Pasang Surut Usaha Kapur Tulis (1)
Begini Sejarah Usaha Kapur Tulis di Bojonegoro
blokbojonegoro.com | Wednesday, 06 February 2019 15:00
Kontributor: A'imatun Khasanah
blokBojonegoro.com - Tak disangka-sangka, ternyata di Kota Ledre sebutan Kabupaten Bojonegoro ada produksi salah satu alat yang sangat membantu dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Tentu yang saat sekolah masih menggunakan papan tulis warna hitam, tidak akan asing dengan benda yang satu ini, adalah kapur tulis.
Ternyata, di Bojonegoro ada produksi kapur tulis rumahan, tepatnya di Desa Tulungrejo, Kecamatan Sumberrejo. Dan tentu ini adalah satu-satunya tempat produksi kapur di Bojonegoro.
Perlu diketahui juga, usaha ini sudah ada sejak 20 tahun yang lalu.
"Produksi kapur ini adalah satu-satunya di Bojonegoro, bahkan Tuban dan Lamongan juga tidak ada," terang Munawi, pemilik tempat produksi kapur rumahan.
Saat awal produksi, Munawi mengaku belajar dari Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah. Awalnya ia hanya mengamati. Laki-laki 52 tahun ini kemudian mempraktekkan dengan media pelepah pepaya sebagai cetakanya.
"Dulu lihat terus saya praktek pakai batang daun pepaya untuk cetakan," jelasnya menceritakan awal mula produski alat yang sudah mencerdaskan ribuan orang itu.
Selanjutnya, papar Munawi, ia meminta tolong saudaranya yang bisa membuat berbagai macam bentuk cetakan, untuk membuat cetakan kapur untuknya. Tentu saja masih dalam skala kecil.
Selang beberapa waktu, Munawi sudah bisa memasarkan kapur produksinya sendiri di pasar-pasar terdekat, dengan kemasan yang didesain sendiri dengan kertas duplex (salah satu jenis kertas karton).
Saat produksinya sudah mulai laku di pasaran, mulailah ada distributor yang melirik kapur buatannya lantaran hasil tangannya dinilai bagus dan tidak berdebu ketika dipegang.
Akhirnya distributor tersebut mencari informasi tentang keberadaan tempat produksi kapur rumahan milik Munawi.
"Awalnya tidak bertemu, distributor itu mencari saya hingga satu minggu lebih, dan di hari kesepuluh baru menemukan rumah saya," terang Munawi kepada blokBojonegoro.com bercerita saat itu.
Setelah bertemu, akhirnya Munawi dan distributor tersebut membuat perjanjian kerjasama. Dimana pihak distributor menginginkan produksi yang besar dan memberikan dua alat cetakan kapur tulis. Satu kali cetak bisa menghasilkan 600 batang kapur.
"Ya kalau dihitung-hitung harga dua alat ini sekitar Rp50 juta, saya diberi wewenang nuntuk menggunakan tapi tidak untuk dijual," bebernya.
Seiring perkembangan zaman, dimana saat ini banyak lembaga pendidikan yang sudah menggunakan papan tulis berwarna putih (whiteboard) dan tentu alat tulisnya sudah memakai spidol whiteboard. Sehingga, hal itu membuat permintaan kapur tulis makin sepi, dan distributor pun jarang mengambil kapur buatan warga Tulungrejo ini.
"Malah empat hari yang lalu distributor ke sini dan meminta untuk menghentikan produksi sementara," pungkas Munawi yang mulai jarang memproduksi kapur tulis dengan skala besar. [aim/mu]
Tag : kapur, kapur tulis, produksi kapur
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini