Pasca Penambang Pasir 'Tewas' di Bengawan
Penambang Masih Takut dengan Mitos Lokal
blokbojonegoro.com | Sunday, 15 January 2017 11:00
Reporter: Maratus Shofifah
blokBojonegoro.com - Beberapa hari setelah ditemukannya Supar (51), warga asal Desa Jati Duwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, meninggal di Bengawan Solo turut Desa Glagahsari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, penambang pasir masih sepi dari aktivitas. Banyak cerita mengiring trauma penambang yang dijubeli warga dari Kabupaten Jombang tersebut.
Selain air Bengawan Solo yang kembali naik, ada alasan lain dari cerita masyarakat lokal yang membuat penambang pasir takut menyelam lagi. Kemungkinan besar, kegiatan baru mulai setelah 7 hari, atau ada yang percaya 40 hari setelah korban ditemukan.
"Ada cerita lokal, jika terdapat orang kalap, maka harus ditunggu setelah 7 hari atau 40 harinya," kata salah satu penambang pasir, Tadi, sambil membersihkan perahunya.
Dikatakan, kebanyakan penambang pasir masih mempercayai mitos masyarakat sekitar Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro maupun yang ikut wilayah Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban. Karena, cerita rakyat tersebut juga "pamali" jika dilanggar. Selain mitos tersebut, kabarnya ada himbauan dari polisi untuk berhenti menambang.
"Takut saja jika kejadian terulang, seperti penambang pasir asal Jombang tersebut yang terulang lagi. Walaupun sebenarnya boleh dan tidak untuk percaya cerita rakyat," tambah penambang lain, Yazid.
Senada ditegaskan Irul, operator perahu penyebrangan Glagahsari dan Cangaan, Kecamatan Kanor. Jika cerita rakyat cukup nyaring terdengar pasca meninggalnya pengeduk pasir asal Jombang. Warga juga bertanya-tanya, penambang pasir asal Jombang begitu lihai menyelam, kenapa sampai kalap? "Ya mungkin saja masih pada trauma, sehingga belum menambang pasir lagi," tambahnya. [ifa/mu]
Tag : tenggelam, penambang pasir
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini