Populasi Burung Hantu Turun, Ini Dampak pada Pertanian
blokbojonegoro.com | Tuesday, 11 September 2018 13:00
Reporter: M. Safuan
blokBojonegoro.com - Rusaknya tanaman kacang hijau maupun kedelai milik petani pada musim kemarau ini, akibat hama tikus memang diakui oleh sejumlah petani di berbagai wilayah seperti di Kecamatan Dander maupun Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
Akibat serangan hama itu hasil panen petani tentu tidak bisa maksimal. "Hasil panen kacang hijau tidak maksimal dan banyak kacang hijau yang mati karena dikerat tikus," ujar Anwar, petani Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander.
Hal yang sama dikatakan Jamain, petani Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu. Menurutnya hama tikus menyerang tanaman saat malam hari, dan saat tanaman kacang sudah mulai tumbuh bunganya. "Iya saat kacang udah mulai tumbuh bunga, pasti diserang tikus," katanya.
Kepala UPT Pertanian Kecamatan Sukosewu dan Balen, M. Qomarudin mengatakan, hama tikus di wilayah Sukosewu memang cukup membuat khawatir petani, bahkan banyak tanaman petani yang rusak akibat dimakan tikus.
"Selain itu, banyaknya hama tikus ini disebabkan karena populasi burung hantu berkurang," terang Qomarudin kepada blokBojonegoro.com.
Pria yang akrab disapa Qomar ini menambahkan, hama tikus yang merusak tanaman petani tidak terjadi di lahan pertanian di wilayah Kecamatan Balen. Ia mencontohkan tanaman kacang hijau dan kedelai di Desa Bulu, Kecamatan Balen tidak terkena serangan hama tikus.
"Di lahan tersebut populasi burung hantu dan rumah burung hantu banyak dibangun petani untuk mengurangi hama tikus, bahkan saat ini petani sudah mulai ada yang panen," jelasnya.
Oleh karenanya, agar tanaman tidak dirusak oleh hama tikus, dirinya mengungkapkan, salah satu solusinya dengan membuat rumah burung hantu. "Seperti di Desa Bulu saat ini total ada 300 hektar sawah masuk masa panen baik kacang hijau maupun kedelai," katanya. [saf/ito]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini