Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Dilema Punk di Bojonegoro

blokbojonegoro.com | Monday, 27 February 2017 21:30

Dilema Punk di Bojonegoro

Oleh: Moh. Muhajir

Kemarin (25/02/2016) operasi yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Kabupaten Bojonegoro berhasil merazia anak punk untuk dilakukan pembinaan. Berdasarkan berita online di blokbojonegoro.com, ada dua anak SMP yang ikut terjaring razia tersebut. Di dalam salah satu group sosial Bojonegoro, selama bulan ini ada beberapa orang yang memposting terkait anak punk, jawaban dan reaksi mereka juga bervarisi, ada yang sekadar bercanda, apatis dan ada juga yang menentang  keberadaan anak punk.

Asal Mula Anak “Punk”
Beberapa artikel yang saya baca, awal mula berdirinya komunitas anak punk lahir dari keresahan anak-anak pekerja yang mengalami masalah keuangan dan ekonomi, bisa jadi masalah ini memiliki afiliasi dengan keluarga. “Punk” mulai marak di Amerika yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang berdampak pada penggangguran dan kriminalitas.

Dalam wikipedia “Punk” merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris. Pada awalanya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980an, saat punk meraja lela di Amerika, golongan punk dan  skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an, “Punk” juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Banyaknya Usia Remaja (SMP/SMA) yang Ikut “Punk”

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa atau yang biasa kita kenal dengan masa “pubertas”, masa pubertas berkisar pada umur 12-19 tahun. Anak berusia 12-19 tahun jika kita kaitkan dengan pendidikan adalah usia-usia sekolah tingkat SMP/SMA, perubahan emosi pada remaja menurut Elizabet B Hurlock sangat dominan, sehingga lingkungan sosial membawa pengaruh signifikan terhadap perubahan emosi pada masa remaja.

Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah selama ini bisa jadi menjadi alasan remaja untuk ikut komunitas “Punk” karena tidak relevan dengan lingkungan dimana peserta didik tinggal. Sehingga tidak jarang kehidupan sehari-hari peserta peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di bangku sekolah untuk diterapkan di masyarakat.

Akhir-akhir ini di Bojonegoro diramaikan dengan tingkah dan perbuatan anak “Punk” yang diupload oleh pengguna medsos.“Kok sekarang di setiap lampu merah banyak anak-anak usia sekolah macak gak karu-karuan ya dan selalu bilang mereka itu anak punk, emangnya punk itu apa sich”  Postingan Azril Elias, ada juga postingan “#15Pebruari2017. Masih bersama Bocah-bocah PUNK” akun Dedy Plolong yang membagikan berita dengan headline “Tujuh Remaja Punk di Bojonegoro di Amankan”.  Sedang yang terbaru adalah akung FB Hasan Ansori yang memposting minta bantuan karena ada anak perempuan yang beberapa hari meninggalkan rumah, dalam postingan tersebut selain menunjukkan foto dan identitas juga tertulis “Menurt info anak itu ikut geng punk tpi skrang d mna jg belm d ketahui keberadaanya”. Selain di FB info yang di unngah di medsos juga beredar di WA, termasuk saya pribadi juga menjumpai info tersebut yang masuk di dalam beberapa group WA.

Dengan demikian, maraknya anak “punk” di Bojonegoro (maaf) sangat meresahkan beberapa masyarakat Bojonegoro, Masyarakat menganggap beberapa perilaku anak “Punk adalah nakal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata “nakal” adalah suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, dsb, terutama bagi anak), saya pribadi juga pernah menjumpai anak “Punk” yang nekat menghadang truk dengan cara berdiri di tengah jalan, perbuatan tersebut menurut saya adalah perbuatan yang sangat mengganggu pengendara dan membahayakan mereka sendiri.

Pendidikan Umum dan Agama untuk Membentengi Anak

Pertama, Peranan Guru di sekolah yang sangat penting untuk proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan salah satu lembaga yang bertanggungjawab atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan sosial setelah ia masuk sekolah. Di rumah, anak hanya bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya. Suasana di rumah bercorak informal dan banyak kelakual dan tingkah laku yang di izinkan menurut suasana di rumah. Lain halnya dengan di sekolah, ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhaitan khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah salah seorang diantara puluhan murid lainnya didalam kelas. Untuk itu anak haru mengikuti peraturan yang bersifat formal yang tidak dialami anak di rumah, yang dengan sendirinya ia membatasi kebebasannya.

Kedua, Boleh dikatakan pengetahuan agama merupakan hal yang sangat penting dan mutlak harus dikuasai anak, yang menentukan dalam mengkontruksikan anak agar memiliki kepribadian atau ahlak yang baik, agama bukan sebagai penyeimbang saja melainkan juga menjadi pokok persoalan hidup. Karena itu jika remaja, ataupun orang dewasa tanpa mengenal agama, maka perilaku moral yang dimilikinya dapat mendorong ke pola laku dan pola pikir yang kurang atau bahkan tidak baik, oleh karena itu orang tua harus sejak dini mengenalkan agama kepada anak, selain itu pendidikan moral juga harus diajarkan, dalam hal ini adalah aqidah. Ketika semua itu sudah didapatkan anak/remaja, insayaallah tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan anaka akan baik.

*Penulis mengabdikan diri di Al Falah Pacul & Attanwir Talun



 

Tag : anak, hilang, punk



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini