Tri Astutik, Ketua Kelompok dan Owner Batik Sekar Rinambat
Dari IRT, Konsisten Membatik hingga Berdayakan Masyarakat Sekitar
blokbojonegoro.com | Thursday, 05 June 2025 06:00
Tri Astutik Menunjukkan Batik Bojonegoro yang diproduksinya. (Foto: blokBojonegoro/Parto)
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Sedikit susah untuk menemukan kediaman Tri Astutik yang ada di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, karena rumahnya masuk ke dalam gang yang hanya bisa dilalui 1 kendaraan roda 4. Untungnya ketika mencari alamat di maps dengan nama Batik Sekar Rinambat, langsung ditunjukkan tempatnya.
Berada RT.05, RW.01, tepatnya jalan di timur GOR Dolokgede, terus ke selatan sekitar 500 meter sampai rumah yang terdapat papan nama Kepala Desa, belok ke kiri atau arah timur sekitar 100 meter, belok lagi kiri sekitar 50 meter sampai di depan rumah Tri Astutik, dengan halaman yang luas pepohoan rindang.
[Baca juga: Bojonegoro Wastra Batik Festival 2025 Segera Digelar: Pamerkan Batik Tradisional hingga Modern ]
Di depan rumah dengan dinding bata merah estetik itu, ada dua batik yang sedang dikeringkan di bawah kanopi teras. Di dinding masih berupa bata itu, tertempel papan nama Tempat Kreasi dan Edukasi (Teras) Batik Sekar Rinambat, Desa Dolokgede, Kec. Tambakrejo-Bojonegoro.
Tri Astutik, tersenyum ramah menyambut kedatangan blokBojonegoro.com di kediamannya, Rabu (4/6/2025). Ketua Kelompok dan Owner Batik Sekar Rinambat itu menunjukkan koleksi Batik Bojonegoro yang diproduksi di rumahnya. Kemudian, mengajak ke belakang rumah untuk menunjukkan bagaimana produksi batik di sana.
"Dulu hanya ibu rumah tangga biasa. Alhamdulillah sekarang sudah mempunyai usaha batik, juga menjadi tempat edukasi untuk anak-anak TK, SD, SMP, dan juga diminta universitas memberikan edukasi bagaimana membatik," ujar ibu dari 2 anak itu.
Aktifitas mewarnai batik di Batik Sekar Rinambat. (Foto: blokBojonegoro/Parto)
Mbak Tutik, sapaan karibnya, menjelaskan, pada tahun 2016 dirinya bersama 4 Ibu Rumah Tangga (IRT) lainnya dari Desa Dolokgede, mengikuti pelatihan membatik yang diberikan oleh Operator Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB), PT Pertamina EP Cepu Zona 12.
Selama kurang lebih 3 tahun mendapatkan bimbingan mulai dari pelatihan, magang, sampai modal alat membatik, akhirnya Tutik mendapatkan banyak orderan batik.
"Setelah mendapatkan pelatihan, banyak pesanan yang masuk. Pada waktu itu sempat ada kendala saat Covid-19, penjualan mulai sepi. Meski demikian, saya tetap konsisten produksi batik walaupun hanya sedikit-sedikit, untuk menambah stok kalau ada yang pesan sewaktu-waktu. Alhamudlillah setelah Covid-19 pesanan kembali banyak, dan terus bertambah sampai saat ini," ulas Tutik.
Dengan mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut, lewat WhatsApp (WA), Instagram, e-commerce, dan ikut pameran, Batik Sekar Rinambat semakin dikenal luas masyarakat. Bahkan, sudah punya pelanggan pasti dari sekolah pondok pesantren yang memesan batik untuk seragam siswa tiap tahun ajaran baru. Selain itu, pesanan masuk dari kantor-kantor pemerintah, guru, maupun perorangan.
Ada lebih dari 20 motif Batik Bojonegoro yang diproduksi Tutik. Termasuk 2 dari 10 motif yang akan dilaunching oleh Pemkab Bojonegoro di tahun 2025, yakni motif Sewu Sendang, dan motif Agni Amerta Kahyangan yang sudah mulai diproduksi baik cap, maupun tulis.
Harga batik yang dibuat di Batik Sekar Rinambat bervariasi, batik cap mulai Rp70.000 untuk seragam, sampai Rp250.00 per kain, batik eco print sutra Rp1.250.000, dan batik tulis harga tergantung kerumitan motifnya.
"Untuk membuat batik, kurang lebih bisa sampai 15 hari dari awal tahap proses sampai jadi. Dalam 1 hari bisa produksi sampai 20 batik. Kalau untuk seragam bisa 30 sampai 40 batik per hari," imbuhnya.
Pendapatan dari usaha Batik Bojonegoro itu, rata-rata omzetnya mencapai Rp15.000.000 sampai Rp20.000.000 per bulan. Bahkan, pernah mencapai hampir Rp100.000.000 pada saat mengikuti pameran.
Tutik mengaku, sebagai ibu rumah tangga, dulu sering ditinggal suaminya bekerja di luar kota. Namun setelah menjalankan usaha batik, dan mulai banyak pesanan, suaminya tak tega meninggalkannya karena proses produksi membutuhkan banyak tenaga.
"Sekarang sudah tidak ditinggal lagi, dan ditunggui terus di rumah karena memang butuh tenaga laki-laki untuk proses produksi. Terutama saat proses proses nglorot dan cap butuh tenaga kuat. Kalau ibu-ibu lebih ke mewarnai sampai menyetrika, dan packing," kata Tutik.
Proses pembuatan batik cap di Batik Sekar Rinambat. (Foto: blokBojonegoro/Parto)
Di hari-hari biasa, Tutik dibantu tetangganya untuk membuat batik. Total ada 7 wanita dan 2 laki-laki dalam proses pembuatan batik. Sedangkan pada saat ada kunjungan edukasi membatik dari sekolah-sekolah, Tutik memberdayakan masyarakat sekitar antara 15 sampai 20 orang untuk membantunya melayani para pelajar yang ingin belajar membatik langsung di lokasi.
Batik Sekar Rinambat, merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Cepu Zona 12 di wilayah operasi, khususnya di Desa Dolokgede sejak tahun 2016 silam.
"Kami berkomitmen memberikan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi. Batik Sekar Rinambat diawali dari ibu rumah tangga, sekarang telah menjadi entrepreneur, dan juga sebagai pembicara untuk memberikan pelatihan membatik. Harapan kami, Batik Sekar Rinambat semakin sukses lagi, dan membawa Desa Dolokgede semakin maju," kata Senior Officer Comrel and CID Zona 12, Pamita Rossiana Dewi kepada blokBojonegoro.com di lokasi. [ito/red]
Tag : Batik, Batik Bojonegoro, Batik Sekar RInambat , Dolokgede, Tambakrejo, Pepc zona 12, PT Pertamina EP Cepu Zona 12., Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB)
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini