Jejak Sang Penyebar Islam (7)
Sunan Blongsong, Kontra Belanda, Berdakwah Islam di Baureno
blokbojonegoro.com | Friday, 02 June 2017 17:00
Reporter: Maratus Shofifah
blokBojonegoro.com - Salah satu penyebar Islam yang ada di Kabupaten Bojonegoro adalah Sunan Blongsong. Dia dikenal sebagai seseorang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di sekitar daerah Desa Blongsong, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Makam Sunan Blongsong yang memiliki nama lain Banung Sumitro ini berada di wilayah Jalur Bojonegoro-Surabaya masuk jalur poros desa timur SMP Ahmad Yani Baureno sekitar 150 meter.
Menurut Juru Kunci Sunan Blongsong, M Syafi'i, dari cerita nenek moyang dan beberapa tokoh agama di desanya, Sunan Blongsong pertama kali datang ke daerah itu sekitar tahun 1600an
"Mbah Sunan berasal dari kerajaan Mataram yang melarikan diri karena mempunyai konflik dengan para penduduk di kerajaan Mataram. Pada saat itu Kerajaan Mataram kedatangan pasukan Belanda, menjadikan masyarakat Mataram menjadi terpecah belah," ujarnya mengawali kisah.
Ditambahkan, saat kedatangan Belanda, Kerajaan Mataram ada sebagian yang pro dengan Belanda ada juga sebagian yang kontra dengan Belanda. Salah satu dari yang kontra dengan Belanda adalah Mbah Sunan, sehingga dia bertekad melarikan diri dari Mataram dan menetap di daerah yang sekarang bernama Blongsong itu.
Di Desa Blongsong Mbah Sunan menetap dan membangun keluarga di daerah ini sambil menyebarkan agama Islam hingga akhir hayatnya. Saat bersembunyi di Desa Blongsong, Mbah Sunan mengatur strategi untuk bisa melawan Belanda. Karena perlawananya, dia termasuk sosok yang diincar penjajah. Bahkan rumah dan masjid yang didirikan dibakar oleh Belanda.
"Beberapa tahun silam bukti peninggalan masjid masih ada, namun untuk saat ini sudah tidak ada karena di wakafkan kan dan digunakan sebagai pemakaman umum," ujarnya.
Saat dilakukan pembakaran masjid, Sunan Blongsong dicari oleh Belanda untuk dibunuh. Namun Sunan Blongsong lantaran bisa menghilang. "Dengan bisa menghilangnya Mbah Sunan, masyarakat memberikan nama Desa tersebut Blongsong," ujar juru kunci.
Karena keberaniannya sehingga masyarakat sekitar menganggapnya sebagai seorang Sunan karena telah membimbing mereka ke jalan yang benar. Pertama kali di temukan makam Mbah Sunan bukan langsung berada di tempat yang berdiri ada sekarang ini. Melainkan berada di sekitar 200an meter dari bangunan ini. Pertama ditemukan ketika masyarakat umum akan membangun rel kereta api.
"Karena akan dibangun rel kereta api, jadi dipindahkan di pemakaman umum," imbuhnya.
Setelah di temukan itu makam Mbah sunan di pindahkan dan dibangunkan tempat seperti sekarang ini. Di dalam bangunan ini terdapat 9 buah makam yang merupakan makam dari romobongan ataupun keluarga Mbah Sunan Blongsong yang ikut menyebarkan Islam saat ada Belanda datang dan tiga kuburan di antaranya berukuran kecil.
Setelah kedatangan Sunan Blongsong Islam mulai berdiri diwiyah tersebut. Hingga sampai sekarang ini 100% penduduk yang tinggal ditempat tersebut beragama islam. "Peringatan hari besar agama islam juga terus diperingati," tutup Syafi'i. [ifa/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini