16:00 . Berkat KUR, Pasutri Ini Sukses Bisnis Hasil Olahan Rumah   |   15:00 . Realisasi Dana Desa di Bojonegoro Capai 97.81 Persen   |   14:00 . Bertekad Bantu Warga, Kepala Desa di Bojonegoro Sukses Jadi Agen BRILink Jawara   |   13:00 . Perluas Dukungan Lingkungan Akademik, Hulu Migas Hadir di Pameran SINOX-01   |   22:00 . Survei ARCI: Elektabilitas Wahono-Nurul 75,5%, Teguh-Farida 19,6%   |   21:00 . Tingkatkan Derajat Kesehatan Pekerja Lewat Program Atraktif, Pertamina EP Cepu Catatkan Rekor Muri   |   20:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z Bojonegoro Berlangsung Meriah   |   18:00 . Tim Pemenangan Teguh-Farida Akui Tak Tahu Kampanye ‘Bojonegoro Klunting’ di Kepohbaru   |   16:00 . Kampanye Hari Terakhir Pilbup Bojonegoro Berujung Ricuh, Warga Saling Lempar Batu   |   15:00 . 22 TPS di Sekar Bojonegoro Sulit Dijangkau, Ada yang Gegara Jembatan Putus   |   12:00 . Peringati Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Dinkes Bojonegoro Ajak Warga Jaga Kesehatan Paru   |   23:00 . Ribuan Warga Bojonegoro Mlaku Bareng Khofifah-Emil dan Wahono-Nurul   |   19:00 . Diduga Tak Netral, PMII Bojonegoro Minta Ketua Bawaslu Mundur   |   17:00 . Beredar Foto Ketua Bawaslu Bojonegoro Berkaos PDI-P, Benarkah?   |   16:00 . Kembangkan Potensi, PEP Sukowati Gelar Pelatihan Pengolahan Herbal   |  
Mon, 25 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Berkat KUR, Pasutri Ini Sukses Bisnis Hasil Olahan Rumah

blokbojonegoro.com | Sunday, 24 November 2024 16:00

Berkat KUR, Pasutri Ini Sukses Bisnis Hasil Olahan Rumah

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Perjalanan bisnis Pasi (48) dan Susi (45), warga Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur beriringan dengan perjalanan hidupnya sebagai pasangan suami istri.

Usai menikah, Pasi dan Susi berjualan tahu dan tempe keliling. Bahkan, anak pertamanya, Ficky Eka Prasetya (18) yang saat itu belum memasuki usia sekolah sering diajak keliling untuk berjualan. Momen-momen tersebut masih melekat erat pada ingatan Ficky.

"Saya selalu ingat perjuangan bapak dan ibu, masih kecil banget saya dinaikkan sepeda bagian depan diajak keliling jualan. Di sepeda bagian belakang ada dua ember isinya tahu. Kalau tahu sudah habis, saya ganti diboncengkan di belakang," ungkap Ficky.

Penjualan tahu dan tempe keliling fluktuatif, kadang laris, kadang masih tersisa. Saat dagangan masih tersisa, Susi berinisiatif mengolah tempe yang tak terjual itu menjadi keripik tempe. "Kalau dibiarkan saja kan busuk, mubazir. Saya coba bikin keripik tempe, saya jual di pasar kok laku,” ungkap Susi sang Ibu.

Pada tahun 2012, Pasi dan Susi memutuskan berhenti jualan tahu dan tempe keliling. Susi beralih jualan rempeyek di pasar tradisional dekat pusat kecamatan. Sementara Pasi fokus bertani. Dua tahun kemudian yakni pada tahun 2014, Susi tak sengaja bertemu salah satu pegawai sebuah perusahaan multinasional yang beroperasi di Kabupaten Bojonegoro.

Kala itu, orang tersebut membeli rempeyek Susi dan terkesan dengan rasanya. Keesokan harinya, pegawai perusahaan tersebut kembali ke pasar untuk mencari Susi. Hari itu, ia tidak hanya memperkenalkan diri, tetapi atas nama perusahaan juga menawarkan pendampingan untuk mengembangkan usaha rempeyek rumahan milik Susi.

Susi yang saat itu mengaku kuper (kurang pergaulan) tidak paham pentingnya legalitas usaha seperti Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), NIB (Nomor Izin Berusaha), dan label Halal untuk mengembangkan bisnis rempeyeknya. Ia sempat menolak saat hendak dibantu mengurus legalitas usahanya.

"Beruntung, pegawai perusahaan multinasional itu menjelaskan dengan detail dan bersedia membantu mengurus legalitas UMKM secara gratis sebagai bagian dari tanggung jawab sosial. Susi pun menyetujui," bebernya.

Selama mempersiapkan legalitas usaha, Susi berinovasi menambah produknya. Dari yang awalnya hanya rempeyek kacang, kemudian ditambah rempeyek bayam, rempeyek daun kelor, jari-jari ketela ungu, keripik pisang ulin dan beberapa produk lain.

Kini, usaha yang diberi merek Madju Roso itu sudah memiliki 20 macam produk. Ciri khas produk Madju Roso ialah menggunakan bahan-bahan lokal yang didapatkan dari sekitar rumah Susi dan Pasi. Bayam dan daun kelor dipanen dari kebun sendiri, sementara pisang ulin merupakan jenis pisang paling banyak yang ditanam masyarakat di desa mereka.

"Perizinan saya sudah lengkap dan produk Madju Roso bisa dipasarkan di toko-toko. Ada beberapa toko oleh-oleh di Bojonegoro, toko swalayan, sampai (toko oleh-oleh) objek wisata Jatim Park," ujar Susi.

Salah satu faktor terpenting bisnis camilan Madju Roso milik Susi dan Pasi terus berkembang karena keikutsertaan mereka dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sejak 2014 hingga sekarang, Pasi dan Susi terhitung sudah lima kali mengikuti program KUR BRI.

Sebagai nasabah BRI, pasutri ini mengaku puas dengan pelayanan BRI yang tidak hanya memberikan kredit usaha, tetapi juga banyak memberikan masukan untuk perkembangan bisnis yang tengah mereka jalankan.

"Kami terbantu banget dengan program KUR. Mantrinya juga sering ngasih saran kalau kami ada kendala bayar cicilan. Kami juga sering dapat konsumen yang dia tahu kami karena diberi tahu mantri BRI,” jelas Susi.

Selain itu, kunci keberhasilan bisnis yang dijalankan Pasi dan Susi ialah tingginya semangat mereka untuk belajar dan berjejaring. Sejak tahun 2014, Susi aktif dalam sejumlah organisasi UMKM mulai level regional kecamatan hingga provinsi. Hingga saat ini, Susi aktif dalam komunitas Paguyuban Kartini Mandiri dan FIJ (Forum IKM Jawa Timur). Berkat kedua organisasi tersebut, produk Madju Roso bisa dipasarkan di beberapa swalayan dan toko oleh-oleh ternama di Bojonegoro dan sekitarnya. Produk-produk Madju Roso juga sering diikutsertakan dalam berbagai acara bazar tingkat kabupaten.

Kini, semangat itu diwarisi Ficky, putra pertama Pasi dan Susi. Setiap hari Minggu, Ficky membersamai ibunya membuka lapak di lokasi hari bebas kendaraan di Alun-alun Bojonegoro. Ia juga tengah mempersiapkan produk inovasi dari produk rintisan orang tuanya. Tak tanggung-tanggung, Ficky sengaja melanjutkan jenjang pendidikan tinggi pada program studi Manajemen Ritel di sebuah kampus swasta Bojonegoro dengan tujuan kelak bisa mengembangkan bisnis orang tuanya.

Saat ini, Ficky tengah dalam proses riset pasar untuk produk keripik pisang ulin berbagai rasa. Jika orang tuanya memproduksi keripik pisang ulin original dan rasa manis, Ficky membuat produk keripik pisang ulin rasa cokelat, matcha, dan sejenisnya untuk membidik konsumen anak-anak muda.

“Awalnya saya ingin ambil jurusan hukum. Kemudian lihat bisnis ibu banyak difasilitasi orang, dibantu mengurus legalitas, sering ikut bazar, ibu aktif di mana-mana, saya tergerak. Jadi mantap kuliah Manajemen Ritel agar bisa mengembangkan bisnis ibu bapak,” papar Ficky dengan mata berkaca-kaca. [liz/lis]

 

 

 

Tag : kUR, bisnis, olahan, cemilan



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat