Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Mengatasi Anak Malas Mengaji

blokbojonegoro.com | Saturday, 15 July 2017 16:00

Mengatasi Anak Malas Mengaji

Oleh: M. Zaenal Abidin*

Beberapa hari yang lalu penulis sempat ngobrol dengan tetangga. Mulanya beliau bercerita tentang anak laki-lakinya yang tidak bisa baca Alquran, sebut saja namanya 'Diki'. Diobrolan itu, Diki ini termasuk anak yang malas belajar mengaji. Kalaupun ia berangkat mengaji itu hanya untuk menghindari omelan dari kedua orang tuanya yang selalu menyuruh untuk mengaji. Dan bisa ditebak, selama ia berangkat mengaji pasti tidak akan sampai ke tujuan, namun malah memilih ngobrol (cangkrukan) sambil merokok di warung dekat tempatnya mengaji.

Apa yang terjadi pada Diki sebenarnya juga banyak dialami oleh anak-anak di luar desa kita. Tak terhitung lagi beberapa banyak orang tua yang mengeluh dan kecewa dengan tingkah laku anaknya yang semakin hari semakin tidak karuan. Hingga sebaliknya tidak jarang juga kita menemukan anak yang ngambek atau menangis gara-gara selalu (diuber-uber) oleh orang tuanya untuk mengaji.

Mulai dari ada orang tua yang memarahi anaknya, mengancam si anak untuk tidak akan membelikan ini dan itu kalau si anak tidak mau mengaji, membanding-bandingkan anaknya dengan anak yang lain, atau bahkan ada orang tua yang menggunakan cara kekerasan (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Jelas semua ini akan berpengaruh pada fisik maupun psikis anak.

Lalu sebenarnya bagaimana cara untuk mengatasi anak yang malas untuk belajar mengaji? Masih perlukah kita dengarkan keluhan-keluhan orang tua yang anaknya malas belajar mengaji? Dan haruskah anak itu ngambek atau menangis gara-gara dimarahi orang tuanya dan dipaksa-paksa untuk belajar mengaji!

Guna mengatasi hal itu, bagi penulis ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak yang malas mengaji serta membantu orang tuanya lebih mudah membimbing mereka, antara lain:

Pertama, mencari Informasi. Artinya, orang tua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat tentang anaknya. Caranya, cari situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan tentang sebab malasnya ia dalam mengaji. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain dan suasana lainnya yang sekira pas untuk kondisi anak.

Kedua, membuat kesepakatan bersama. Kesepakatan antara orang tua dan anak dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar mengaji bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam belajar jika ada PR, jam untuk menghafalkan, jam belajar diwaktu libur mengaji, bagaimana bila hasil belajar mengaji baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya.

Ketiga, ciptakan kedisiplinan. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah biasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar mengaji yang dilaksankan secara konsisten dan berkesinambungan. Tentang latihan kedisiplinan sendiri dapat dimulai dari menyiapkan alat keperluan belajar mengaji, buku-buku pelajaran mengaji, serta mengingatkan tugas-tugas mengaji seperti hafalannya, praktek kalau memang diperlukan, menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas mengaji.

Keempat, menegakkan kedisiplinan. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. Atau kala anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar mengaji, orang tua dapat sambil membaca majalah-majalah islami, cerita-cerita mendidik atau yang lainnya yang sekiranya tidak mengganggu belajar anaknya.

Dengan demikian menegakkan disiplin itu tidak harus dengan membentak-bentak, menyuruh-nyuruh anak, namun bisa dilakukan dengan memberi tauladan ikut terlibat langsung dalam proses belajar anak.

Kelima, ketegasan sikap. Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku tidak jujur melakukan aktivitas-aktivitas lain yang secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.

Keenam, ciptakan suasana fun selama belajar. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orang tua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar mengaji anak, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak di saat belajar. Sebagai selingan, orang tua juga dapat memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar mengaji tidak tegang dan tetap menarik perhatian.

Akhirnya, semoga ikhtiar kecil ini bisa membantu memperkuat semangat anak-anak kita untuk mengaji.

*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), IKIP PGRI Bojonegoro dari Balen.



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini