13:00 . Pasca Lebaran, Ratusan Warga Bojonegoro Ajukan Cerai   |   12:00 . Laka Karambol, Pemotor di Bojonegoro Meninggal Tergencet Truk Box   |   09:00 . Pemkab Bojonegoro Raih Peringkat Kategori Laporan LPPD Tingkat Nasional   |   15:00 . 1.543 Calon Jemaah Haji Bojonegoro Ikuti Manasik Haji   |   14:00 . Jelang Pilkada Bojonegoro, PKS Rapatkan Barisan   |   13:00 . Dramatis, Petugas Damkar Dihadang Anjing saat Hendak Evakuasi Jasad Majikan   |   12:00 . Inilah Pemenang Duta Pemuda Pelopor Kabupaten Bojonegoro Tahun 2024   |   11:00 . Ikrar Setia ke NKRI, Napi Teroris di Lapas Bojonegoro Dibebaskan Bersyarat   |   18:00 . HPN 2024, PWI Bojonegoro Gelar Seminar Literasi Media dalam Mengawal Clean and Good Governance   |   13:00 . PJ Bupati Adriyanto Launching Program Paman Sehati   |   12:00 . Penambang Pasir di Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Bawah Jembatan Kare   |   09:00 . Berikut ini Nama Finalis Seleksi Duta Pemuda Pelopor Bojonegoro Tahun 2024   |   15:00 . Sudahkah Pancasila sebagai Pondasi Pendidikan Selaras dengan Implementasinya   |   13:00 . Bojonegoro Jadi Tuan Rumah Pertemuan Rutin PKK, DWP, Perwosi se-Bakorwil II   |   17:00 . Perahu Penambang Pasir di Bojonegoro Tenggelam, Satu Penumpang Hilang   |  
Fri, 26 April 2024
Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Hari Raya Minus Perayaan

blokbojonegoro.com | Tuesday, 27 June 2017 18:00

Hari Raya Minus Perayaan

Oleh: Usman Roin*

Ramadan yang telah usai menjanjikan banyak janji. Salah satunya banyak orang berjanji saat ramadan usai tak usai semangat ibadah. Nyatanya, usai pula semangat ubudiyah yang dilakukan intensif ramadan.

Ada kesan seakan-akan bahwa ibadah yang lalu dirasa cukup, sudah bisa dibanggakan untuk menuju kepada kemenangan, yakni idul fitri. Padahal ukuran bertambahnya ketakwaan itu akan terlihat pasca ramadan usai melalui tambahnya ketakwaan. Yakni bagaimana menjaga lisan, hati, perasaan dan saling menghormati sebagai implementasi perintah hablum minan nas, lalu secara kualitatif menjadikan ubudiyah lima waktu sebisa mungkin dijalankan dengan berjamaah.

Fakta lain, masjid dan musala yang sebelumnya ramai di bulan ramadan dengan aktivitas ubudiyah, pasca ramadan menjadi lengang. Mungkin karena sudah berbuka (makan atau minum) hingga menjadikan malas dan memilih tenang, diam duduk di rumah sebagai bagian orang tua yang lumrahnya didatangi banyak orang.

Selain itu, ada kesan cukup lewat medsos saja ucapan minta maaf dilakukan tanpa harus datang. Cukup dicari meme yang menarik atau kata-kata yang indah kemudian dibubuhi nama dan keluarga lalu dishare ke semua kontak yang dipunya.

Alhasil, hari raya yang baru berjalan satu hari sudah dirasa cukup dan purna. Adapun hari raya kedua, tiga dan selanjutnya sudah seakan tak dinamakan hari raya. Pertanyaannya, siapa yang mempersepsikan demikian? Penulis pun coba memberikan jawaban, 'kita semua'. Kita semua yang seharusnya memelihara tradisi halal bi halal agar meriah, namun malah menjadi sepi. Itu terlihat dari semangat silaturrahim yang turun, lebih memprioritaskan pada kekeluargaan dan menafikan pada ketentanggaan.

Padahal, bukan demikian yang seharusnya dilakukan. Melainkan coba disemarakkan suasana silaturrahim secara merata, yang tidak sekadar ketemu dan berjabat tangan lalu selesai, melainkan juga menambah dengan suasana keakraban lainnya yang lebih intensif bisa dengan memakan aneka jajanan yang suguhkan atau saling bertanya, bahkan saling bertukar pikiran dari ruang lingkup pekerjaan, pengalaman hingga keilmuan.

Hal tersebut tentu agak lama namun punya dampak psikologis positif. Yakni, bukan sekadar kunjung dan berjabat tangan sebagai peringkas silaturrahim yang terjadi setahun sekali hingga menjadi penyebab hari raya namun minus perayaan.

Untuk itu, perlu upaya konkrit untuk menghapuskan hal tersebut, diantaranya dengan: Pertama, meyakini secara individu bahwa upaya silaturrahim yang hakiki adalah tak sekadar ketemu dan berjumpa, melainkan memperluas maknanya dengan semangat saling ingin mengetahui antar kedua tamu dan yang ditamui dalam term Jawa secara intensif. Sehingga keakraban dan ketersambungan bisa berjalan dengan baik.

Kedua, secara konkrit perlu upaya simultan bahwa silaturrahim itu perlu untuk semua dan bukan untuk tertentu. Sehingga bila ini terjadi maka akan menjadi pemicu menurunnya semangat silaturrahim secara massal baik dari individu dan keluarga.

Dan ketiga, melalui khutbah, kultum bahkan opini di media dipertegas akan eksistensi silaturrahim sesungguhnya. Tujuannya agar tergerak bahwa halal bi halal di hari raya mau tidak mau harus berjalan, meriah hingga bisa terjadi berhari-hari.
Sebagai bukti, walau modernitas menggempur kita dari berbagai sisi namun semangat silaturrahim yang hangat tidak lekang oleh zaman dan tak pupus oleh waktu.

Sebagai penutup, semoga silaturrahim kita tak jadi minus perayaan, dan selamat hari raya penulis ucapkan.

*Warga Dukuh Ngantulan, Balen yang menempun Magister PAI di UIN Walisongo Semarang.

Tag : hari raya, usman roin



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

  • Monday, 19 February 2024 20:00

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG Perwakilan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12, Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina mengunjungi kantor redaksi blokBojonegoro.com (Blok Media Group/BMG), di BMG CoWorking Space, Jalan Semanding-Sambiroto, Desa Sambiroto, Kecamatan...

    read more

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat