18:00 . Tim Pemenangan Teguh-Farida Akui Tak Tahu Kampanye ‘Bojonegoro Klunting’ di Kepohbaru   |   16:00 . Kampanye Hari Terakhir Pilbup Bojonegoro Berujung Ricuh, Warga Saling Lempar Batu   |   15:00 . 22 TPS di Sekar Bojonegoro Sulit Dijangkau, Ada yang Gegara Jembatan Putus   |   12:00 . Peringati Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Dinkes Bojonegoro Ajak Warga Jaga Kesehatan Paru   |   19:00 . Diduga Tak Netral, PMII Bojonegoro Minta Ketua Bawaslu Mundur   |   17:00 . Beredar Foto Ketua Bawaslu Bojonegoro Berkaos PDI-P, Benarkah?   |   16:00 . Kembangkan Potensi, PEP Sukowati Gelar Pelatihan Pengolahan Herbal   |   15:00 . 5 Tersangka Korupsi Mobil Siaga Bojonegoro Segera Disidang   |   06:00 . Gelar Muskab, Setyawan Mubayinan Kembali Terpilih Jadi Ketua Pengkab TI Bojonegoro   |   21:00 . Muhammadiyah Bojonegoro Serukan Pilih Cabup yang Bersedia Dengar Suara Rakyat   |   19:00 . Dipindah ke Lapas Bojonegoro, Napi Teroris Dikawal Ketat Densus 88 AT Polri   |   16:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z, Acara untuk Generasi Muda Bojonegoro   |   14:00 . Tim PkM Dosen UNUGIRI Berikan Pendampingan P5 dan PPRA di Lembaga Pendidikan   |   13:00 . Wujudkan Lansia Bermartabat, PD 'Aisyiyah Bojonegoro Gelar Lokakarya Kelanjutusiaan   |   12:00 . Tim KKN 44 UNUGIRI Observasi di Desa Grabagan   |  
Sat, 23 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Menilik Penguatan Peran Tri Pusat Pendidikan

blokbojonegoro.com | Wednesday, 02 October 2024 08:00

Menilik Penguatan Peran Tri Pusat Pendidikan

Oleh: Usman Roin *

“Darurat akhlak”. Mungkin ini yang bisa mewakili keresahan penulis, melihat aksi tidak terpuji –perilaku cabul, yang akhir-akhir ini viral di jagad maya. Bahkan yang miris, TKP-nya berada di lembaga pendidikan.

Penulis tidak perlu menyebutkan secara eksplisit. Itu karena, jejak digitalnya sangat mudah panjenengan temukan.

Kini, kejadian tersebut telah terjadi. Dari informasi awak media, pelaku juga sudah diamankan serta telah dikenakan jerat pasal hukum sebagaimana ketentuan undang-undang yang berlaku.

Dalam perspektif penulis, ada hal urgen yang menjadi PR bersama. Utamanya, bagaimana peran sekolah, orang tua dan masyarakat –sebagai tri pusat pendidikan meminjam terminologi Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, terpantik untuk ikut melakukan upaya pencegahan (preventif)?

Hal ini bertujuan, agar kejadian serupa tidak lagi terulang. Oleh sebab, masing-masing komponen tri pusat pendidikan, saling gayung bersambut memberi sumbangsing nyata.

 

Sekolah

Atas kejadian yang viral tersebut, lembaga pendidikan --dalam hal ini sekolah, perlu kiranya untuk lebih memperketat upaya monitoring peserta didiknya saat masih berada di sekolah.

Dalam hal ini, CCTV kiranya perlu dioptimalkan keberadaan dan fungsinya, agar memberi kemudahan untuk melakukan kontrol bilamana terdapat perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik kala berada di sekolah.

Selanjutnya, bila tanda-tanda itu nampak dan akan terjadi, guru bisa segera mengambil tindakan yang terlihat di layar monitor sebelum akhirnya viral di media sosial.

Pada sisi yang lain, proses capain pembelajaran guru juga perlu mendapat evaluasi. Sejauhmana antara pengetahuan yang didapat peserta didik, punya korelasi dengan perilaku yang dilakukan. Meminjam bahasa Zainuddin (2015:45), ilmu pengetahuan yang diperoleh peserta didik –sebagai hasil interaksi pembelajaran, bermanfaat –secara amaliah dalam praktik nyata sosial, untuk melaksanakan kebenaran baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun kepada sesama manusia.

Nyatanya, mungkin pendidik –tidak terkecuali penulis sendiri, perlu selalu mengingat-ingat dengan pepatah, bahwa ilmu yang tidak bermanfaat sama dengan sebuah pohon rindang, tetapi tidak berbuah. Konotasi sebaliknya, peserta didik yang berakhlak, bagi penulis bisa dimaknai bagian dari kemanfaatan nyata terhadap ilmu yang kita ajarkan.

 

Orang tua

Begitu pula peran orang tua pasca kejadian --cabul yang viral sebagai prolog tulisan ini, juga menjadi penting kehadirannya. Apalagi di era globalisasi atau mendunia nya informasi, bagi Asmani (2024:65) dan Tilaar (2009:4) kentara (nyata) sekali efeknya dengan lahirnya gadget yang ikut meruntuhkan sendi-sendi kehidupan.

Fakta menyajikan, bila gadget mudah diakses lintas usia --sejak dini hingga remaja, yang kemudian berlanjut kepada usia dewasa.

Tentu, bagi anak --dampak gadget sangat besar. Oleh karena, mereka belum mempunyai filter untuk sekadar membedakan mana positif-konstruktif serta mana yang negatif-destruktif.

Alhasil, penggunaan gadget oleh anak hanya akan berkutat kepada hal-hal un produktif. Sebagai contoh game, hingga upaya akses hal-hal negatif-destruktif sebagai misal konten vulgar yang membahayakan kesehatan mental, moral dan sosialnya.

Terhadap tantangan sebagaimana di atas, orang tua perlu belajar. Belajar yang dimaksud berdasar riset Agustina dalam Jalal dkk., (2022:423), artinya mereka –orang tua, perlu melakukan update pengetahuan literasi digital, sebagai upaya membentuk kebiasaan berdigital yang sehat guna menurunkan kecanduan anak pada gadget.

Adapun strategi yang bisa dilakukan orang tua –berdasar riset tersebut, mulai dari menempatkan internet di ruang terbuka. Lalu memberi informasi kepada anak agar tidak mudah menanggapi ajakan pertemanan maupun email dari orang yang belum dikenal, segera menutup (close) situs liar, tidak sembarangan memberikan data diri ke situs personal, serta menggunakan internet untuk keperluan belajar.

Selain itu, orang tua juga perlu memberi pemahaman perihal dampak positif-negatif internet, kemudian secara intensif menjalin komunikasi –orang tua kepada anak, lalu menyiapkan browser khusus di gadget anak, dan memotivasi mereka berkreasi positif dengan menggunakan internet.

 

Masyarakat

Sementara masyarakat, juga bisa memberikan ruang edukatif –non formal. Hal ini sejalan dengan pendapat Saputra dkk., (2021:4) bila masyarakat ternyata bisa ikut memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan pasca peserta didik bersekolah.

Hal itu selaras dengan hadis Nabi Muhammad Saw, yang memerintahkan kepada kita untuk senantiasa menuntut ilmu mulai dari semasa kita diayun, sampai ke masa akan masuk liang lahat.

Jika demikian adanya, ilmu bukan hanya dicari di waktu kecil dan muda saja, melainkan perlu senantiasa dicari –pelajari, hingga masa tua. Dalam penegasan eksotis, Zainuddin (2015:44) turut memberi pemaknaan secara luas hadis di atas, bila pendidikan –dalam hal ini belajar, tidak berhenti di bangku formal, melainkan dilanjutkan –di ruang non formal, bahkan perlu dicari sampai ke tempat yang jauh.

Sebagai operasionalisasi sederhana, menggalakkan keberadaan majelis taklim baik di masjid ataupun mushola, bagi Yani (2021:15) menjadi tempat strategis untuk membina individu, yang selain menjadi pribadi paham nilai-nilai agama juga dalam rangka membentuk karakter mulia.

Bila hal itu diwujudkan, tentu ini peran konkrit –dalam hal ini masyarakat, untuk mengawal peserta didik menjadi generasi emas pemegang estafet kepemimpinan mendatang, kaya dengan nilai-nilai akhlak yang telah menjadi perilaku keseharian.

Semoga, melalui hadirnya peristiwa sebagaimana penulis utarakan di atas, menjadikan tri pusat pendidikan –dalam hal ini sekolah, orang tua serta masyarakat, bersatu padu mengokohkan peranannya ikut mengawal keluhuran akhlak generasi emas yang kita dengung-dengungkan serta cita-citakan bersama. Amin.

* Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri.

 

Tag : Tri Pusat Pendidikan, Usman Roin



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat