#TokohBojonegoro (3)
Lettu Suyitno, Namanya Dijadikan Jalan dan Dibuatkan Patung di Alun-alun
blokbojonegoro.com | Sunday, 14 June 2020 12:00
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Mendengar nama Lettu Suyitno, yang tergambar pasti adalah jalan dari arah Jembatan Glendeng turut Desa Mulyoagung dan Desa Campurejo, Kecamatan Bojonegoro menuju arah kota atau ke Jembatan Kaliketek di Banjarejo. Selain jalan, ada juga monumen patung Lettu Suyitno yang ada di Alun-alun Kota Migas ini.
Lettu Suyitno atau Letnan Satu (Anumerta) Raden Mas Soejitno Koesoemobroto adalah tokoh Pahlawan Nasiolan di Kabupaten Bojonegoro yang lahir di Kabupaten Tuban 4 November 1925. Putra dari Bupati Tuban ((1927-1944), R.M.A.A Koesumobroto itu belajar di Pendidikan Dasar(ELS) di Tuban. Kemudian melanjutkan (HOS) di Surabaya. Belum sampai lulus, Suyitno menyelesaikan pendidikan tingkat SMP di Tuban, dan melanjutkan pendidikan di Syodenco (Perwira PETA) di Bogor.
[Baca juga: Letjen H. Soedirman Pahlawan Nasional Namanya Diabadikan Menjadi Stadion ]
Dari data yang diolah blokBojonegoro.com dari berbagai sumber, pada masa Agresi Militer Belanda II, saat itu tanggal 14 Januari 1949, Belanda dikabarkan berhasil menyeberangi bengawan dan menduduki desa di wilayah Glendeng dan pasukan pertahanan telah mundur. Komandan Bataloyon menggunakan sedan berangkat ke pertahanan Kaliketek. Baru sampai di wilayah tepi kota bagian tmur, Basuki Rahkmat memerintahkan untuk menghentikan kendaraan di tepi jalan. Sebab, pesawat Catalina terbang rendah menuju arah barat. Bersamaan dengan itu, sebuah peluru ditembakkan dari pesawat. Pecahan peluru mengenai Basuki Rahkmat pada pantatnya. Segera, perawatan diberikan dan diangkut ke komando bataliyon di barat alun-alun dan selanjutnya dikirim ke luar kota untuk menerima perawatan lanjutan.
Sore hari setelah peristiwa tersebut, Letnan Satu (Lettu) Suyitno, berangkat menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Letnan Satu Bambang Sumantri. Setelah mengetahui kondisi dan situasi kota keseluruhan, maka kepada Suwolo beserta seksinya, malam hari untuk kembali menduduki Desa Glendeng.
Pada tanggal 15 Januari 1949, Belanda memang mulai melakukan pemasangan jembatan dan pemindahan pasukan dari utara ke selatan untuk mempercepat gerakan penyeberangannya. Dengan adanya jembatan, kendaraan serta peralatan berat bisa diseberangkan ke Glendeng. Dengan demikian, Bojonegoro dalam keadaan terancam dari wilayah timur.
Pagi itu juga Sumantri dan Suyitno dikawal regu Haryono, serta Sersan Nurwulan bintara kelompok komando kompi berangkat menyusul Suwolo ke Glendeng. Sesampainya di Dukuh Ngangkatan, barat Glendeng, tampak di seberang, kesibukan musuh, yakni Belanda sedang mengatur konstruksi, jembatan untuk dilewati melintasi Bengawa Solo. Memanfaatkan kondisi musuh, Suyitno mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah tentara Belanda di seberang.
Ternyata di wilayah selatan, yakni di Glendeng, Belanda telah memperkuat pertahanan dan mengamankan proses pemasangan jembatan. Sehingga, tempat Suyitno menembak, sebutir garanat meledak di dekatnya dan pecahan peluru mengenai badannya, akhirnya Suyitno gugur di tempat. Karena tembakan terus menghujani tempat jenazah Suyitno, Sumantri dan regu Harjono yang mengawal tidak bisa mengambil dan merawat jenazah.
Di wilayah terjadinya pertempuran dan gugurnya Lettu Suyitno itu, dijadikan nama jalan mulai Desa Mulyoagung hingga Desa Campurejo Kecamatan Kota Bojonegoro. Bahkan, sosok Lettu Suyotno juga dibuatkan patung di tengah Alun-alun menghadap ke selatan. [ito]
Data diri:
Nama: Letnan Satu (Anumerta) Raden Mas Soejitno Koesoemobroto
Tempat, dan Tanggal Lahir: Tuban, 4 November 1925
Wafat: Bojonegoro, 15 Januari 1949
Bapak: R.M.A.A Koesumobroto - Bupati Tuban (1927-1944)
Riwayat kesatuan:
Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tentara Republik Indonesia (TRI)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Batalyon Suharto Resimen 30 Divisi V di Tuban
Batalyon 16 Brigade Ronggolawe: Pangkat Letnan Satu, Jabatan sebagai Perwira Operasi
Komandan Perlawanan dan Pertempuran di Palagan Temayang hingga gugur pada 15 Januari 1949
Tag : campurejo, Glendeng, Bojonegoro, Campurejo
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini