Refleksi Milad Muhammadiyah 106
Muhammadiyah dan Keindonesiaan
blokbojonegoro.com | Tuesday, 20 November 2018 08:00
Oleh: M. Yazid Mar’I,M.Pd.I
Secara historis Kelahiran Muhammadiyah 106 tahun yang lalu tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan riil dan konkrit. Gerakan Muhammadiyah senantiasa diarahkan untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil alamin (memberikan rahmat bagi seluruh alam “seluruh kehidupan”). Dari siniliah maka seluruh gerakan Muhammadiyah di negeri ini, tidak lain adalah sebagai bentuk pengabdian keTuhanan, keUmatan, keBangsaan, dan keIndonesiaan). Komitmen inilah yang juga dalam perspektif Muhammadiyah, hanya dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas umat, kualitas masyarakat Indonesia, tanpa melepas karakter, nilai-nilai, dan budaya bangsa pada makna subtantifnya, bukan simbolnya.
Keterlibatan Muhammadiyah dalam perjuangan melawan colonial, merupakan wujud riil akan pemahaman bahwa kemerdekaan adalah hak setiap individu dan bangsa. Mengapa? karena kemerdekaan merupakan hak dasar atas semua kehidupan. Kemerdekaan adalah titk awal seseorang, bangsa, untuk mampu berihtiar terbaik tanpa ada penindasan, untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik untuk kehidupan. Dan tentu dengan kemerdekaan ini pulalah dalam Muhammadiyah pembaharuan menuju kesempurnaan, haruslah dilakukan secara terus menerus tanpa henti sebagai bagian dari sunatullah “hukum alam”, yang kemudian disebut dengan “tajdid” , yaitu gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan reformasi, dengan pengertian pemurnian dan peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.
Muhammadiyah diawal Kemerdekaan
Pada tahun 1942-1953 dibawah kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo dirumuskan konsep idiologi Muhammadiyah secara lebih sistematik yaitu ditandai dengan lahirnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah berisi pokok-pokok pikiran sebagai berikut : Hidup manusia harus berdasar Tauhid, hidup manusia bermasyarakat, hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat dijadikan sendi pembentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki di dunia dan akhirat, berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat ihlas dan ihsan kepada sesama manusia, perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti jejak perjuangan para nabi terutama perjuangan Nabi Muhammamd SAW. Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti diatas hanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan akan berhasil bila dengan cara berorganisasi, dan seluruh perjuangan diarahkan pada tercapainya tujuan Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Berangkat dari rumusan itu, Maka imlementasi tujuan Muhammadiyah adalah: (1) Hendak menyiarkan Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya (2) Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum. (3) Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya. Keterlibatan Muhammadiyah dalam meletakkan pondasi bangsa dapat dilihat dari keterlibatan kader-kadernya dalam merumuskan Dasar Negara yang kemudian disebut dengan “Pancasila”, seperti Ki bagus Hadikusumo, menunjukkan bahwa betapa pengakuan akan perbedaan adalah suatu yang mesti ada dan tidak menafikkannya. Karenanya rumusan Dasar Negara yang mampu menaungi seluruh kepentingan bangsa, dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan serta rasa memiliki bangsa ini, Indonesia ini, merupakan bukti riil bahwa nilai-nilai islam, nilai-nilai budaya, sebuah keberhasilan Muhammadiyah dalam melahirkan kader-kader umat dan bangsa yang memilii visi keumatan dan kebangsaan yang tidak hanya berfikir sesaat, berfikir golongan, namun berfikir nasionalisme. Dan tidak berhenti disini, upaya pengakuan dan eksistensi laut Indonesiapun, dibuktikan dengan lahirnya “deklarasi Juanda” 13 Desember 1957 oleh DR. Juanda yang juga kader Muhammadiyah.
Muhammadiyah dalam Mengisi Kemerdekaan
Pada tahun 1968 dalam muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta perumusan idiologi Muhammadiyah semakin mengental, ditandai dengan lahirnya Matan Keyakinan dan Citra-cita Hidup Warga Muhammadiyah, yang berisi pokok-pokok pikiran sebagai berikut; pertama; Muhammadiyah adalah Gerakan yang berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, kedua; Muhammadiyah adalah berkeyakinan bahwa Islam ada;ah Agama Allah yang diwahyukan kepada mulai Nabi Adam smpai kepada Nabi Muhammad SAW. Ketiga; Muhammadiyah dalam mengamalkan ajaran Islam berdasarkan Al Qur’a, dan Sunnah Rasul, keempat; Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalat Diniawiyah dan yang kelima; Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil makmur dan diridhai Allah SWT.
Implementasi dari rumusan ideology 1968 itu, terlihat dari tetap konsisten dengan fokusnya Muhammadiyah pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Concern Muhammadiyah terhadap bidang pendidikan di Indonesia. Nampak pada penyediaan sarana pendidikan dari mulai jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi dengan rincian Taman Kanak-kanak (TK/ABA) : 4.623, Sekolah Luar Biasa (SLB: 71, Sekolah Dasar (SD/MI): 2.604, Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs): 1.772, Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA: 1.143, dan Perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) 172. Sementara dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah memiliki Rumah sakit berjumlah 34, Rumah bersalin berjumlah 85, Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 50, Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 11, Balai Pengobatan berjumlah 84, dan Apotek/KB berjumlah 4. Dalam pemberdayaan bidang ekonomi oleh Muhamamdiyah adalah dengan dibentuknya Baitul Mal Wa Tanwil yang bergerak dibidang pengumpulan dana dari masyarakat untuk dipergunakan dalam program pemberdayaan ekonomi dan peluang usaha, dan Lazismu semacam lembaga amal zakat, tiga hal yang menjadi parameter Human Development Index.
Selain ketiga kebutuhan dasar di atas, Muhammadiyah juga berkontribusi riil terhadap bangsa Indonesia dalam bidang kesejahteraan social. Hingga milad ke 106 ini, Muhammadiyah telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 balai kesehatan sosial, 161 santunan keluarga, 5 panti wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah). Serta tetap Concern dalam menyikapi persoalan-persoalan kebangsaan di kurun terahir. Karenanya dalam milad ke 106 Muhammadiyah mengambil tema “Ta’awun untuk Negeri” yang ditegaskan dalam pidato Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah DR. H. Haedar Nashir, M.Si, yang intinya bahwa ta’awu untuk negeri haruslah diaktualisasikan dalam gerakan membangun kebersamaan dengan jiwa tulus semata-mata untuk memajukan kehidupan bangsa. Ukurannya ialah ketika terdapat perbedaan pandangan dan kepentingan, satu sama lain mau saling berkorban dan berbagi, bukan saling mengutamakan kepentingan dan mau menang sendiri, dengan sikap, tindakan, dan usaha bekerjasama secara nyata. Semua pihak mau saling peduli dan berbagi, serta saling hidup maju dan makmur bersama-sama.
*Penulis: Ketua Majelis Kader PDM Bojonegoro Pereode 2015-2020
Tag : M Yazid Mar'i, muhammadiyah, milad muhammadiyah
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini