kemudian mendapat sertifikasi organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Independen LeSos) di tahun 2022. Pertama kali mengajukan LeSos biayanya mencapai Rp 30 juta," ungkap Sumartini.

Budidaya buah naga rupanya tak selalu berjalan dengan mulus, Sumartini bahkan kerap menemukan tanamannya terserang pada batang buah. Bahkan paling sulit dikendalikan, karena harus memotong bagian tertentu sehingga berakibat tanaman akan habis.

"Antisipasi dengan cara pemberian agensi hayati yang didampingi oleh YDBA, untuk mendatangkan Profesor Shobir dan Dosen Polbangtan untuk pelatihan pembuatan bubur bordo. Jadi para petani disini makin mengerti terkait edukasi tanaman," kenang Sumartini.

Buka Lapangan Pekerjaan Bagi Warga Sekitar Desa

Makin sering mendapatkan pelatihan, membuat Sumartini makin terbiasa menghadapi hama yang menyerang pertaniannya. Sumartini pun tak mau sukses sendirian, ia lantas memperkerjakan 2 orang warga di desanya untuk membantu mengurus perkebunan buah naga. Selain itu, ia juga kerap bermitra dengan kelompok petani (Poktan) di sekitar Banyuwangi.

Lanjut wanita asal Banyuwangi, perjalanan budidaya buah ini tidaklah mudah. Saat produktivitas sudah tercapai kelompok taninya ternyata kesulitan mendapatkan pasar dengan harga baik. Namun seiring berjalannya waktu, Kelompok Tani yang diketuai olehnya ini bergabung dan mendapatkan pelatihan dari Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Mulai dari pelatihan untuk meningkatkan produktivitas budidaya buah naga. Lalu kemudahan akses pasar baik lokal, market dan ekspor yang bekerjasama dengan PT. Nusa Fresh. Hingga pembukuan serta pengolahan produk turunan dari buah naga.

"Perlahan budidaya buah naga terus meningkat bukan hanya secara kuantitas tapi juga kualitas. Selain panen juga produksi olahan, mulai dari sale, dodol buah naga hingga kerupuk buah naga. Pemasaran olahan buah naga, saat ini kami bermitra dengan PT. Nusa Tropica (Nusa fresh) dan PT. Oreng Osing (Salein)," ujarnya.

Lewat Astra Melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra Bantu Petani Wujudkan Ekspor Produk Buah Lokal

Masih kata Sumartini, tiap musim panen tiba untuk buah naga sendiri per kilogram harganya mulai dari Rp 13 ribu hingga Rp 33 ribu. Sementara untuk olahan buah naga mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram, namun untuk dodol maupun kerupuk produksi dilakukan hanya sesuai pemesanan. Berbeda dengan olahan sale yang tiap hari melakukan produksi karena sudah taken dengan PT Salein.

Wanita asal tanah Osing tersebut berharap, Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) diharapkan dapat membantu para pelaku usaha. Terutama pada bidang pertanian maupun pengolahan pertanian, sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan memenuhi pasar. "Baik itu pasar ekspor, market maupun lokal. Sehingga bisa memberdayakan masyarakat sekitar," harapnya.

Petani Binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra Makin Berkembang, Dari Aspek Pemasaran

Terpisah, Azzuhri Tri Ahara selaku Koordinator YDBA Banyuwangi menambahkan, jika menurutnya kondisi pertanian di Banyuwangi dengan kondisi saat ini dibandingkan sebelum di bina oleh YDBA telah banyak berkembang. Terutama mulai dari aspek pemasaran, dimana dulunya petani tidak mengenal grade dan dipasarkan ke tengkulak, namun saat ini telah mengenal berbagai grade mulai A, B, C dan BS.

"Untuk A ke pasar ekspor dan supermarket, B ke pasar induk, C dan BS ke pasar lokal. Selain itu petani juga setelah dibina YDBA mengenal proses produk turunan. Dimana sebelumnya untuk grade C dan BS jika tidak laku di pasar lokal, maka akan dibuang begitu saja. Namun sekarang bisa diolah menjadi sale buah naga,"sambung Azzuhri.

Ajarkan Manajemen Lahan Hingga Upaya Pencegahan Penyakit Tanaman

Sementara itu, aspek produksi YDBA juga mengajarkan mengenai manajemen lahan dan pembuatan pestisida nabati sebagai upaya pencegahan penyakit tanaman. Karena selama ini kondisi kualitas buah naga yang dipanen tergantung dari kondisi buah. Dengan harapan petani bisa mengantisipasi serangan penyakit, maka bisa ditingkatkan kualitas serta nilai jual.

"Harapannya, petani bisa semakin meningkatkan kualitas dan semakin banyak pasar yg mengenal kualitas buah naga petani di Banyuwangi. Sehingga harga jualnya bisa meningkat dan bisa semakin sejahtera," tutupnya. [liz/mu]

 

Tag : Budidaya buah naga



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini